Blogwalking memang kejam.
Kalau memang ada satu hal yang harus diambil dari prinsip Bhinneka Tunggal Ika itu cuma keberagaman. Tinggal di Indonesia mematuhkan kita untuk memahami hal itu dalam-dalam. Makna maupun tindakan yang harus diperbuat. Kenyataannya, rasisme dan sifat superior adalah alami. Semua makna ditinggalkan begitu saja ketika Si Benar merasa benar.
Saya rasa banyak orang-orang hebat yang merasa hebat dengan prinsip diri dan pendapat idealisnya. Banyak orang-orang yang mengagungkan dirinya karena merasa kuat. Dipuji sedikit dan merasa besar. Akui saja, kita semua lemah dan rapuh. Tersentuh sedikit lalu pecah dan bertabur.
Semua orang berhak mendefinisikan dirinya, entah benar atau bohong. Entah asli ataupun palsu. Apakah merasa diri sendiri benar adalah kesempatan untuk berkata bahwa kita lebih baik dari mereka? Tidak semua orang bisa menjadi inspiratif untuk banyak orang, tapi semua orang bisa menjadi inspiratif untuk orang lain. Teman saya Liza baru pulang dari Bromo dan menyaksikan seorang kakek tua kekeuh menaiki tangga Bromo dengan kakinya sendiri. Apakah cerita sang Kakek lebih tidak inspiratif dibanding cerita seseorang teman yang ikutan Indonesia Mengajar contohnya?
Saya dan kamu hanya debu, berterbangan lalu menghilang. Biarkan debu-debu lain menemukan tempatnya dan tidak perlu memandang rendah kepada sebutir debu yang jatuh lebih dulu. Pengandaian saya jelek sekali, tapi saya benar-benar serius. Memahami hal-hal macam keberagaman adalah sesuatu yang sulit karena maknanya sangat luas. Tapi saya ingin benar-benar bilang bahwa: mungkin kamu tidak lebih baik daripada mereka.
Saya masih ingin percaya bahwa sulit menjadi seorang idealis, tapi lebih sulit lagi menjadi seorang idealis yang mau mendengar dan menerima perbedaan. Selamat.