celup

Halo, ini akhir bulan Juli dan saatnya membagi cerita tentang sekelumit kehidupan saya. Kemarin habis membaca posting blog-nya Tangkas (yang punya banyak blog ini :P), dan jadi ingin tulis-tulis sedikit tentang pekerjaan saya.

Mulai awal Mei kemarin, selama hampir 3 bulan, saya sudah bekerja di salah satu perusahaan EPC (Engineering, Procurement, Construction) Oil & Gas atau Project Service istilahnya (karena perusahaan macam ini hidup dari proyek ke proyek). Kalau ditanya kerja di mana sama keluarga besar (atau orang yang lebih tua), saya akan lebih singkat menjawab kontraktor minyak dan gas. Lebih mudah ditangkap nalar, case closed. Sebenarnya sih, ini bekerja seperti sekarang ini bukan salah satu hal yang pernah saya bayangkan sebelumnya (semua orang tahu cita-cita saya jadi Sekjen PBB :P). Di saat lulusan ITB lainnya berebutan masuk dunia oil & gas, justru saya menghindari dunia ini mati-matian. Tapi berhubung saya menganggap jadi engineer adalah salah satu pekerjaan paling keren sedunia, akhirnya sayapun nyelup-nyelupin kaki juga di dunia keilmuan ini (walaupun kadang masih berasa nggak bakat). Tujuannya sih nggak muluk, saya juga nggak bertujuan punya gaji besar (belajar aja baru sekarang, gimana minta gaji besar), saya juga nggak kepikiran untuk jadi ahli (lagi-lagi, belajar aja baru sekarang). Jujurnya saya cuma punya modal rasa keingintahuan yang besar dan sifat (lumayan) rajin, tujuannya apa sayapun belum tahu (ada sih sesuatu, tapi nanti deh saya ceritain, haha).

Nah, kalau ditanya lagi kerjanya ngapain, saya akan menjawab ‘jadi insinyur’ (sambil melengos pergi). Jawaban panjang pertanyaannya sih, posisi saya saat ini Jr. Instrument Engineer. Disebut junior karena belum punya pengalaman. Di dunia engineering (cieee bahasanya), sebutan junior atau fresh graduate dipakai untuk mendefinisikan pengalaman kerja seorang engineer dengan rentang waktu 0-2 tahun (middle engineer biasanya untuk pengalaman 2-5 tahun, dan senior untuk 5-10 tahun).

Instrument Engineer sendiri kerjanya yaaa ngurusin instrument :P Instrument yang dimaksud di sini adalah alat-alat pengukuran yang tersebar  pada suatu proses. Apa yang diukur? Besaran fisis seperti pressure, level, temperature, flow, dll. Prosesnya sendiri bermacam-macam, bisa berupa pengolahan minyak/gas, pendistribusiannya, atau yang lainnya. Ruang lingkup Instrument engineer biasanya nyerempet ke pengontrolan/otomasi proses dan telekomunikasi. Singkatnya lagi, Instrument Engineer kerjanya memastikan dan memudahkan suatu proses agar berjalan sebagaimana mestinya dengan memasang alat pengukuran, mengontrol proses di dalamnya, dan menghubungkannya satu sama lain. Tampak gak menjelaskan? Haha, berarti sayanya yang nggak jago nerangin.

Sebenarnya, saya juga masih takut-takut untuk menuliskan tentang pekerjaan saya ini. Takut salah dan agak minder. Karena walaupun basic kuliah saya memang Teknik Fisika dan anak emas bidang keilmuan jurusan saya adalah Instrumentasi dan Kontrol, yang tentu saja jalurnya jadi Instrument Engineer. Tapi saya justru jatuh cinta dengan Fisika Bangunan, topik TA saya saja jauh banget dari Instrumentasi (ehem, saya  mengukur gelombang otak ketika mendengarkan musik Gamelan Jawa). Saya jujurnya bingung ketika dipanggil wawancara direksi untuk masuk kantor saya yang sekarang (saya hampir gak jawab apa-apa ketika ditanya soal teknis). Dan kalau ngelihat anak2 Junior yang lain, saya jadi tambah minder. Yang keliatannya mabok, sering ikut lomba robot. Yang sering donlot gratisan di kantor, ternyata pinter banget. Yang suka jajan ke mall, ternyata cumlaude 3.5 tahun. Subhanallah. Saya, IP kok ya pas-pasan, baca P&ID baru bisa, aduuuh misteri bangetlah itu HRD bisa nelepon saya buat wawancara.

Tapi Tuhan pasti punya jawaban sendiri atas kebingungan saya, dan yang bisa saya lakukan sekarang adalah tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan olehNya. Doakan semuanya berjalan baik-baik saja, ya :)

Selamat malam, besok mari kembali bertarung dengan jalanan Jakarta.

 

life after college #3

Bukan rahasia lagi kalau mencari pekerjaan di zaman sekarang amat sangat sulit. Tenaga kerja semakin banyak, tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Beruntunglah bagi para orang-orang yang langsung mendapat pekerjaan sebelum menyandang predikat pengangguran terlalu lama. Pengangguran memang beban negara, tapi percayalah Tuhan punya rencana besar di balik semua hal :)

Di bawah ini adalah beberapa saran dan cerita saya (cieeee… :P)  yang mungkin bisa sedikit mencerahkan jalan ketika menganggur. Kalau ada yang merasa senasib, kasih tahu saya ya…

Life as we know it

Bebas mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hidup setelah lulus, tapi di balik semua itu, layaknya jebakan Batman, kamu juga harus bertanggung jawab penuh dengan semua kebebasan kamu itu. Tapi yang jelas, kamu tidak perlu dikejar-kejar (atau mengejar) pembimbing TA, tidak perlu bangun jam 6 untuk kuliah pagi, ataupun datang tergopoh-gopoh ke kampus untuk ujian. Inilah saatnya untuk membeli tiket ke China, menonton 6 season How I Met Your Mother sampai pagi, ataupun berkeliling Bandung hanya untuk mengunjungi kebun binatang dan museum (true story, studi kasus Dheny Hiras Pasaribu :P).

Awalnya memang menyenangkan, tapi mungkin saat paling tidak menyenangkan adalah ketika menimbang berat badan. Karena lowongnya waktu yang tidak diimbangi oleh pola makan dan tidur yang berat sebelah, terkadang menyebabkan kita merasa pathetic ketika melihat ke cermin (true story :P). Kembali lagi ke pernyataan awal, saatnya kita bertanggung jawab untuk semua hal, termasuk banyaknya lemak yang terkonsumsi ke tubuh (atau perut) kita. Kebebasan tersebut pun kadang membuat kita bosan karena lama-kelamaan, kebebasan itu menjadi rutinitas yang mungkin membuat kita putus sa dengan diri sendiri.

Informasi

Mencari kerja itu sebenarnya juga urusan mencari informasi yang tepat. Informasi di zaman sekarang mudah didapat dan bahkan bisa diakses lewat telepon genggam. Seharusnya hal ini memudahkan kita untuk segala hal, asalkan tahu di mana dan dengan cara apa kita bisa mendapatkan informasi yang sesuai. Beberapa perusahaan sudah menerapakan proses rekruitmen online (pendaftaran/tes online), sehingga kamu boleh melupakan zaman Si Doel Tukang Insinyur yang mencari kerja lewat map sumbangan dan ketukan pintu di berbagai perusahaan.

Cara paling mudah dan ‘aman’ untuk mendapat informasi lowongan pekerjaan adalah di Career Center kampus masing-masing. Untuk jurusan Teknik seperti saya, 3 career center utama yang harus rajin dilirik adalah PCD ITB, CDC Teknik UI, dan ECC UGM . Saya cuma mendaftar PCD ITB, tapi beberapa teman ada yang mendaftar di CDC Teknik UI juga. Sebenarnya, informasi yang ada hampir mirip-mirip tapi bergantung domisili dan kesanggupan kita untuk mengikuti tes di mana (pilihan di CDC Teknik UGM biasanya lebih beragam tapi saya enggan untuk mendaftar karena domisilinya yang ada di Jogja, sedangkan CDC UI dan PCD ITB lowongannya cukup mirip).

Oh iya, jangan lupakan juga kolom karir di Kompas setiap hari Sabtu. Lalu ada baiknya juga mencari informasi lewat website pencarian kerja atau mailing list alumni, http://www.jobscdc.com/ dan http://bilaboong-kerja.blogspot.com/ adalah situs yang lumayan sering saya buka dan rajin di update. Kalau kamu berminat di industri tertentu, maka rajin rajin saja mencari situs yang tepat (Petromindo untuk Oil&Gas, maupun http://karir-bumn.blogspot.com/ untuk yang berminat bekerja di BUMN ataupun lowongan CPNS). Thread Dunia Kerja di Kaskus juga merupakan tempat yang tepat karena banyaknya perusahaan yang dibahas detil di sana.

Job Fair juga merupakan instant gateaway kamu untuk mendaftar di suatu perusahaan. Hal ini karena para peserta Job Fair biasanya diproses lebih cepat dan mendapat kejelasan terpanggil tes (dibanding yang mengirim lamaran lewat email/pos/apply online). Tapi sekali lagi, bersiaplah untuk jumlah saingan yang ribuan banyaknya. Karena tentu saja acara sejenis menjadi target utama para pencari kerja, sehingga kadang seleksi IP menjadi bahan dasar suatu perusahaan untuk memisahkan CV kita ke meja wawancara ataupun ke tempat sampah (true story).

Nah, pilihan yang ini sebenarnya hal yang paling saya benci. Lewat koneksi. Karena pada dasarnya saya kurang sreg, jadi masih sok idealis untuk mencari kesempatan sendiri dibanding harus mendapat bantuan dari orang lain :P Sebenarnya tidak ada yang salah juga dengan cara ini, dan kemungkinan mendapatkan pekerjaan yang dimau menjadi lebih besar. Jadi, cobalah mulai rajin2 kontak teman-teman/kakak kelas yang sudah kerja duluan atau tempat KP kamu, dan tanyakan apakah perusahaan mereka membuka lowongan. Karena beberapa perusahaan ada yang mengadakan closed recruitment untuk teman-teman/saudara dari karyawan perusahaan tersebut.

Intinya sih, pergunakan semua kesempatan yang ada. Jangan malas untuk mencari informasi ataupun lowongan-lowongan dari mana saja.

The cycle

Kalau yang ini, saya dikasih tahu sama seseorang. Tapi entah kenapa juga kejadian sama saya. Jangan terlalu dipercaya ya, nanti malah jadi sugesti :P Untuk yang menganggur untuk waktu yang cukup lama (baca: 3 bulan ke atas), berhati-hatilah dengan sindrom bulan kelipatan 3. Entah mengapa bulan 3 dan bulan 6 menjadi titik keputusasaan paling tinggi yang pernah saya alami. Pada umumnya, 3 bulan pertama kita jalani dengan semangat untuk mencari pekerjaan, mengikuti tes demi tes dan tentu saja dengan idealisme tinggi. Setelah 3 bulan berlalu, rasa hati biasanya menjadi jenuh. Ekspektasi mulai menurun, idealisme mulai meluntur. Beberapa pekerjaan/perusahaan yang tidak pernah kita dengar sebelumnya mulai dilirik, semua tombol apply mulai ditekan. Nah, jika sudah 6 bulan berlalu, biasanya adalah saat kita melihat teman seangkatan atau angkatan selanjutnya lulus. Ini merupakan waktu terkritis yang menyebabkan besarnya tingkat keputusasaan. Karena tentu saja, kita akan bersaing dengan ‘pemain-pemain baru’ yang mengincar hal yang sama dengan kita. Beberapa mungkin punya IP yang lebih tinggi, ataupun track record yang lebih bagus. Saran saya cuma satu, banyak-banyak doa dan tawakal. Karena pada akhirnya, semua hal yang terjadi dalam hidup adalah sesuatu yang pasti harus berlanjut. Like day turns night, like the inevitable rain. Jadi yakinlah bahwa apapun yang kita dapat sekarang adalah yang terbaik yang dapat terjadi dalam hidup kita.

* foto diambil dari pameran Doksos Dies Emas LFM ITB.

life after college #2

Selamat, ya. Hmm, lalu apa?

Setelah lulus, saya bisa mengklasifikasikan jalur yang bisa diambil menjadi dua kelas besar, yaitu:

1. Cari kerja
2. Sekolah lagi

Tapi sebenarnya ada kelas ketiga yaitu:
(3.) Menikah

But, let’s put this one aside for a while :P Intinya sih, dua kemungkinan paling atas adalah yang paling lazim diambil ketika kita dinyatakan lulus (bukan berarti pilihan ketiga nggak mungkin ya). Cari kerja itu kemungkinannya pun masih beragam. Bekerja di perusahaan pada umumnya (istilahnya mungkin jadi employer), ataupun membuka lapangan kerja bagi orang lain (enterpreneur). Kedua hal di atas punya plus dan minusnya masing-masing, dan karena sekali saya bilang we’re not reading on the same PPKn textbook anymore, jadi tidak ada yang salah dalam kedua pilihan tersebut. Satu yang pasti, menentukan tujuan adalah hal yang paling tepat untuk mendasari setiap pemikiran kita, barulah kita bisa menentukan langkah-langkah untuk mencapainya. Sebenarnya ada juga paham ‘go with the flow’ tapi realitanya, aliran tersebut termasuk tidak lazim untuk digunakan di fase kehidupan ini.

Meskipun kita pada akhirnya memilih untuk bekerja pada suatu perusahaan, kembali lagi, pastikan dulu tujuan kita. Apakah untuk menabung, berkarir, atau yang lainnya. Kalau kita memutuskan untuk berkarir, maka pikirkanlah industri dan perusahaan apa yang bisa mendukung kita ke arah ‘goal’ tersebut. Kalau kamu senang mengajar, kamu bisa memilih mengajar di tingkat apa. Kalau di tingkat kuliah, berarti jalurnya adalah mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti prosedur sesuai tempat di mana kamu ingin mengajar. Kalau seandainya kamu ingin mengajar di tingkat SD-SMU, saya pernah dengar ada sertifikasi khusus untuk menjadi guru untuk lulusan S1 dengan mengikuti pelatihan (mungkin bisa buka website Dikti untuk keterangan lebih lanjut). Ataupun lewat program Indonesia Mengajar yang sampai akhir Mei ini membuka pendaftaran untuk angkatan ketiga-nya.

Kata orang tua sih, pada akhirnya, semua pekerjaan pasti mempunyai titik jenuh dan mungkin passion kita itulah yang akan membuat kita bertahan di suatu pekerjaan. Yang jelas, yakinlah dengan apapun pilihan kamu karena tingkat kepuasaan kehidupan kamu mungkin akan ditentukan lewat hal tersebut.

Ayo dipilih, dipilih…

when you’re on the highway, choosing direction isn’t the easiest to do

Memilih sebuah pekerjaan atau industri memang bukan perkara mudah. Seperti yang pernah saya pernah bilang, seperti memilih calon pendamping, kadang banyak pertimbangannya.

Biasanya, sebuah industri/perusahaan menginginkan lulusan yang terkait untuk bekerja di suatu pekerjaan tertentu. Misalnya perusahaan manufaktur kebanyakan mencari lulusan Teknik Industri atau Teknik Mesin. Atau perusahaan IT hanya akan mencari lulusan Informatika atau Teknik Komputer daripada seorang lulusan Teknik Biologi yang jago banget membuat program misalnya (walaupun terkadang ada pengecualian). Memang kadang terdengar kurang fair, tapi dari sudut pandang perusahaan sendiri mungkin mereka membutuhkan lulusan yang istilahnya ‘siap pakai’ dan terpercaya untuk mereka pekerjakan.

Tapi, sekarang ini sedang menjamur program Management Trainee/MT (ataupun Officer Development Program/ODP untuk bank) yang biasanya terbuka untuk semua jurusan. Kelebihan program ini adalah memberikan kita kesempatan yang lebih besar untuk jurusan-jurusan minoritas (seperti jurusan saya :P) dan istilahnya adalah kita dibayar sambil belajar, karena program ini biasanya melakukan training terlebih dahulu. Training ini bentuknya beragam tetapi standarnya adalah kita belajar tentang perusahaan tersebut, scope kerja perusahaan tersebut, dan divisi-divisi di dalamnya, dan lain lain. Tapi di saat yang sama, program ini mempunyai peminat yang jumlahnya sangat banyak dan menyebabkan kemungkinan masuk dan proses seleksinya menjadi sangat ketat.

Tetapi jangan berkecil hati. Kalau semisal kita punya background Teknik Perminyakan tapi punya keinginan yang besar d bergelut bidang HRD misalnya, bukan berarti pintu tertutup sama sekali untuk kita. Tunjukkan bahwa kita memang tertarik di industri/posisi tersebut, dan lebih bagus lagi kalau didukung oleh pengalaman organisasi yang berhubungan di sana. Misalnya di posisi HRD tadi, lebih baik kalau kita pernah terlibat di divisi sumber daya anggota ataupun ambil bagian di acara penerimaan anggota baru suatu organisasi.

Pekerjaan pertama biasanya menjadi kunci penting dalam jenjang karir kita selanjutnya. Misalnya kamu 2 tahun menjadi bankir, maka jika di tahun berikutnya kamu berminat berkarir di Oil & Gas maka kamu akan dianggap sama dengan standar fresh graduate yang tidak punya pengalaman. Gaji ataupun posisi yang akan kamu dapat tentu saja akan lebih kecil/kurang lebih sama dengan 2 tahun pengalaman kamu sebagai bankir.  Kontrak untuk program MT atau ODP biasanya mengikat kita selama sekitar 2-4 tahun, coba bayangkan apa saja yang bisa kita perbuat dalam waktu selama itu jika kita merasa kurang cocok/yakin dengan suatu industri. Jadi berhati-hatilah jika kamu sudah berurusan dengan yang namanya membubuhkan tanda tangan di atas materai.

Intinya sih, mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan kita semasa kuliah sebenarnya merupakan jalur yang paling ‘cepat’ untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi bukan berarti kita ‘harus’ bekerja di suatu industri tertentu, seperti yang saya bilang sebelumnya, pertimbangkan juga kemauan kita. Karena apa gunanya berkarir di tempat yang tidak kita senangi?

Hanya Sinis

Di bursa pencarian kerja hari ini (dan hari-hari sebelumnya).

Para pencari kerja berkemeja super necis, dan terbuang sia-sia termakan keringat di antrian.

Para pencari kerja menjual diri, di dua lembar kertas dengan foto di muka.

Mengais nafkah dan kesempatan.

Restu orang tua, gaji, tunjangan, nama besar perusahaan.

Dihitung dan dipertimbangkan, seperti mencari calon pendamping.

Di bursa pencarian kerja hari ini.

Program Management Trainee/Development Program/Apprentice jadi favorit, kesukaan para peminat dengan pesaing yang tak terhitung jari.

Ratusan, ribuan.

Diiming-imingi janji sebagai pemimpin masa depan. Pimpinan cabang, manajer divisi.

Di bursa pencarian kerja hari ini.

Para pencari kerja berpengharapan.

Terus berpengharapan.

Dengan motif yang berbeda.

Sedikit yang mencari ilmu dan idealisme, kebanyakan hanya mengharap titel dan rekening di bank.

Hanya sinis.

Mungkin kenyataannya tidak seperti itu.

PASTI masih banyak orang berpikiran bersih di luar sana.

Hanya sinis.