Memanggil Para Engineer

Setelah hampir setahun berupaya menjadi yang namanya Engineer, saya masih selalu merasa kekurangan semangat moral. Saya tahu bahwa semua pekerjaan halal yang dijalankan dengan ikhlas pasti ada rantai manfaatnya untuk rakyat banyak, termasuk kerja di perusahaan minyak dan gas luar negeri misalnya. Walaupun sering dicibir karena katanya nggak nasionalis, tidak dianya bahwa bidang migas berkontribusi besar bagi bangsa Indonesia. Soal KKKS yang katanya nggak adil ataupun mafia-mafia minyak yang katanya merajalela, kita kesampingkan sedikit dulu, ya (btw, artikel menarik!).

Akhirnya beberapa waktu yang lalu, saya menemukan sebuah hal yang menarik, yang sepertinya lumayan bisa diterapkan di Indonesia. Jadi, ternyata di suatu penjuru dunia ini ada sebuah organisasi non profit bernama Engineers without Borders (EWB), bukan Electronic Workbench tapi ya :)) Modelnya mungkin kayak Doctors without Borders yang bekerja secara independen untuk menghadapi masalah-masalah kesehatan di berbagai belahan dunia. Sama halnya dengan EWB, mereka berusaha menghubungkan para engineer dengan berbagai keahlian untuk menanggulangi masalah-masalah untuk meningkatkan harkat hidup bagi yang kurang beruntung dengan solusi-solusi teknik.

Seperti dikutip dari website-nya Misi dari si EWB ini adalah:

Engineers Without Borders – International facilitates links and collaboration among its member groups toward improving the quality of life of disadvantaged communities worldwide through education and implementation of sustainable engineering projects, while promoting new dimensions of experience for engineers, engineering students, and similarly motivated non-engineers. 

Di beberapa negara sudah terbentuk cabang-cabang dari EWB ini seperti EWB USA, Canada, Australia, dll yang bekerja independen maupun berrnaung di bawah EWB International.

Bagaimana dengan Indonesia? Pas dicari ternyata EWB Indonesia sudah punya Facebook page-nya yang isinya… KOSONG. Tapi ada 13 jempol yang sudah nge-like :))

Buat yang males baca bagian About page dari link di atas (saya lampirkan di bawah), intinya EWB Indonesia belum terbentuk walaupun sudah ada beberapa proyek yang dikerjakan EWB di Indonesia. Proyek-proyek di Indonesia sebelumnya di-handle oleh EWB Australia, proyek terakhir yang tercatat di Indonesia adalah proyek pengadaan air bersih yang dilakukan di Tenganan, Bali di tahun 2008. Tapi saya cari-cari belum ada berita terbaru lagi seputar proyek ini, apakah sudah selesai atau malah terbengkalai. Karena beberapa teman ada yang menginfokan bahwa proyek ini katanya nggak jadi-jadi. Pages facebook di atas belum tahu siapa yang bikin dan tujuan awalnya dibuat untuk menjadi forum diskusi antara para engineer untuk memberi solusi-solusi keteknikan pada bangsa. Walaupun pages tersebut belum berhasil menjalankan niatannya.

Hal ini mungkin sepaham dengan salah satu artikel yang saya baca akhir-akhir ini, yang menyatakan bahwa Indonesia masih banyak kekurangan sarjana teknik. Mirisnya, ketika artikel ini mulai di-share banyak orang, komentarnya selalu sama: “Masih kurang ya jumlah Sarjana Teknik, padahal kan masih banyak yang nganggur.

Pendapat saya sih, kalau semua orang hanya mau kerja di bidang minyak, gas, atau tambang, ya jelas lapangannya sedikit. Akhirnya kebanyakan lulusan teknik ini bekerja di bidang-bidang lain yang sedikit menyimpang dari background keilmuannya. Entah kerja di bank, advertising, marketing, dan lain-lain. Tapi kembali lagi, tidak ada yang salah dengan pekerjaan apapun yang dipilih selama hal itu dapat bermanfaat bagi kita dan orang lain. Jalan hidup orang toh siapa yang bisa ngatur selain Tuhan. Walaupun kadang saya masih merasa sayang sama ilmu yang minimal empat tahun ditimba dan akhirnya hanya berbuah selembar ijazah (padahal saya juga sempet kepikir untuk nggak berjalan di jalur ini sih :P).

Saya nggak semata-mata ingin menjalankan/membuat EWB cabang Indonesia tapi mengajak untuk melakukan gerakan dan ide semacam ini untuk berkontribusi (ciyeee) terhadap masyarakat. Toh EWB itu cuma soal nama. Saya sempat menyebarkan tentang hal ini di milis kantor dan angkatan, beberapa diskusi menghasilkan ide-ide yang menarik untuk diterapkan.

Salah satu ide kasar yang terbentuk adalah pengadaan jalur irigasi ataupun air bersih, maupun pembangunan sekolah-sekolah hemat energi di wilayah-wilayah terpencil. Jadi walaupun kita para engineer tidak sehebat para Pengajar Muda (seperti teman saya Vivin dan Syakur) yang pemberani, kita bisa turut mendukung pendidikan Indonesia lewat pengadaan fasilitas misalnya. Hasil dari proyek yang sudah dikerjakan nantinya bisa menjadi template dasar untuk pengerjaan proyek-proyek lainnya (hasil setahun di EPC ya ujung-ujungnya template, dong :P). Teknologi-teknologi yang digunakan nggak perlu susah-susah dipikir. Laboratorium-laboratorium sempit yang ada kampus kita itu gudangnya teknologi, yang menurut saya, banyak yang belum mendapatkan tempat untuk perwujudan nyatanya. Yang namanya engineer seyogyanya adalah yang mampu menerapkan teknologi menjadi siap pakai dan tepat guna, kan?

Sekarang ini, saya dan beberapa teman sedang mencoba menghubungi beberapa nomor kontak EWB Australia dan  dan para engineer inspiratif lainnya untuk sekedar sharing soal pengalamannya memulai membangun organisasi-organisasi tersebut. Nah, kalau ada teman-teman yang tertarik untuk diskusi, memberi pendapat dan ide maupun membantu kita membuka jalan untuk masuk ke dunia tersebut (misalnya baiknya kita menghubungi siapa dan dimana nomor kontaknya), bisa menghubungi saya lewat e-mail: prisanti.putri@gmail.com. Saya masih anak baru di dunia engineering jadi kalau ada yang salah kata, tolong kasih tahu saya, ya. Akhir kata, apapun background pendidikan kalian, saya senang jika ada yang punya visi yang sama untuk membangun negeri ini :)

Di bawah ini adalah halaman About yang di-copas dari page https://www.facebook.com/pages/Engineers-Without-Borders-EWB-Indonesia/161736263866281.

Company Overview

Not for profit organisation that works to improve the quality of life for disadvantaged communities in Indonesia by education and the implementation of sustainable engineering projects.

The organisation is run by engineers (including students, early career and experienced) and non-engineers who have interest in technical skills to solve basic and small scale engineering problem faced by many people in need.

Through this initiative we hope to be more socially aware and responsible towards people in need to improve ourselves and inspire others.

Description

Engineers Without Borders (EWB) in Indonesia

What would happen if a group of engineers who love to solve problems and love to help the unfortunate people get together? My answer is they would form an Engineers Without Borders (EWB). EWB is a non-profit organisation formed by engineers with its main aim to improve the quality of life for disadvantaged communities. This organisation provides an opportunity for professional engineers or technical enthusiasts to apply their technical expertise and experience to help others in need. There are a numbers of EWB organisations formed globally, such as: Australia, USA, Belgium, Germany, UK, etc. Even countries like Palestine, India and Nepal have their own EWB groups. Many of EWB national groups work independently, although some EWB groups such as Belgium and Germany fall under the umbrella of EWB-International.

How about Indonesia? Well… sadly we don’t have any. It is not because Indonesian engineers don’t care about others, it is more because we are simply not organised. There are many benefits from EWB mainly by extending your network and working in voluntary projects that are relevant to your experience. The EWB organisation will combine efforts from multi-discipline engineering and science: professionals, students, lecturers, technical people to solve problems faced by disadvantage communities around us. In many countries, the organisational structure is led by engineering students with members encompassing all engineering/technical related professionals. Projects are identified and solved as a team. The more people in the team, the easier it is to divide the task.

For example, recently EWB Australia (Western Australia Chapter) has completed a water resource project for the three villages in Tenganan, Bali. It was identified that the local water authority (Unit Pengelola Sarana Air Bersih, UPSAB for short) required assistance for proper management and sourcing of water for these communities. The team was split into three with one volunteer sent to the village as the In-Country Team to act as the overall project manager and deal with day to day issues. Technical problems are solved by the Expert Team in Australia which made up of water professionals. Another team that consist of Indonesian engineers and student (residing in Australia) is responsible for translation of technical documents (e.g. operating procedure, funding proposal, newsletter, etc).

Meetings were held in every one to four weeks (depending on the urgency) and made available online so it was easy to take part. Companies like WorleyParsons and Water Corporation encouraged their employee to take part by allowing company’s assets such as computers and meeting rooms to be used after hours. The final design consists of a new pipeline from nearby established water resource as well as a combination of rain harvesting tanks. Local representatives were involved in every discussion and the actual physical works were performed by the communities. By keeping them in the process, it helped to better understand the problems and this is also the best way to educate them and create a sense of ownership. The last thing you want is for the locals to steal an instrument and sell it for their own benefit.

In the current situation where a number of natural disasters have hit Indonesia very hard, there is a pressing need to concentrate our effort to formally recognise the formation of our own EWB national group. Our engineers are as excellent as those from overseas; however we should be better equipped in solving local problems. Let’s hope this article will start an initiative by engineering communities in Indonesia to start discussing the possibility of having local EWB group and start benefiting those communities in need. One thing for sure the future EWB Indonesia should hold the vision as being independent and professional. EWB should operate independently and not bound by government agency or political party. Projects are handled professionally regardless of race, gender or religious group. So engineers… start discussing among you; within: your company, university network or engineering discipline. And start looking at projects that will significantly help the poor communities around you. A facebook group has been created under the name “Engineers Without Borders (EWB) Indonesia” to become an initial platform for discussions.

2 thoughts on “Memanggil Para Engineer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.