Inglourious Basterds

//December 17, 2009//

 

Inglourious Basterds
A Little Something You Can’t Take Off

 

Quentin Tarantino adalah sebuah nama ikonik yang terus melekat di hati saya, bersanding sejajar dengan Tim Burton, Sofia Coppola, dan Nia Dinata. Ketika film dengan ejaan ngaco ini muncul, saya memutuskan untuk HARUS menontonnya.

Inglourious Basterds tetap punya ciri khas Tarantino, dilantunkan dengan sebuah chapter untuk setiap babak ceritanya. Tetap dengan scoring yang membuat takjub karena selalu dapat menyampaikan getar maksud scene tersebut. Deretan castnya luar biasa, Brad Pitt bermain watak lagi, Eli Roth terlihat sangar sekaligus memancing tawa. Pujian terbesar tentu saja dialamatkan kepada Christoph Waltz yang memerankan Colonel Hans Landa tanpa celah. Karakter ini tidak akan pernah semenarik itu tanpa cara membaca jeda dialog yang tepat, gerak kepala yang terangkat tinggi, dan senyum kemenangan milik Waltz.

Tarantino kembali menggoreskan luka di pikiran para penontonnya, membuat kita semua berdecak kagum, bertepuk tangan, berteriak dan tertawa bersama film ini. Ia menghina para Nazi dengan menggambarkannya secara komikal. Lihat saja bagaimana Hitler berteriak histeris mendengar para pasukannya tengah diteror oleh pasukan misterius bernama The Basterds, ataupun Joseph Goebbels orang nomor dua Nazi yang gila dengan pujian. Tarantino kembali mengubah darah dan tembakan menjadi indah, dan kata-kata kasar menjadi pujian.

Satu-satunya hal yang membingungkan sayadari Inglourious Basterds adalah, saya merasa justru tidak ada tokoh sentral di film ini. Semuanya berakhir sejajar. Aneh memang, karena The Bride (Uma Thurman, Kill Bill) telah menjadi karakter terhebat sepanjang masa, saya berharap mendapatkan peran itu dari Capt Aldo Raine (diperankan brilian oleh Brad Pitt). Tapi mungkin, justru Shosanna (Melanie Laurent) yang mendapatkan kehormatan untuk berada di panggung utama. Saya tidak menangkap kenapa judulnya dipersembahkan untuk The Basterds kalau pada akhirnya mereka tidak mendapat peran terbesar tersebut.

Apapun itu, saya mungkin akan menunggu kelanjutan film ini (kalau Tarantino kembali membuatnya). Karena seperti Capt. Aldo Raine bilang, this film will give you something you can’t take off. As for me, it is the traumatic sensation that keeps banging your head as the scenes go from the opening to the credits. Another outstanding beautiful film, another standing applause.

Trivia: Kalau Anda memperhatikan bagian credit title di akhir film, Anda akan menemukan bahwa urutan nama cast yang biasanya ditaruh di awal credit title justru ditaruh di akhir credit setelah nama para crew film ini. Quentin Tarantino telah memberikan penghargaan yang luar biasa besar untuk para filmmakernya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.