The Monsters

Akhir-akhir ini, Satria lagi mencoba menantang semua hal yang belum pernah dia lakukan. Sesuatu yang kadang sering disebut “nakal”. Ibuku sering bilang akupun dulunya “anak yang nakal” karena aku menentang semuanya dan melakukan banyak hal yang tidak umum dilakukan (menyolder kursi adalah yang paling sering diungkit). Biasa, kalau punya anak, yang jelek-jelek biasanya suka dikatain turunan ibunya.

Ada satu momen yang bikin aku kembali ke masa kecilku, di mana bapak aku selalu bilang, “Udah, nggak usah dijawab lagi.” kalau kita lagi berargumen (baca: berantem). Kejadian dong, Satria selalu jawab semua hal yang aku atau Reva omongin kalau lagi nasehatin dia.

Jadi kadang, aku akhirnya merasakan juga keselnya pas udah capek banget dan sudah di boiling point. Jadilah omel-omel, omel-omel. Tapi dari yang awalnya teriak balik dan mukulin aku, sekarang Satria sering bilang, “Ibu, aku suka ibu yang baik. Jangan marah-marah lagi yaa, aku mau bersamamu selamanya.”

Wow, layaknya serangan Pokemon, “It’s super effective.”

Kid, there will be times when people tell you that you are a monster, but don’t believe them. I am. I am the monster that society created to decide ‘anak nakal’ and ‘anak baik’. And you’re the one who slays them with your kind words.

I am reminded once again that this whole journey of parenting is really self-reflective. I’m flawed, like my parents and the parents before them. But, aren’t we all?

I know the whole shenanigan of saying that before having children, you should “menyembuhkan luka batin” or “merawat inner child.” But sometimes, you cannot be prepared for what’s coming. What we can do right now is just get up, say sorry, and try to be better the next day.

Dear Satria, let’s always be kind. And someday, let’s slay more monsters together.

Oh, Awan

I’ve never met you.
But there are a lot of things I want to tell you.

Trains and books.
Music and toys.
Manmade satellites and humans’ greed.
Raindrops and capitalism.

There are a lot of things to talk about.
There are a lot of minerals and stars, ready to be named.
There are complex issues, wanting to be solved.
There is a lot of love, worth living.
And you know, there are a lot of trees (and clouds) to stare at.

But you are no longer here.
All words become winds, that whisper once in awhile.
You’ve gone already and become one of the stars itself.

You,
in the loving memory, that we haven’t made.
In our stories, that we never remembered.

6 Agustus 2023

Belanja Terus, Sampai Kurus

Berkunjung ke pusat perbelanjaan, beberapa hari sebelum lebaran.
Belum juga Ashar, tapi suasana seperti di pasar.
Semuanya ramai, sama seperti notifikasi di gawai.
Semua orang mentereng, banyak kantong belanjaan ditenteng.
Toko emas sibuk, pegawainya jadi kikuk.

Ada yang mengusik, tapi cuma bisa bisik-bisik. Ingin punya jiwa konsumtif, tapi takut jadi adiktif. Mau mencibir, tapi lebih baik takbir.

Toko-toko pasang spanduk diskon, bikin senyum kayak emotikon :) Menarik orang untuk masuk, berbondong-bondong kayak kena susuk. Baju masih banyak di lemari, tapi jangan sampai anak-anak gigit jari. Juga amplop-amplop THR, yang kadang bikin geger.

Beberapa tahun lalu pandemi, jadi tidak pada silaturahmi. Pekerjaan tidak ada, perasaan rada-rada. Gaji dirapel, tidak bisa kasih salam tempel. Sekarang ekonomi sedang sakti, walau harga beras tidak pasti.

Ayo belanja lagi, tapi jangan lupa tabungannya dibagi. Masih ada seminggu lagi, dari masuk kantor sampai dapet gaji.

See, I’m Just Missing Everybody Else

There are a lot of things I want to say to you.
Like an endless bunch of baby stars born out of the nebula.
And an enormous byte of data which thrown into the space this very second.
But you’re miles across.
Sitting right there, as if we were so close.
Sending heart emoji that is barely there.

Oh, there you are.
You’re not here.
And I’m not there.

There are a lot of words I want to type right now.
Like a whole ocean ready to swallow everything else.
And endless rays of light burning up the ground.
But nothing came out like it was supposed to be.
Just a blurb of things, trying to line up.
Making burst of emotions, ready to explode.

There they are.
Lines, out of nowhere.
Me, trying to breathe.

Tanah Dingin dan Atap-Atap Kaca

Di kesibukan yang tidak terlalu berarti, hari ini ada namamu di antara baris kebisingan.
Sudah banyak berita yang menyayat, tapi cerita tentangmu yang paling dekat.
Untuk sesaat, tidak ada kata yang bisa dipahat.
Kemudian, kalimat makian.
Juga hati yang terluka.

Tanah dingin yang terasa hangat.
Darah panas yang terasa dingin.
Apa arti manusia?
Apakah dunia hanya tentangnya dan kerabatnya?
Juga moral usang dan agama-agama KTP.

Mereka berbicara tentang memecahkan atap-atap kaca dan pengesahan undang-undang.
Tapi mungkin atap itu tidak sekedar terbuat dari kaca dan hukum tidak pernah ada.
Apakah kami terlambat?
Apakah kami gagal lagi?
Berbedakah kami dan mereka?

Suara-suara dan teriakan dunia maya.
Apakah kalimat-kalimat ini bisa terdengar seperti suara?
Atau hanya bisik-bisik di hingar bingar yang penuh kepentingan.
Kepentingan yang tentunya bukan milik kita.
Yang kemudian lewat dan tak berarti,
seperti yang sudah-sudah.

Semua yang terbuat dari tanah kembali ke tanah.
Meninggalkan hati yang terluka dan keputusasaan.
Tentangmu.
Tentang tanah dingin dan atap-atap kaca.

Semoga hangat menyelimutimu di malam-malam setelahnya.
Tidak seperti dingin yang kami rasa tanpamu.
Tidak seperti malam yang kemudian terlupa,

karena bising lain yang tanpa makna.