Ketika kami masih sama-sama berkutat dengan Tugas Akhir, teman saya Ali adalah orang yang pertama kali mengenalkan saya dengan konsep bahwa untuk menjadi expert di suatu bidang, kita setidaknya harus menekuni hal tersebut selama 10.000 jam. Staying true to his love for Lighting Design, ketika lulus, beliau nggak ragu untuk mengambil pekerjaan di bidang yang sama. Ali bahkan sempat bekerja di Singapura sebelum akhirnya kembali bekerja ke Indonesia dan melanjutkan kuliah dengan bidang yang sama ke Jerman. Buat saya, Ali adalah salah satu orang yang saya benar-benar kenal dan menerapkan prinsip 10.000 jam secara utuh.
Kadang saya iri kalau melihat Ali yang sepertinya punya bidang khusus yang membuatnya ‘dikenal’ atau ‘diingat’. Berkaca kepada diri sendiri, saya nggak punya hal seperti itu. Saya justru menarik garis keras bahwa saya nggak ingin cuma menekuni satu hal. Saya pernah bercerita tentang minat saya yang beragam di salah satu post. Now, looking back (and forward), I’ve never regret this choice.
Suatu hari, saya pernah membaca salah satu post ilustrator favorit saya, Ayang Cempaka. Di post tersebut, beliau mengutarakan bagaimana kebingungannya karena punya banyak minat dan ide. Saya sempat terkejut karena Mba Ayang adalah ilustrator dan crafter yang menurut saya punya style yang distinct dan semua produk yang dihasilkannya searah dengan style tersebut. Tapi ternyata, Mba Ayang juga punya kegelisahan yang sama dengan banyak dari kita: having no words to define ourselves.
Di lain kesempatan, saya membaca blog Puty tentang menjadi jack of all trades. Saya mengecek secara berkala komentar-komentar yang ada karena sangat tertarik dengan topik tersebut. Beberapa hal yang saya tangkap adalah some of us are desperate to find what we would like to be known of, what things we can sell to the world.
Era sosial media memaksa kita untuk menuliskan biodata singkat di semua profil diri, sebaris dua baris kalimat yang merepresentasikan diri kita.
Oh, she’s a mother of 3. Wow, he’s engineer who loves to travel the world. I see, she’s taking Master degree in Europe right now.
Nggak sedikit orang yang kesulitan menuliskan hal tersebut, karena hal tersebutlah yang nantinya menjadi “wajah” kita di khalayak ramai.
For me, while it is urgent to show the world what we are capable of, it is also important to understand who we are. Dan menurut saya, nggak gampang dan nggak terlalu baik untuk melabeli diri kita dengan hanya satu atau dua hal.
Saya sendiri punya banyak minat dan nggak merasa harus punya suatu hal yang utama untuk merepresentasikan diri sendiri. Tapi saya memang sangat menyarankan bahwa kita harus punya setidaknya satu hal yang membuat kita passionate dalam hidup. Entah itu mendukung klub sepak bola favorit, menggambar dengan cat air, atau bahkan menjadi relawan aksi darurat. Find something that excites you. Pekerjaan, hobi, minat, dan keahlian sebenarnya nggak harus sejalan kok. Beruntunglah orang-orang yang bisa menyelaraskan itu semua, tapi nggak ada salahnya kalau hal tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Setelah itu, coba untuk melihatnya dalam lingkup yang lebih besar. Bahasa kerennya, seeing it in a bigger picture. Saya sendiri menyadari hal ini setelah lama menyelami diri. I love making something, whether it is a website full of code, a poster with vibrant colors, or a pillow with abstract picture. Jadi nggak masalah kalau kita punya banyak minat, ingin mencoba segala macam workshop keterampilan di luar, dan mengikuti semua course online di internet. Menurut saya, rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal adalah anugerah. Karena kita nggak akan pernah dirugikan oleh suatu ilmu baru. Dari sana, coba tarik garis besar dari semuanya. Mungkin kamu akan menemukan sebenarnya minat kamu ini terarah kemana dan hal apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya.
Saran terbaik saya dari semuanya adalah: it’s okay to not figure it just yet. Saya paham bahwa tuntutan zaman membuat kita terburu-buru dan kebutuhan menjadi aktual semakin besar. Tapi seiring berjalannya waktu, sama seperti lingkup pertemanan yang semakin kecil, kita akan paham dengan sendiri hal apa-apa yang benar-benar ingin kita tekuni dan memberikan kedamaian.
Sebenarnya, cuma ada dua musuh besar yang menurut saya paling berbahaya, yaitu menunda karena takut dan meninggalkan karena malas. Saya yakin kita semua pernah mengalami kedua hal ini, menandakan kita manusia normal yang punya banyak cela. Tapi kalau dilihat lebih jauh, kedua hal inilah yang memisahkan kita dengan Elon Musk, hahaha.
Karena pada akhirnya, it’s not about what you’re ended up doing, but what is the thing you really want to do and give you comfort.
Cheers to more knowledge and more self-exploration :*