Bagian memilih Theme adalah bagian favorit saya selama proses pembuatan blog. Menurut saya, sangat menyenangkan memiliki kendali penuh atas tampilan blog/website yang kita punya. Kemampuan untuk memilih warna, membuat Header, ataupun memilih font sendiri menurut saya bisa membuat bersemangat untuk mengisi blog di kemudian hari. Saya pernah juga menemukan teman yang justru paling malas melakukan tahap ini karena ribet. Tapi template gratis dari WordPress sekarang sudah bagus-bagus sekali. Jadi kalau memang nggak ingin meluangkan waktu lebih untuk memilih Theme, saya lampirkan juga beberapa rekomendasi Theme di sepanjang post ini.
Sebelum melakukan breakdown satu persatu, ada beberapa artikel yang menurut saya sangat menggambarkan bagaimana anatomi layout blog yang baik. Artikel ini dibuat oleh Wita Puspita (I really adore her works!). Untuk tips layout lainnya bisa merujuk ke artikel Living Loving yang ini.
Dalam memilih theme WordPress, menurut saya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
LAYOUT
Umumnya ada beberapa jenis layout yang paling sering digunakan. Pemakaiannya sendiri beragam dan memang menyesuaikan dengan fungsi dan karakter blog sendiri.
Full Width
Cocok untuk jenis blog yang hanya berfokus pada konten. Menghilangkan distraksi dengan menggunakan Full Width layout adalah pilihan yang baik.
Contoh Blog: Aeolidia Blog
Contoh Theme: Sela (Free) | Penscratch (Free) | Libre (Free) | Kiore Moana (Premium)
Single Sidebar
Penggunaan Single Sidebar merupakan layout blog yang paling umum digunakan. Cocok digunakan untuk jenis blog sederhana yang membutuhkan area untuk menampilkan beberapa informasi umum, seperti identitas, foto profile, archive, dll.
Contoh Blog: Designlovefest | Living Loving
Contoh Theme: Amadeus (Free) | Gump (Free) | Mary Kate (Free) | Glammy (Premium) | Parker (Premium)
Multiple Sidebar
Sedangkan Multiple Sidebar cocok digunakan kalau ada banyak konten dan informasi untuk ditampilkan. Misalnya kamu punya banyak recommended post, menggunakan multiple sidebar memudahkan pengunjung sehingga tidak perlu scroll terlalu panjang untuk melihat seluruh konten yang ada.
Contoh Blog: Designisyay
Contoh Theme: Yoko (Free) | Ari (Free)
Grid
Layout ini adalah layout modern yang mengadaptasi bentuk portofolio. Biasanya cocok dipakai jika post yang kita miliki singkat, misalnya essay foto. Perpindahan antar post di layout grid lebih sulit dilakukan. Biasanya saya harus kembali ke halaman utama untuk melihat post selanjutnya atau klik next post, atau recommended post. Saya sih merasa kurang nyaman untuk mengulangi proses loading post berkali-kali. Penggunaan Sidebar lebih sederhana karena cukup melakukan scroll untuk perpindahan antar post.
Contoh Blog: Ispydiy
Contoh Theme: Sketch (Free) | Kindred (Premium) | Frank (Premium)
Selain itu, sekarang ada beberapa blog yang memanfaatkan Footer sebagai tempat untuk menampilkan tambahan informasi, seperti Instagram feed, kolom subscription newsletter, Categories, dll. Saya pribadi sih merasa penggunaan Footer ini lebih cocok untuk format website dan lebih suka melihat Footer yang bersih. Tapi A Beautiful Mess berhasil memanfaatkan Footer dengan baik dengan menaruh rekomendasi Categories atau produk yang ada di Shop.
FONT
Di bahasan tentang Planning sebelumnya, saya sudah membahas sekilas tentang Font di bagian Brand Board.
Jenis font yang umumnya dipakai dipakai di layout blog biasanya adalah keluarga Serif, Sans Serif, dan Script.
Playfair Display (Serif) – Montserrat (Sans Serif) – Sophia (Script)
Untuk body text, menggunakan font Serif atau Sans Serif lebih aman daripada menggunakan font Script. Karena walaupun memberikan kesan handwriting, jenis Font Script lebih sulit dibaca jika dalam format kecil. Font Script sendiri, lebih cocok digunakan sebagai title di Sidebar atau grafik Header. Sebagai contoh, pada gambar ketiga font di atas, saya menggunakan besar font 40px untuk Serif dan Sans Serif, tapi untuk font Script sendiri saya menggunakan besar font 60px.
Penggunaan font sebenarnya tergantung mood yang ingin kamu berikan. Saya pernah memberi link ini untuk perbandingan antara Serif atau Sans Serif. Sekarang ini sudah banyak juga font pairing generator, tapi saya paling suka ke Type Genius dan baru-baru ini menemukan Font Flame (font pairing ala-ala Tinder).
Untuk resources sendiri, saya biasanya ke Font Squirrel, karena koleksinya lebih terorganisir dan terkurasi dengan baik. Dafont sendiri masih resource free font terlengkap, tapi menurut saya agak kurang nyaman berburu font di sana.
Biasanya, theme masa kini ini sudah menyertakan theme customization dengan menggunakan Google Font. Intinya, Google Font adalah library font yang bisa digunakan secara gratis dan dipakai di blog kamu dengan menyertakan beberapa code sederhana.
Fitur Customize Font di Theme Option milik Pankogut
Berikut rekomendasi Google Font yang menurut saya mudah dipadupadankan dan sangat fleksibel untuk digunakan: Montserrat | Varela Round | Raleway | Karla | Quattrocento | Playfair Display | Lora.
COLOR PALLETE
Saya penyuka warna (you don’t say)! Untuk Color Pallete, situs color generator yang paling sering saya gunakan adalah Coolors.co (saya sampai punya apps-nya di hp, haha). Selain itu ada Colour Lovers dan Color Hunt. Untuk inspirasi Color Pallete sendiri bisa mampir ke blog Color Collectives dan Cinema Palletes (this one is a personal favorite!). Sebaiknya untuk warna yang dipakai di blog tidak lebih dari 3-4 warna. Background terang, body text gelap, dengan 1-2 warna aksen biasanya merupakan standar blog yang ada saat ini. Contohnya di blog saya ini, saya memilih menggunakan warna aksen oranye (#ff4d16) dan kuning. Sehingga warna header dan link saya sesuaikan menggunakan warna aksen itu, sedangkan untuk body text sendiri saya menggunakan warna abu-abu gelap (#404040).
MOBILE FIRST / RESPONSIVE THEME
Sekarang ini, saya cenderung menggunakan handphone untuk mengakses banyak hal, termasuk blog, website, dan toko online. Jadi sebelum memilih Themes, selalu tes terlebih dahulu tampilannya via browser handphone. Saya sering sekali melihat website yang super bagus kalau dilihat di laptop, tapi kurang mobile friendly. Dalam memilih Theme sendiri cukup cari kata Responsive di fitur theme tersebut, biasanya theme yang baik sudah menyertakan contoh tampilan dalam beberapa format (desktop, tablet, mobile phone) di detil pagenya.
Kalau kamu pengguna Google Chrome, ada tools mudah yang bisa kamu gunakan untuk mengecek se-responsive apa theme yang akan kamu pilih. Cukup tekan Ctrl + Shift + I (atau bisa juga klik icon 3 garis di kanan atas Chrome > More Tools > Developer Tools) dan kamu akan masuk ke Developer Tools milik Chrome. Di kiri atas, klik icon handphone dan kamu bisa mulai leluasa melihat seperti apa tampilan blog kamu lewat berbagai device dan besar layar.
FREE THEME VS PREMIUM THEME
Kalau menurut saya, untuk blog pribadi yang belum memerlukan fitur khusus, cukup menggunakan Free Themes. Di WordPress (baik WordPress.com atau org) sendiri, sebenarnya banyak sekali theme gratis yang bisa digunakan dan menurut saya decent sekali untuk dipakai.
Saya cuma menyarankan membeli premium themes kalau:
- Kamu sudah ngeblog rutin cukup lama (di atas 3 tahun) dan kamu ingin mereward diri sendiri.
- Kamu ingin memulai serius ngeblog dan ingin mulai monetize blog kamu.
- Kamu berniat membuka toko online/ E-commerce yang digabungkan dengan blog kamu.
Selain itu, saya tidak menyarankan menggunakan Premium Themes (karena sayang, hahaha). Harga Theme untuk blog sendiri sangat beragam, berkisar di 20 USD – 75 USD. Untuk harga yang wajar, saya sarankan membeli theme di kisaran 20 USD – 49 USD, selain itu menurut saya harganya sudah terlampau mahal.
Jika kamu memutuskan untuk membeli Premium Themes, berikut beberapa rekomendasi developer favorit saya:
Pankogut > Modern minimalist theme. Blog saya ini menggunakan Theme Booky dari Pankogut.
Elmastudio > Beautiful clean theme. Saya pernah memakai Yoko untuk beberapa proyek blog/website dan suka dengan style-nya yang terlihat clean.
Station Seven > Modern theme with sleek and big picture usage. Theme dari Station Seven menurut saya tampilannya sangat versatile dan bisa digunakan untuk macam-macam hal, keunggulan lainnya semua theme Station Seven dapat diintegrasikan dengan WooCommerce. Beberapa theme-nya ada yang dibuat dengan menggunakan Framework Genesis, tapi harganya sendiri sudah di-bundle dengan theme framework tersebut.
Blogzilla Studio > Chic minimalist theme. Saya juga belum pernah memakai theme dari Blogzilla, tapi saya suka sekali dengan desain-nya yang sangat chic. Harganya menurut saya agak terlalu mahal tapi theme-nya cocok untuk fashion/beauty blogger.
AngieMakes dan Restored 316> Feminine theme. Saya suka theme dari Angie Makes dan Restored 316 karena theme-nya tampak cocok untuk branding diri dan terlihat sangat feminin. Untuk Restored 316, theme-nya sudah compatible dengan WooCommerce karena memang diperuntukkan untuk small business atau entrepreneur. Sayangnya harganya tidak di-bundle dengan framework Genesis, sehingga harganya sudah terlampau mahal menurut saya.
Sekarang ini ada istilah framework dalam theme WordPress. Ada banyak sekali framework WordPress tapi yang paling terkenal adalah Genesis, Thesis, Hybrid, dan Cherry. Intinya sih, framework ini seperti kanvas yang siap pakai, dimana para developer theme bisa mendesain layout blog tanpa memulai dari awal. Biasanya kita harus meng-install framework theme terlebih dahulu lalu baru meng-install child theme dari developer. Sebenarnya kebanyakan theme yang beredar tidak menggunakan framework apapun. Kalau kamu merasa pemakaian framework ini terlalu ribet atau malah bikin bingung, cukup hindari theme yang menggunakan istilah framework ini. Biasanya penjelasan mengenai pemakaian framework ada di deskripsi masing-masing Theme.
Penutup
Ada banyak sekali theme WordPress yang beredar sekarang ini sehingga banyak sekali pilihan yang bisa kita miliki. Biasanya sih saya cenderung memilih layout Single Sidebar yang minimalis, sehingga ada banyak ruang untuk bereksperimen. Ketika memilih Theme cukup baca baik-baik saja penjelasan masing-masing Theme dan review dari pengguna sebelumnya. Saya juga sering mengecek bagian Showcase ataupun contoh blog yang sedang menggunakan Theme tersebut agar bisa melihat terlebih dahulu seperti apa penggunaan Theme-nya. Ketika memutuskan membeli Premium Theme, selalu coba cek apakah ada Free Themes yang serupa atau setidaknya bisa mencapai fitur yang kamu inginkan. Tips dalam membeli Premium Theme, biasanya tunggu waktu holiday sale! Waktu holiday sale seperti Black Friday dan Cyber Monday, produk-produk digital biasanya diskon besar-besaran. Kalau tidak salah, saya pernah melihat diskon Theme sampai 90%.
Menurut saya, proses memilih Theme ini adalah proses yang menyenangkan sekali, jadi selamat bersenang-senang :)
Untuk artikel lainnya untuk Happy Blogging 101 bisa cek di sini.
One thought on “Happy Blogging 101 – Choosing Theme”