//December 17, 2010//
Tahun kemarin di bulan Desember, saya menulis tentang salah satu tokoh fiksi favorit saya yang bernama Endou Kenji. Sekarang, persilahkan saya menulis tentang seorang lagi jagoan saya. Ya, semua orang pasti kenal. Minggu pagi jam 9 di Indosiar. 42 komik tamat ditulis untuk menceritakan pengalaman hidupnya. Bukan saya saja yang terkagum-kagum pada pencipta karakter super ini, di antaranya adalah pengarang super lain bernama Eiichiro Oda yang sudah dikenal dengan komik super lainnya, One Piece. Pencipta komik super ini bernama Akira Toriyama dan bukan rahasia lagi bahwa Oda mengidolakan pengarang ini. Bahkan dalam One Piece – BLUE Data File, ada section khusus dimana Eiichiro Oda diberi kesempatan untuk diwawancarai oleh Akira Toriyama. Yah, tapi kali ini saya ingin bercerita tentang pemeran utama komik luar biasa terkenal berjudul Dragon Ball. Saya tidak kenal Dragon Ball Z, Dragon Ball GT, atau Dragon Ball dengan embel-embel lainnya. Jadi saya hanya akan bercerita tentang Songgoku.
Songgoku adalah makhluk planet Saiya, itulah mengapa ia luar biasa kuat. Alasan tersebut pulalah yang membuat Songgoku tidak bertambah tua, karena makhluk planet Saiya adalah bangsa petarung yang membuat mereka dianugerahi umur lebih panjang untuk bertarung. Terlahir sebagai makhluk planet Saiya juga membuat Songgoku bertambah kuat setiap kali hampir mati. Tetapi dengan segala macam kelebihan itu, alasan apa yang membuatnya berkali-kali menyelamatkan Bumi? Sebuah planet yang notabene lebih jelek dibanding planet tempatnya berasal. Klise, tempat itulah yang membesarkannya dan di tempat itu pulalah dirinya mempunyai banyak teman. Diceritakan sejak awal bahwa Songgoku adalah anak yang super polos (bahkan ia tidak bisa membedakan yang mana laki-laki atau perempuan dan berjanji mengambil Chi Chi sebagai istri karena menganggap istri itu nama makanan). Dalam kenyataannya, memangnya ada orang yang sama sekali tidak punya niat jahat sedikitpun? Yang bahkan ketika diberi sinar iblis (saat melawan Raja Iblis di tempat Nenek Peramal), tidak ada sedikit niatpun yang bisa membuatnya meledak. Oh, betapa saya ingin sekali menjadi seperti dia.
Selain sifat polosnya yang luar biasa terpuja itu, saya ingin sekali menjadi seperti Songgoku karena ia satu-satunya orang yang tahu kapan harus menempatkan emosi. Dua kali, Kuririn mati terbunuh (satu oleh anak buah Pikorro dan satu lagi karena Freeza) dan dua kali itu pula Songgoku marah. Ia tidak marah ketika dirinya dihina, ia tidak marah ketika barang peninggalan kakeknya dicuri, ia marah hanya karena sahabat terbaiknya harus mati. Harusnya saya belajar untuk mengendalikan diri sebaik itu.
Oh, dan saya menangis ketika Songgoku mati di komik no. 35 ketika ia akhirnya memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan bumi dari Cell yang mengancam meledakkan diri. Kualitas-kualitas tersebut kemudian dirangkum oleh musuh bebuyutannya, Bezita di komik terakhir. Songgoku adalah satu-satunya orang yang suka bertarung bukan untuk menang, tetapi untuk tidak kalah. Menyebabkan ia menjadi orang terkuat di jagat raya (diceritakan bahwa mereka bahkan lebih kuat dari para dewa penguasa, raja neraka, bahkan Kaio ataupun Kaio Shin).
Pada akhirnya, saya tidak peduli bahwa ia orang terkuat sejagat atau bukan (saya masih menganggap yang paling kuat di sepanjang cerita adalah Songgohan), saya hanya suka karakter Songgoku yang penolong dan baik hati. Membaca 42 buah komiknya lagi belakangan ini membuat saya ingat kenapa saya gemar sekali dengan komik ini. Seseorang dapat dikatakan tokoh jagoan karena dia punya kualitas yang lebih dibanding orang lain bukan? Pada kenyataannya, Songgoku adalah fiksi. Ia diciptakan karena impian akan sesosok jagoan yang tidak pernah ada di dunia. Tidak ada orang yang mampu semulia itu untuk menjelma menjadi nyata. Tetapi tidak ada salahnya untuk berusaha, kan? Saya memang tidak bisa terbang, saya tidak bisa jurus tenaga dalam, dan saya bukan manusia planet lain. Saya hanya manusia biasa yang berusaha untuk rajin berusaha dan bermimpi menyelamatkan dunia.