Saya sering membaca anggapan bahwa yang namanya kanal sosial media adalah tempatnya dokumentasi yang sudah terkurasi. Semua hal yang indah-indah saja. Lalu ada juga beberapa anggapan yang menyatakan bahwa di balik semua itu ada usaha dan cerita yang tidak diperlihatkan. Dan rentetan penjelasan klise yang menurut saya kita semua sudah paham runutannya. Menurut saya, fenomena ini menarik untuk ditilik.
Buat saya sendiri, ada waktunya saya memilih untuk nggak berbagi kesulitan hidup saya dan cuma ingin memperlihatkan hidup saya yang positif. Bukan karena saya ingin dilihat yang baik-baiknya saja, tapi karena tujuan hidup saya adalah untuk membuat hidup orang lain terasa lebih baik. Saya nggak ingin menceritakan tentang kesedihan saya karena saya takut sewaktu-waktu ada orang lain yang semakin sedih membaca salah satu tulisan saya. Kalaupun ada hal menyedihkan yang ingin saya tulis, sebisa mungkin, saya ingin menunjukkan bagaimana cara saya untuk bangkit lagi atau bertahan dalam kondisi tersebut.
Saya sudah sering bilang bahwa saya ngefans berat sama Jen Gotch, salah satu founder-nya ban.do. Gotch memiliki tipe akun Instagram yang sangat saya sukai. Walaupun sering berbagi keceriaan dan kesehariannya, Gotch tidak ragu berbagi kegelisahan dan ketakutannya terhadap kehidupan. Ia dengan jujur mengakui bahwa ia mengkonsumsi obat penenang karena mengalami depresi dan ketakutannya setiap berulang tahun. Saya kagum sekali dengan keberanian dan sikap jujur Gotch, which I wish I have some of it.
Saya pikir, kita semua sudah paham bahwa tidak ada orang yang sempurna dan selalu baik-baik saja. Saya pun pernah skeptis, tapi saya perlahan paham bagaimana dunia bekerja dan saya lebih mudah menerima banyak hal di dunia karena hal tersebut. I believe people are better than we thought they were and will become better over time. Ada learning curve yang bisa kita pelajari bersama, yang saya percaya bisa membuat kita lebih bijak dalam bersikap di kemudian hari.