/
/October 27, 2009//
How old are you the first time you had a dream? A dream that you wanted so bad that you’re dying because of it? How old are you when you realized that dream still alive and continued on to get bigger and with more passion?
Saya sering menulis betapa saya sangat bersyukur masih memiliki mimpi besar yang masih mengiringi langkah saya. Mungkin orang bosan membaca tulisan saya tentang hal itu, tapi Itulah cara saya untuk memastikan bahwa saya masih punya banyak misi dan tujuan untuk diperjuangkan. Masih banyak pertarungan untuk dimenangkan, dan masih terlalu banyak semangat untuk ditumpahkan.
16 Oktober tahun ini mungkin adalah kali ketiga saya menginjak umur kepala 2. Hari itu serasa sama seperti hari-hari biasanya, dimana saya harus banyak bersyukur dengan setiap nafas dan langkah yang saya punya. Tapi, the best part about it, it took a lot to realize that I’ll never live without YOU all. Haha, saya bersumpah bahwa inilah ulang tahun paling membahagiakan yang pernah saya rasakan. Ibu saya mengirim sebuah jam tangan super keren (yang fortunately berwarna merah), Kakak dan Adik saya memberikan sebuah jam meja super keren yang memang keren :P, Haiva memberi saya kaos super keren, Sella memberi saya sebuah buku super keren yang saya idam2kan sejak dulu—Paulo Coelho’s The Winner Stands Alone, Cakru2 saya memberi sebuah Cheese Cake keren yang luar biasa besar dan banyak orang-orang baik hati (Mangasi, Insan, Sella, Angga, Lukman, Vina, Bravo, Ayue, Praba, Alvin, Ijul, Sabar, Ramda, Amri, Aban, Farhan, Yudhi, Ian, Azki, Timothy, Rizki, DInoy, Keni, Wibi, Aftah, Gora, Puti) yang memberikan saya kamera super keren, sebuah Lomo Oktomat (yang lagi2 berwarna merah). Dan banyak ucapan syukur dan doa yang dialamatkan di hari itu. Dan ketika saya sadar, bukan lagi tangis yang menjadi, tetapi rasa syukur yang berlimpah.
Saya tidak habis pikir kenapa mereka mau memberikan semua itu hanya untuk seorang saya yang suka berkata kasar dan bertingkah egois ini. Tapi di hari itu Mangasi bilang, “Kalau kamu merasa nggak pantes menerima semua hadiah itu, kita semua bakal merasa sedih karena nggak bisa membahagiakan kamu.” Ya, ya, harusnya saya sadar, ketika kalian dengan suka cita dan senyum memberikan semua itu, tidak ada lagi yang harus dipertanyakan. Yang ada harusnya senyum dan rasa suka cita yang lebih besar. Sebuah kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang adalah kata-kata Hardi di malam itu ketika saya mempertanyakan hal yang sama, “You deserved it, Cup. Because you inspired many people.”
Dan ketika tahu itu, saya bersyukur sekali lagi. Karena saya hidup untuk itu. Karena Itulah mimpi terbesar saya. Saya selalu berpikir bahwa Tuhan tidak menciptakan kita begitu saja, dan bagi saya, saya harus hidup untuk orang lain. Saya harus membuat banyak orang mendapatkan inspirasi dan mimpi mereka. Dulu saya mendapatkan inspirasi dan mimpi saya karena menonton Toy Story. Saya bersyukur amat sangat karena di umur semuda itu, saya sudah merasakan bagaimana hebatnya kekuatan sebuah mimpi. Sayapun bersumpah, apapun caranya, saya harus membuat orang lain merasakan hal yang sama, merasakan hebatnya kekuatan itu, merasakan indahnya rasa syukur. Mungkin, usaha saya masih terlalu kecil, dan mimpi saya masih belum tercapai sepenuhnya, tapi ketika tahu bahwa langkah kecil ini pernah menyentuh orang lain, saya hanya bisa berkata dan kembali bersyukur, “Tuhan, terima kasih banyak atas kesempatan ini.” Mudah-mudahan, langkah ini akan berubah menjadi besar suatu saat nanti. This is the sign of gratitude, I will never know how to express :)