Menerima Hangat

Minggu lalu, saya kembali menghadiri acara ceritaperempuan.id yang diadakan di Jakarta dengan judul ‘Berbicara Jujur Mengenai Post Partum Depression’. Tema tentang depresi setelah melahirkan adalah suatu hal yang belum banyak dibicarakan di ruang publik. Banyak gerakan tentang kesetaraan gender, banyak kegiatan tentang hak-hak perempuan dalam dunia kerja, tapi justru kegelisahan setelah menyandang kata ‘ibu’ jarang diceritakan secara terang-terangan. Padahal, menjadi seorang ibu adalah hal yang paling dekat kaitannya dengan perempuan. Topik mengenai Post Partum Depression (PPD) dan tema mengenai motherhood secara keseluruhan merupakan hal yang ingin sekali saya pahami. Bukan karena saya sudah menikah dan mungkin akan menjadi ibu nantinya, tapi karena semuanya terasa asing bagi saya. Saya tidak lagi bisa merujuk kepada kata-kata ibu saya sendiri, karena mungkin, ibu masa kini lebih mempunyai banyak permasalahan dan tantangan yang harus dihadapinya.

Buat saya yang sudah pernah beberapa kali datang ke Sesi Berbagi ceritaperempuan.id, acara kali ini mungkin bisa dibilang acara yang paling besar yang diadakan di Jakarta. Bertempat di Twinhouse Cipete, acara ini merupakan hasil kerja sama dengan woop.id dan googaga, dua nama yang mungkin tidak asing lagi di kalangan ibu-ibu Jakarta. Acara ini dipandu oleh Puty yang sudah sering bercerita tentang kesehariannya sebagai ibu lewat ilustrasi buatannya.

Acara kali ini dimulai dengan pembacaan puisi dari Mba Kiky tentang keseharian menjadi Ibu. Cara Mba Kiky bertutur membuat saya masuk ke sebuah rumah dan mengintip sebuah ruang kecil yang begitu personal; tentang balok-balok kayu dan sebuah ciuman yang diberikan ketika sang buah hati terlelap. Pembuka yang sangat tepat untuk mengantarkan kita memulai pembicaraan pada pagi itu.

Sesi pertama dimulai dalam lingkaran besar di mana semua peserta duduk mengelilingi ruangan. Mba Prisya memulai cerita tentang kehidupannya selama mengalami PPD dan bagaimana ia berusaha menyembuhkan dirinya dengan menghadapi ketakutan-ketakutan terbesarnya. Satu persatu yang datang kemudian berbagi kepingan cerita dalam hidupnya. Membiarkan diri luluh dalam tangis, menjadi diri sendiri di kerasnya arus kehidupan. Cerita-cerita hari itu begitu dekat dalam keseharian, mengingatkan saya akan betapa rapuhnya diri dan membuat saya berkaca ke orang-orang asing yang mengelilingi saya hari itu. Sesi tersebut ditutup dengan rangkuman dari Mba Putri yang merupakan psikolog dari Yayasan Pulih. Mba Putri memberikan kesempatan untuk bernapas dan meminta kita untuk meruntuhkan dinding-dinding kesempurnaan yang kita bangun sendiri.

Mba Putri juga meminta kita mengisi sebuah Rescue Card, sebuah catatan kecil yang bisa membantu kita di saat-saat genting. Saya pribadi suka sekali dengan ide ini, sehingga saya mengambil dua kertas sekaligus :P

Sesi yang menguras emosi tersebut berlanjut dengan lingkaran-lingkaran kecil yang lebih intim, di mana saya kembali belajar untuk mendengar. Sesi ini membuat saya sadar, bahwa setelah malam-malam tergelap, akan selalu datang pagi. Yang hangat, yang menyelubungi kita dalam terang.

Acara ditutup dengan sebuah lagu dari Mba Meri Kasiman yang berjudul It Should Be Fine. Lagu ini benar-benar bikin saya naksir berat sama Mba Meri, haha. Lagu ini bisa didengarkan di album terbaru beliau yang baru dirilis, berjudul Live with Heart. Mba Meri mengajak kami bernyanyi bersamanya, memberi kekuatan kepada satu sama lain: it will be alright!

***

Sedari kecil, saya selalu diajari bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Dalam konteks kalimatnya,apa yang dimaksud dengan ‘tangan di atas’adalah orang yang memberi, sedangkan ‘tangan di bawah’adalah orang yang menerima atau meminta. Kalimat itu begitu lekat dalam keseharian, sehingga ketika tumbuh dewasa, saya seakan menghindari untuk meminta sesuatu kepada orang lain. Padahal, kenyataannya, manusia adalah makhluk yang penuh kekurangan, yang kadang, tidak bisa berkehidupan tanpa dukungan manusia lain.

Hari itu, saya diingatkan, bahwa kita diizinkan untuk menerima dan meminta. Tidak ada salahnya meminta peluk, wajar adanya kita menerima uluran tangan. Saya kembali ingin berterima kasih kepada hangat yang dibagi dan cinta yang tersebar di hari itu. Kepada para orang asing yang bercerita dengan penuh keberanian, untuk genggaman tangan yang kemudian terasa dekat. Saya membawa pulang rasa hangat yang baru dan berharap bisa membaginya lebih banyak lagi di hari-hari lain.

PS: Salah satu hal yang saya sukai di acara kali ini adalah kami diminta menuliskan Self Love Notes di akhir acara. Sebuah surat cinta untuk diri sendiri Walau terlihat sepele, catatan semacam ini sangat berguna di hari-hari yang sangat berat. Karena saya tidak berani memperlihatkan surat milik saya, kali ini saya ingin menulis surat cinta untuk kamu.

Today I want you to sit comfortably.
Take a deep breath and count to three.
Don’t be disappointed, I don’t have a magic trick.
But I want you to take this.
All the rhythms in the world are made to make you dance higher.
All the dark clouds in the sky are here to bring you closer to the light.
All your problems and worries are there to make you realized who you are.

I have a warmth in my hands that I want to share.
Oh, but you have plenty of it already.
Don’t worry then, I’ll keep it for a while.
When you feel cold and need it, I will give it back to you.
You are always loved, love.
Thank you for trying your best today.
Thank you for being here

 

PSS: Untuk informasi tentang kegiatan lain dari Cerita Perempuan, bisa dicek di @ceritaperempuan.id atau website mereka. Semua foto merupakan hasil dokumentasi milik Cerita Perempuan. Tulisan ini juga bisa dinikmati di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.