//December 08, 2010//
Glee lost its charm, but the characters is shinning more than ever!
Entah kenapa saya ingin membahas Glee di blog ini dibanding di blog review saya yellowandredatcinema. Mungkin karena isi post kali ini bukan plek-plekan review tapi sesuatu yang kadang menggumpal di otak saya. Menurut saya, season kedua dari Glee kalah jauh dibanding season pertamanya. Entah dari segi cerita maupun pemilihan lagu-lagunya. Mungkin ada efek dari budaya tukar menukar pacar yang dilakukannya di season ini terlalu Gossip Girl (yak, Anda boleh cek lapak sebelah. Serena dan teman-temannya itu sudah melakukan trik tukar menukar pacar ini dari zaman kuda mungkin). Saya juga merindukan lagu-lagu Rolling Stones dan Queen di season 1 yang tergantikan dengan lagu Bruno Mars yang notabene lebih ‘in’ di season 2. Terlepas dari semua itu, toh setiap Rabu pagi saya sudah nongkrong diindowebster dan addic7ed.com untuk mencari link download maupun subtitle-nya.
Yang saya sadari dari season ini adalah hancurnya dominasi Rachell dan Finn yang sedikit demi sedikit mulai berimbang dengan Queen dan Sam ataupun Santana dan Mercedes. Sebuah langkah yang luar biasa ditunjukkan dengan memberikan sebuah episode tribute kepada Britney Spears di mana Brittany mendapatkan kesempatan bersinar sebagai bintang utama di episode itu. Saya berani jamin seketika para pemirsa akan segera jatuh cinta kepada cheerleader yang karakternya bego ini, she’s so damn great in dancing and err… singing. Keputusan yang baik pula untuk memberikan sebuah number kepada Mike Chang yang jago banget nari ini dengan lagu Sing!, yang menurut saya sangat menggambarkan keberadaannya di serial ini. Harry Shum Jr. hanya perlu menari, toh kita semua sudah sangat suka dengan kehadirannya. Karakter yang memang belum cukup bersinar di sini cuma Tina dan Puck, mungkin Ryan Murphy menyuruh keduanya untuk bersabar karena scriptgiliran mereka sedang ditulis. Tetapi, pesan dari season kedua ini tidak lagi hanya sekedar “Being a part in something special, makes you feel special” , tapi bagaimana menjadi spesial dengan kelebihan dan kekurangan yang kita punya.
Sudah menebak apa inti dua paragraf pembuka di atas? Pernyataan pertama saya berbunyi semua orang pada dasarnya diciptakan berbeda, tidak perlu berharap untuk menjadi sama dengan orang lain. Masa depan, lagu kesukaan, kelebihan-kekurangan, merek sepatu, rekening bank, tidak ada yang penting dari semua itu. Yang penting adalah bagaimana menjadi ‘hebat’ dengan diri sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan itu. Pada akhirnya, we born single, and die alone. Saya tidak mau jadi patetik karena tidak cumlaude and tidak kerja di perusahaan minyak (oh, dan tidak bisa beli mobil setelah kerja 2 tahun). Saya bahagia dengan 23 tahun hidup saya dan semua pilihan yang saya telah (dan akan) saya lakukan.