Konsumsi Tak Berkesudahan

Aku ingin sekali menulis ini sejak lama, tapi aku selalu merasa tidak punya kapasitas untuk bicara banyak karena tidak punya background atau pengetahuan yang luas tentang ini. But, it’s been boiling in my head and I cannot seem to let it go. So, let’s write it.

Kalau ada satu hal yang sangat teringat dari buku The Vegetarian yang ditulis Han Kang, buatku salah satunya adalah tentang over-consumption atau konsumsi berlebih. Di mana manusia sepertinya tidak pernah berhenti dipaksa untuk mengonsumsi berbagai macam hal. Dikelabui untuk terus membeli dan dibuat berkeinginan untuk terus menerus memiliki sesuatu. Hal ini sepertinya terus didukung dengan tren unboxing, shopping haul, dll.

The other day, I watched someone unbox a make-up box with princess style worth 10 or 20 million titled “my childhood dream”. I stopped in the middle of the video; why should I give such attention to this type of content? What would I feel after watching this? Do I want it too? Should I also make my childhood dream come true of buying something I finally can afford? Do I support this kind of thing? Atau “Ya udahlah, itu kan uang dia juga, ngapain diurusin”? Banyak hal yang berkecamuk di kepalaku tapi pada akhirnya bermuara pada “ya udahlah”.

Read more

Would I Still Write It?

I’m a huge mess, drowning in rose-colored lake.

Searching for meaning.

I thought I’d found one, like everybody else.

In somewhat of an enlightenment and revelation.

Turns out, I’m the firecracker.

Ready to crack, burning in a circle.

I’m a loose cannon.

Causing havoc everywhere I go.

But I dreamt of sunrays and became one.

Giving warmth until I run out of it.

Can I still do that?

Would I believe it?

Belajar Tentang Belajar

(Ditulis di bulan November 2024)

Minggu kemarin, anak pertamaku baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-5! Beberapa hari kemudian, di acara presentasi bulanan sekolah, ketika ngobrol sama ibu-ibu lain, aku ditanya apakah anakku akan mengulang TK B atau masuk SD. Jujur, aku juga tidak tahu jawabannya. Aku baru menyadari bahwa benar yang orang-orang bilang, aku lempeng banget menghadapi hidup :)) Ketidakambisan ini, apakah sebuah blessing atau curse? Haha.

Sebenernya, aku tidak punya rencana yang matang soal sekolahan anak. Waktu itu, anakku masuk TK A di umurnya yang baru 3 tahun karena memang aku tidak sanggup lagi menstimulasi dia di rumah, apalagi ada tambahan anggota keluarga baru. Kebetulan memang sekolahnya ini bisa mulai masuk kapan saja, tidak mengikuti jadwal tahun ajaran yang pakem. Hari Jumat mencoba trial sekolah, Senin langsung masuk dan bayar SPP. Aku mengira anakku akan dimasukkan ke Kelas Bermain, but somehow he tricked everyone else to believe that he is able to learn in kindergarten. Tentunya ada beberapa kesulitan, tapi di setiap pertemuan dengan guru entah kenapa aku selalu dikasih tahu bahwa anakku mampu mengikuti kegiatan sehari-hari dengan baik. Progress-nya selalu terlihat dan kalaupun ada kesulitan, ada juga kemauan untuk menghadapinya (walau harus diberi motivasi tambahan). Jadi waktu dia direkomendasikan naik ke TK B, aku juga cukup kaget.

Read more

What Does Freedom Mean?

Sebelum anak perempuanku menginjak 1 tahun, kalau lagi keluar rumah banyak yang orang yang suka bertanya apakah anakku itu perempuan atau laki-laki. Aku biasanya menganggap itu basa-basi biasa aja dari orang yang tak dikenal (orang Indonesia kan terkenal ramah, ya?). Tapi kadang ada beberapa yang suka melanjutkan obrolan dengan, “Lho kok, perempuan nggak pakai anting?”. Aku anggap juga itu basa-basi biasa, because I’m not really that deep :)) Tapi lagi, kemudian ada yang menambahkan, “Kasihan dong, kalau nggak pakai anting?” Nah, ini kadang yang bikin bingung. Kenapa harus kasihan? Karena tidak punya tindikan di telinga?

Di salah satu bukunya Dare to Lead, Brene Brown pernah membagikan sebuah list of values, yang dalam praktek kehidupannya, bisa mencerminkan hal-hal apa yang terpenting dalam hidup kita. Dengan mengetahui hal-hal apa yang menjadi nilai utama hidup, kita bisa lebih terarah dalam menetapkan tujuan dan keinginan. Exercise-nya terlihat mudah, pilih 2 dari daftar nilai yang ada. Kenyataannya, banyak yang mengalami kesulitan memilih dari daftar tersebut.

Read more