The Word Obsession

//January 28, 2008//

Kemarin, saya bersama kakak dan adik saya untuk pertama kali menginjakkan kaki di Gramedia Matraman. Katanya sih, toko buku terbesar se-Asia. Jadilah, kita yang notabene terobsesi dengan buku, udah lama banget pengen ke sana. Tapi, ternyata Gramedianya biasa aja tuh. Emang sih, ada 3 lantai dan kita seneng banget mondar mandir sampe ke sudut yang paling sudut, tapi tetep aja kok ‘abisnya’ cepet. Lantai favorit saya itu adanya di lantai 3, tempat buku cerita anak. Waaah… pokoknya menyenangkanlah. And it all resulted us:
– QED volume 27
– One Piece volume 46
– Antoine de Saint Exupery’s Le Petit Prince (The Little Prince)
– Mitch Albom’s For One More Day
– Meg Cabot’s Princess on the Brink (Yes, we love the series!)
– Pierdomenico Baccalario’s Ulysses Moore La Porta del Tempo
– Phillip Pullman’s I Was a Rat! or a Scarlet Slippers

Well, life is indeed beautiful for me.

Tekkonkinkreet The Movie

//January 26, 2008//

“Black, when the sky turns black… why do I feel so blue?”

Baru-baru ini, saya nonton Tekkonkinkreet the Movie. Kayaknya belum banyak yang nonton film ini, karena saya juga beli DVDnya secara gk sengaja di sela-sela rak DVD Vertex, itupun tinggal satu. Film animasi ini diproduksi oleh studio Aniplex kalo gk salah, yang bikin Animatrix, dan disutradarai oleh Michael Arias, jarang animasi Jepang memakai sutradara Amerika, tapi hasilnya ternyata memuaskan.

Tekkonkinkreet is a tale about two street urchins, named Kuro and Shiro. As they possessed the Treasure Town as ‘My Town’, they’re trying to protect the city from yakuza and assassins who wants to demolish the city and replace it with a giant amusement park. Like their names, Kuro (Black) represents the darker side and violent. Unlike the younger Shiro (White), he represents innocent and hope. The two of them need each other to survive. The classic black and white battle served with a heartwarming story about the unbroken relationship between Kuro and Shiro.

Penggambaran karakter di film ini sangat kuat, saya nggak berhenti memuji bagaimana kegalauan hati Shiro yang dipisahkan dari Kuro, bagaimana brutalnya Kuro ketika menerobos markas para yakuza untuk pertama kali dan pertempuran pertama Kuro dan Shiro dengan para pembunuh bayaran yang nggak mati-mati itu. Banyak yang membandingkan film ini dengan Paprika, but I like this one better. Yah, sebuah tontonan segar ketika melihat ramainya film-film Indonesia yang sok-sokan menunjukkan adegan mesum, tanpa bobot cerita sama sekali.

“What is it about the fire?

So calm and peaceful but inside, all power and destruction.

It’s hiding something.
Just like people do.
Sometimes you have to get close to find out what’s inside.
Sometimes you have to get burned to see the truth.”

The Late Target

//January 25, 2008//

This is the reminder, if I happen to forget.

– Bikin film, setidaknya satu.
– Bikin cerita, setidaknya satu.
– Bikin script, setidaknya tiga.
– Punya 5 reader’s diggest dan 3 National Geographic.
– Mentraktir teman-teman di Starbucks’ atau Gelato Bar.
– Menyelesaikan buletin Kulker tepat waktu setidaknya 9 kali tahun ini.
– Punya agenda warna merah atau kuning.
– Dapet 4 A buat pelajaran apapun.
– Dapet IP yang lebih tinggi, setidaknya nambah 0.5 lagi.
– Punya blog dan nggak malas mengisinya.
– Punya sepatu berwarna merah.
– Punya Artemis Fowl versi Indonesianya yang volume 4, 5, dst.