Keliling Jepang

Keinginan untuk pergi ke Jepang awalnya sudah saya rencanakan untuk musim semi 2013. Tapi entah kenapa, berbagai file rencana perjalanan dan riset tentang tujuan wisata sudah rapi tak lama sejak tiketnya terbeli :P Efek terlalu bersemangat mungkin, ya? Walaupun begitu, hidup adalah rangkaian keputusan dan roda nasib, sayapun memutuskan untuk memindahkan jadwal perjalanan ke Oktober 2012. Memperpanjang waktu perjalanan dari seminggu menjadi 2 minggu, mencari diskon-diskon hotel musim gugur, dan akhirnya berangkat. Total perjalanan saya 14 hari, termasuk 2 hari perjalanan. Berikut itinerary saya yang format-nya saya ambil dari format itinerary-nya Puty.

Ada beberapa yang berubah dari rencana semula, dikarenakan saya tidak sanggup melanjutkan perjalanan ataupun keinginan untuk mengunjungi tempat lain menjadi lebih besar. Tapi kerangka besar itinerary saya tidak banyak berubah dari rencana awal, hanya waktunya saja diubah sesuai kondisi badan :P

Saya rasa, backpacking ke Jepang sudah menjadi hal yang semakin marak. Sudah cukup banyak orang-orang yang berhasil melakukannya dengan budget yang ketat (walau mungkin luber-luber sedikit karena melihat merchandise yang menyilaukan mata). Tips-tips macam pergunakan tiket terusan, ataupun membeli makan di Lawson pun pasti sudah sering didengar. Tips-nya kebanyakan benar, semuanya akan mengurangi budget, tapi tidak akan membuatnya menjadi murah. Karena memang standarnya di sana agak mahal (walau terganjar dengan pengalaman yang tak terlupakan). Berikut beberapa hal yang saya alami selama merencanakan dan melakukan perjalanan.

Visa

Awalnya, saya cukup minder membaca forum-forum macam Kaskus tentang pembuatan visa Jepang. Ada yang berkata bahwa kita harus punya tabungan lebih dari 50 juta atau 100 juta untuk bisa dapat visa, dsb. Tapi ternyata tidak sesulit itu juga, dan pembuatannya pun relatif cepat. Mungkin tipsnya adalah lampirkan saja syarat-syarat yang diperlukan selengkap-lengkapnya. Salah satu syaratnya adalah melampirkan rencana perjalanan selama di Jepang. Mungkin hal tersebut menjadi salah satu poin yang penting mendapatkan visa. Isi tabungan kita sebisa mungkin cocok untuk melaksanakan itinerary itu. Kemarin saya mencantumkan itinerary yang cuma berkisar di daerah Kanto untuk pembuatan visa ini, saya juga cantumkan detail lengkap pengeluaran agar sesuai dengan tabungan saya. Untuk syarat dan biaya pembuatan visa bisa dibaca di website Kedutaan Jepang.

Gaya Traveling

Menurut saya, backpacking cocok untuk yang ingin berpergian dengan ringan. Tapi kemungkinan hal tersebut akan menjadi sia-sia di Jepang. Pasti ketika pulang, tas Anda akan beranak pinak dan melimpah ruah :)) Kebanyakan backpacker umumnya menggunakan daypack ketika berjalan-jalan. Jadi sebenarnya, tidak ada salahnya jika kamu ingin membawa koper jika ingin membeli banyak oleh-oleh (yang pastinya terjadi). Saya banyak melihat para wisatawan (walaupun kebanyakan orang Jepang) yang menggeret-geret koper di tempat wisata dan masih terlihat santai-santai saja. Hal tersebut bisa ditanggulangi dengan adanya coin locker yang ada di stasiun ataupun tempat wisata.

Menurut saya, Jepang tergolong aman untuk melakukan solo traveling. Tingkat kriminalitas di Jepang mungkin berbanding terbalik dengan tingkat bunuh dirinya, sehingga saya tidak merasa ketakutan selama di perjalanan. Kendala solo traveling hanyalah: kalau nggak punya tripod, hidup menjadi susah :)) Foto saya di objek wisata minim sekali karena kesulitan berfoto tanpa orang lain. Solusinya tentu saja minta tolong difotokan oleh wisatawan lain.

Suasana pemukiman Jepang sunyi senyap di atas jam 8, mall dan toko-toko juga kebanyakan tutup di waktu itu. Sehingga kebanyakan saya memilih mencuci baju ataupun langsung beristirahat di hostel di atas jam 8.

Bahasa

Saya beruntung punya teman-teman di daerah Tokyo dan bertemu mereka di awal perjalanan saya, sehingga saya cukup paham bagaimana membawa dan menjaga diri selama perjalanan. Karena berangkat sendirian, sayapun cukup sering memperhatikan interaksi orang-orang di sekitar sehingga bisa menghafal beberapa kata atau frase yang memudahkan untuk bertanya informasi. Ada baiknya memang menghafal beberapa kata-kata penting. Tidak perlu banyak-banyak, cukup kalimat dasar seperti ‘permisi’, ‘dimana’, atau ‘ke arah mana’. Ataupun kata-kata seperti subway (chika tetsu), stasiun (eki), dan kereta (densha). Contohnya, dengan sepatah kata ‘sumimasen’, kamu bisa menguasai dunia :)) Gak deng, kata ini berarti permisi, maaf dan kata dipakai untuk meminta sesuatu. Jadi kalau ingin bertanya, coba pergunakan kata ini dulu, walaupun orang tersebut tidak bisa bahasa Inggris, pasti dia akan menangkap maksud kamu yang meminta pertolongan. Kalau ada yang bisa bahasa Jepang gara-gara suka nonton dan baca komik, wah lebih bagus lagi. Jempol-jempol deh, pasti sehat sentausa di sana nantinya.

Untuk hal-hal lainnya, papan petunjuk dan keterangan peta sudah cukup lengkap tersedia dalam Bahasa Inggris di penjuru kota.

Transportasi

Untuk yang punya smartphone canggih, jangan sampai kamu sia-siakan kecanggihannya sedikitpun. Sewa wi-fi portable (dianjurkan untuk yang pergi rame-rame, biar murah) atau aktifkan paket roaming yang makin marak sekarang ini. Kehadiran maps di internet pasti akan mempermudah hidupmu selama di sana. Berhubung HP saya masih Nokia dan fitur paling canggihnya adalah Whatsapp dan internet tanpa roaming, saya cukup bahagia (dan cukup nyasar) dengan bermodal peta (baik yang di-print atau yang tersebar di sepanjang jalan). Kalaupun nyasar, trik saya cukup istirahat sejenak dan lihat kemana mayoritas orang berjalan :))

Untuk urusan naik kereta, lebih mudah kalau sebelumnya kamu sudah riset lewat Hyperdia. Untungnya sih saya belum pernah salah turun kalau naik kereta, karena informasinya sudah cukup lengkap. Memang ada beberapa stasiun di kota kecil yang tidak mencantumkan nama stasiunnya dalam alfabet, tapi lagi-lagi hal itu masih bisa ditanggulangi. Kadang, yang menyulitkan adalah menemukan pintu exit terdekat ke tempat tujuan. Exit stasiun kadang-kadang bisa sampai belasan, jadi kadang-kadang saya cukup ‘ketipu’ naik turun tangga padahal exit yang paling dekat adanya di seberang misalnya. Perhatikan saja petunjuk-petunjuk atau peta yang ada dengan seksama.

Untuk transportasi kereta, kalau kamu tidak membeli JR Pass atau tiket-tiket terusan lainnya, kamu bisa memanfaatkan IC card macam Suica (berlaku di daerah Kanto dan sekitarnya, juga beberapa daerah di penjuru Jepang), Pasmo (berlaku di Tokyo dan sekitarnya), dan Icoca (berlaku di daerah Kansai). Sebenarnya fungsinya sama saja dengan membeli tiket biasa (malah harus ditambah 500 yen untuk deposit), tapi mempersingkat waktu pembelian tiket di stasiun apabila waktu jalan-jalan kamu sangat padat. Triknya sih, pastikan kamu sudah menghitung berapa kebutuhan transportasi kamu keseluruhan, karena IC card ini hanya dapat diisi ulang dengan 1000 yen sebagai satuan terkecil. Kalau kita ingin refund dananya, maka IC card-nya harus dikembalikan dan ada deposit yang dipotong. Kalau dana di IC card kamu masih banyak, bisa juga menggunakan kartu ini untuk belanja di convenience store macam Family Mart. Kebetulan, kemarin saya membeli Icoca dan Pasmo. Kalau ada teman-teman yang ingin berkunjung ke Jepang dan ingin meminjam, kasih tau saya, ya :D

Saya senang sekali kalau riset seputar transportasi. Website yang sangat membantu saya adalah JPRail.com, bukan saja karena memuat banyak jenis-jenis kereta Jepang juga karena di website ini lengkap memuat alternatif tiket-tiket terusan yang berguna selama kamu berada di Jepang. Bisa saja ternyata JR Pass bukan alternatif terbaik kamu, tergantung dari tujuan wisata kamu (walaupun memang lebih banyak terbukti JR Pass adalah yang paling ekonomis).

Karena tujuan wisata saya banyak masuk ke kota kecil (dimana subway ataupun private railway lebih berguna dari JR), akhirnya saya memutuskan untuk tidak membeli JR Pass. Saya mempergunakan Buss Pass dari Willer Express untuk transportasi antar kota. Pass ini mencakup overnight buss, jadi saya sekaligus menghemat ongkos menginap. Bis-nya cukup nyaman menurut saya, pastikan saja kamu memilih seat type minimal yang Relax untuk bisa tidur maksimal. Mempergunakan buss pass ini tidak dianjurkan bagi yang mudah capek dan pegal, ataupun punya ritual ‘harus tidur di tempat tidur’. Karena saya tiap-nyender-pasti-tidur jadi saya tidak bermasalah soal tidur di bis ini, masalah saya cuma karena saya tidak bisa mandi :P (karena sempat 3 malam berturut-turut naik bis malam). Mungkin bisa disiasati dengan menyeling antara tidur di hostel dan naik bis malam ini.

Konsumsi

Bagi kamu yang Muslim, kalau ingin makan di restoran (yang tergolong murah) macam Yoshinoya, Sukiya, Matsuya, dll, coba kamu tanyakan apakah mereka punya menu dalam bahasa Inggris atau tidak. Yah, kalau-kalau ingin menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan :P

Saya seringkali cukup kenyang dengan makan onigiri Family Mart. Saya cuma berani membeli onigiri di Family Mart karena ada gambarnya di depannya. Saya diberi tahu kalau sesuatu yang diberi mayonnaise biasanya adalah keluarga ikan (tuna atau salmon), sehingga cuma dua varian onigiri itu yang berani saya beli. Kalau kamu bisa membaca tulisan isi onigirinya hal itu bisa sangat membantu. Salah satu combo lain favorit saya adalah onigiri isi 2 dan yakitori yang masing-masing berharga 100 yen (105 yen setelah ditambah pajak), yang bisa dibeli di Lawson 100.

Tapi hal inipun tergantung tujuan wisata kamu, saya termasuk orang yang suka makan dan jajan. Jadi wisata kulinerpun menjadi salah satu tujuan saya. Sudah cukup banyak pula restoran chain store yang menjual tendon, soba, tempura maupun sushi dengan harga miring. Harganya pun banyak yang berkisar di 500-1000 yen, hanya beda sedikit dengan bento yang dijual di convenience store kan?

Convenience store di Jepang memang banyak sekali. Tapi yang paling sering saya kunjungi adalah Family Mart dan Lawson 100 (toko Lawson yang khusus menjual barang-barang dengan range 100 yen) karena variasi makanan yang beragam.

Tujuan Wisata

Di antara semua kota yang saya kunjungi, kota besar kesukaan saya justru Yokohama dan Osaka. Yokohama adalah kota pelabuhan yang cukup dekat dengan Tokyo. Sedangkan Osaka merupakan kota di daerah Kansai yang sangat hidup dan futuristik. Kota-kota besar memang sangat menyenangkan dan memudahkan, mulai dari petunjuk jalan, peta, fasilitas, maupun kemampuan berbahasa para penduduknya, tapi saya justru menyukai kota kecil yang tenang seperti Saitama dan Hakone. Saitama merupakan kota kecil di utara Tokyo yang terkenal dengan kawasan wisatanya yang bernama Kawagoe (yang disebut-sebut sebagai Little Edo karena masih banyak jalanan yang dibiarkan seperti Jepang zaman dulu). Mirip daerah Gion kalau di Kyoto. Sedangkan Hakone adalah daerah pegunungan yang berada di dekat Tokyo dan Gunung Fuji. Banyak spot untuk melihat gunung kebanggaan warga Jepang ini, dan ada tiket terusan yang memudahkan kita untuk berkeliling ke penjuru Hakone dengan berbagai fasilitas perjalanan yang ada.

Tempat tujuan wisata adalah hal yang personal menurut saya. Saya tidak peduli kalaupun saya tidak mengunjungi kuil berlapis emas tapi malah kegirangan melihat mesin gashapon di Pokemon Center. Saya menyebrangi laut untuk sampai di Kyushu, naik kereta selama 3 jam dan membayar mahal untuk mengunjungi  desa Belanda di Jepang (terdengar aneh? Ya memang) hanya untuk naik kapal bajak laut selama 20 menit. Tapi saya tidak menyesal akan apapun. Menurut saya, Jepang terlalu menyenangkan untuk dilewatkan jika kita sekedar mengikuti tips di web travelling.

sunshine of the year~

Catatan perjalanan maupun review kota dan museum mungkin akan saya tulis menyusul :D

PS: Terima kasih yang banyak saya ucapkan kepada Mutia Prabawati atas segala bantuan dan akomodasinya, serta curhat-curhat miris di kereta. Mudah-mudahan cepat pulang, Mut. M. Bintang HP yang maha populer, berkat Anda saya bisa menjejakkan kaki di Tokodai. Terima kasih atas tips naik kereta, mug gratis dan rekomendasi Fisherman’s Market-nya. Aissh, coat baru mana coat baru? :)) Sukses cari kerjanya, Tang. Serta M. Shiddiq SH atas update gosip sepanjang Yoyogi Park, semoga disukseskan segalanya di sana.

Doakan saya bisa kembali ke sana lagi suatu saat, ya :)

2 thoughts on “Keliling Jepang

    1. Tergantung gaya travelling kamu sendiri. Ada yang bilang, rule of thumb-nya adalah menyiapkan 10.000 yen/hari. Tapi kenyataannya, dalam sehari saya bisa menghabiskan sangat kurang dari itu atau lebih dari itu. Untuk biaya sehari-hari, tanpa membeli souvenir, jumlah 10.000 yen/hari itu sudah sangat berlebihan menurut saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.