Better That Way

Last August marks the 10th years anniversary of my relationship with my husband. Our marriage is still young (2 years to be exact and I am still not wearing my wedding ring) but turns out, we’ve been for each other for a lot longer. We are, obviously, far from romantic. For any anniversary celebrated, we’re almost arguing on the exact day. There is no dinner, flowers, presents, or even sweet words (I wrote some of course, but maybe it cannot be classified as sweet :)) Maybe, we’re not cut out for that kind of thing. It made me remember this trip.

In 2018, we had a trip to Japan on my birthday month. October, to be exact. I planned a lot of things on my birthday, including my first Shinkansen trip. I’ve been to Japan twice before, but I always keep my budget tight. I chose night bus and local train to substitute the Japan Rail Pass, thus made me never try the bullet train. We are a train maniac, so I thought this would be the perfect time to finally experience the Shinkansen.

Read more

Indonesian’s Foolproof Guide to Singapore – Shopping

Setelah sebelumnya berbagi tentang tempat makan dan wisata favorit saya di Singapura, sekarang saya mau sharing tentang toko atau spot belanja favorit saya. Sebenarnya, saya kurang menangkap kenapa turis Indonesia hobi belanja di Singapura. Karena menurut saya barang-barang di Singapura harganya lebih mahal dari di Indonesia atau Malaysia. Sekarangpun beberapa merek yang suka dibeli turis Indonesia lumayan banyak yang sudah tersedia di Indonesia. Memang sih tipe barang dan variasinya lebih lengkap di Singapura, tapi menurut saya harusnya Singapura tidak lagi menjadi tempat belanja yang spesial. Tapi memang saya akui, bahwa Singapura sangat nyaman untuk dikunjungi.

Walaupun belanja di Orchard, Sommerset, dan sekitarnya terlihat sangat instagrammable dengan dekorasi yang selalu berubah setiap saat, tapi hidden gem Singapura ada di balik stasiun-stasiun MRT yang jarang disebut di buku guide. No, I’m not talking about the hipster-ish Haji Lane or Tiong Bahru. Berikut ini saya cantumkan tempat-tempat yang saya rekomendasikan untuk belanja dengan harga yang lebih miring.

Read more

Lazy Guide untuk Packing Light Ketika Travelling

Sewaktu berpergian, baik untuk liburan singkat sewaktu weekend ataupun seminggu lebih ke luar kota, saya selalu suka momen packing. Walaupun kadang ditunda sampai H-1 (ataupun Jam-XX), kayaknya waktu packing adalah salah satu waktu di mana saya paling menikmati dunia, haha. Saya pernah menangis di toilet umum waktu berpergian sendirian karena barang yang saya bawa terlalu berat (it sounds silly but it did happen!). Tapi lama-kelamaan, saya jadi bisa memilah apa yang sebaiknya dibawa dan apa yang kurang penting. Saya sampai punya list barang wajib yang harus dibawa di notes yang ada di handphone. Makanya kali ini saya ingin berbagi beberapa hal yang saya pikir penting di-consider ketika packing dan brand/barang favorit yang selalu saya gunakan. Saya juga mencantumkan beberapa merek lokal yang saya suka.

Tips pertama ketika packing tentu saja mengetahui tempat tujuan, durasi perjalanan, dan yang tak kalah penting: cuaca. Untuk musim panas/hujan tentu saja alokasi pakaian harus lebih banyak daripada berpergian di musim dingin misalnya. Pikir dua kali kalau kamu ingin membawa buku ataupun barang elektronik yang berat, apakah bisa dialihfungsikan dengan barang yang lainnya misalnya. Misalnya membawa dalam bentuk pdf ataupun e-book untuk buku, ataupun print peta dalam lembaran daripada membawa travel guide yang berat.

Read more

Easy On The Go

Sebenarnya kalau dibanding teman-teman yang lain, saya nggak terlalu sering jalan-jalan dan sepertinya dunia saya masih super kecil. Pekerjaan saya dulu juga nggak menuntut untuk mobile dan dinas kemana-mana. Setiap tahun sebenarnya saya merencanakan ada sekali saja jalan-jalan besar. Tapi semuanya tergantung finansial dan daya beli. Semenjak tahun 2012, saya pribadi menjadwalkan jalan-jalan di bulan Oktober karena bertepatan dengan bulan ulang tahun dan saya suka menghadiahi diri sendiri :)) Tapi tahun ini saya nggak punya rencana, jadi memang nggak kemana-mana selama bulan Oktober kemarin.

Sewaktu jalan-jalan, waktu persiapan favorit saya memang sebenarnya packing. Walaupun kadang ditunda sampai H-1, entah kenapa saya seneng banget kalau disuruh packing. Akhir-akhir ini, saya jadi sering banget kepikiran untuk packing barang-barang di tas. Bahkan kadang saya sampai menulis list barang untuk pergi jalan-jalan selama seminggu. Padahal saya nggak ada rencana jalan-jalan sampai akhir tahun, ataupun akhir tahun depan :))

Hal favorit saya selain packing, tentu saja merencanakan perjalanan. Saya tipe orang yang membuat itinerary setiap jalan-jalan, walaupun nggak sampai detil banget. Setidaknya saya harus punya garis besar mau kemana saja dan naik apa, walaupun pada kenyataan saya nggak selalu strict mengikuti jadwal. Saya masih tipe orang yang suka print peta dalam bentuk fisik karena kadang handphone saya nggak berbanding lurus dengan perkembangan zaman :)) Saya juga jarang membeli SIM card ataupun menyewa WiFi selama perjalanan, jadi kadang nggak terlalu bisa menggunakan GPS ketika mencari tempat. Perkembangan aplikasi di handphone sendiri semakin cepat. Sepertinya ada saja aplikasi baru yang punya fitur baru dan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari termasuk jalan-jalan. Bulan September kemarin, Google baru saja meluncurkan Google Trips yang menurut saya inovatif sekali. Iklannya sedang rutin diputar di TV dan saya langsung menginstall nggak lama setelah apps-nya dirilis. Nah kali ini, saya ingin berbagi situs ataupun aplikasi yang sering saya pakai ketika mau jalan-jalan.

Read more

Berkunjung ke DMZ & JSA di Korea

Saya nggak ingat tepatnya kapan saya menyimpan ketertarikan mengunjungi perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Sayapun nggak ingat kenapa justru tempat ini yang menjadi alasan saya akhirnya membeli tiket ke Korea Selatan. Perjalanan ini bukan merupakan hal baru, nyatanya kalau kamu cari, sudah banyak orang (termasuk orang Indonesia) yang mengunjungi tempat ini. Walaupun tempat ini tidak termasuk tujuan wisata yang populer dibanding Nami Island atau Namsan Tower di Seoul, tapi kunjungan ke tempat ini sungguh menarik.

Untuk mengunjungi Korean Demilitarized Zone (DMZ)/Joint Security Area (JSA), kita diwajibkan mengikuti tur. Di wilayah perbatasan ini memang sering terjadi konflik yang tidak jarang berakhir dengan kekerasan atau bahkan pembunuhan. Jadi tidak heran, pemerintah Korea Selatan menerapkan kebijakan untuk mengikuti tur bagi turis. Untuk mengetahui sejarah lanjut dan pengetahuan umum seputar wilayah ini, sila baca rujukan ini. Intinya DMZ adalah daerah netral di antara perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara dengan lebar hanya 4 km. Sedangkan wilayah JSA yang berada di dalam DMZ adalah ujung terluar antara kedua negara ini. Wilayah JSA sendiri dijaga oleh tentara dari kedua negara dan berada di bawah pengamanan dari United Nation Command (UNC).

Sekarang ini banyak sekali pilihan tur ke DMZ/JSA, tapi setelah melakukan pencarian, kami akhirnya memilih menggunakan Panmunjom Travel Center (PTC). Kami memilih tur tersebut karena harganya yang cukup bersaing dan tur ini adalah satu-satunya tur yang memberikan kita kesempatan bertemu dengan salah satu defector (orang yang berhasil lari) dari Korea Utara. Setelah membandingkan dari beberapa penyedia tur, umumnya pilihan tur dibagi menjadi 3 rute; DMZ, JSA, atau DMZ & JSA. Perbedaannya hanya terdapat di pilihan tempat yang dikunjunginya saja. Mengunjungi DMZ biasanya lebih murah dibandingkan dengan JSA. Karena dari segi keamanan sendiri, DMZ lebih aman dikunjungi. Sebagai contoh di waktu saya ke sana (Februari 2016), paket DMZ dihargai 77.000 won, paket JSA 85.000 won, dan paket DMZ + JSA dibanderol 130.000 won. Paket tur ini biasanya sudah termasuk makan siang karena memakan waktu dari pagi hingga sore. Khusus untuk kunjungan ke JSA, kita diwajibkan menandatangani surat perjanjian bahwa pihak tur tidak akan bertanggung jawab akan keselamatan para peserta jika terjadi hal-hal darurat seperti penyerangan dari Korea Utara atau semacamnya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, pihak tur membagikan dan mengumpulkan surat kontrak dengan terburu-buru seakan tidak ingin kita membaca keseluruhan perjanjiannya.

Setelah menimbang berbagai hal, kami memutuskan untuk mengunjungi JSA saja karena memang tertarik melihat Conference Building yang berada di sana. Kami tidak memilih paket DMZ & JSA karena keterbatasan budget :P Sebenarnya kalau disuruh memberikan rekomendasi, kedua tempat tersebut sama-sama menarik. Jika kamu memilih mengunjungi DMZ, kamu bisa mengunjungi 3rd Infiltration Tunnel yang dibangun oleh Korea Utara untuk menyelinap ke Korea Selatan. Salah satu highlight lainnya adalah kamu bisa berkunjung ke Dorasan Station yang merupakan stasiun kereta yang menghubungkan Korea Selatan dan Utara yang konon ditutup semenjak konflik kedua negara ini makin memanas.

Read more