Dari Balik Panel

Saya penggemar komik. Tak terhitung banyaknya judul komik yang sudah selesai saya baca sampai saat ini.

Saya penggemar komik-komik CLAMP, yang terkenal dengan guratan luar biasa indah dan cerita-cerita yang berhubungan satu sama lain. Atau siapa yang tidak teringat dengan indahnya coretan tinta hampir tanpa tempelan tone sama sekali yang dihasilkan oleh Takehiko Inoue di Slam Dunk ataupun karya luar biasa indah tentang perjalanan Miyamoto Musashi di Vagabond. Fujiko F Fujio (Doraemon), Takeuchi Naoko (Sailor Moon), Takeshi Maeda (Kungfu Boy, Shoot), ataupun Aoyama Gosho (Detective Conan) yang sudah mengisi masa kecil dan kehidupan kita semua.

Dari semua itu, ada beberapa yang sangat membekas.

DRAGON BALL

Fun facts: orang yang ada di sebelah kiri dengan kaos bertuliskan Budhiyasa adalah seseorang yang dikenal Akira Toriyama ketika berkunjung ke Bali, coba perhatikan juga koper yang dibawa Kamesennin dan suasana Tenka Ichi Budokai yang mirip dengan suatu lokasi :3

Akira Toriyama memang dewa. Dragon Ball bercerita tentang manusia-manusia planet lain yang menyelamatkan bumi dari bahaya dengan bantuan dari Dragon Ball yang mampu mengabulkan permintaan. Dragon Ball adalah komik kedua yang saya kenal (setelah Doraemon tentunya). Saya pernah bercerita tentang Songgoku di sebuah post dan saya masih mengagumi dirinya sampai saat ini. Mungkin kedengaran bodoh, tapi saya punya keinginan menyelamatkan dunia berkat komik ini. Semua orang harusnya punya kekuatan super untuk menyelamatkan dunia. Kita cuma harus sadar apa dan bagaimana caranya. Lalu bertanya, pertanyaan ingin atau tidak.

ONE PIECE

Salah satu komik yang sukses membuat saya menangis terisak sampai saat ini. Eiichiro Oda lebih dari sekedar jenius. Walau dipenuhi dengan karakter dengan kaki panjang, tubuh tidak proporsional dan muka aneh, One Piece banyak bercerita tentang penderitaan dan rasa sakit, tentang penyesalan dan kehilangan. Tentang pengorbanan, tentang mimpi-mimpi yang tidak terwujud, tentang mimpi yang dititipkan, para pengejar mimpi. Tentang hujan yang dicuri dari negeri padang pasir, tentang bel yang berdentang di pulau langit, para raksasa yang terus bertarung selama ribuan tahun, restoran yang mengapung, penjara di bawah laut, rocket man. Berkat para bajak laut yang berniat menaklukan lautan, sayapun bercita-cita menguasai dunia :))

KING OF BANDIT JING

Saya kadang bertanya-tanya bagaimana mungkin media 2D bisa bertindak senyata ini. Gambar-gambar panel serasa nyata dengan guratan halus yang serupa gambar bergerak. Kumakura Yuichi membuat film lewat 14 jilid komik di atas kertas. Jing mengawali kecintaan saya terhadap aliran surealis yang bahkan saya tidak bisa menjelaskan apa itu sampai sekarang.  Jing juga bertanggung jawab akan kecanduan saya terhadap warna dan arti-artinya. Ia menuliskan tentang pencarian warna merah yang sempurna. Tentang sebuah jalanan yang menjual seluruh organ di dunia termasuk hati yang terluka. Tentang sebuah penjara yang bernama 7th Heaven, di mana terdapat seorang penjual mimpi yang mempunyai seluruh mimpi yang ada di dunia. King of Bandit Jing banyak berpengaruh akan cara pandang saya tentang berkarya dan pengambilan sudut pandang.

2oth CENTURY BOYS

Karya ini magis. Seorang pria biasa dengan kemampuan biasa, bermain gitar di tengah malam sampai senar-senarnya putus. Membayangkan dirinya sebagai The Beatles, yang bermain musik di atap Apple Records. Kemudian, ia memutuskan untuk menyelamatkan dunia. 20th Century Boys mengajak saya masuk ke dalam musik tahun 70-an. Mengajak saya menyelam mempertanyakan arti keberanian dan rasa takut. Tentang kekuatan dan kegelapan. Saya pernah menulis tentang Kenji sang tokoh utama dan seberapa besar saya mengidolakannya. Sampai saat ini, saya masih ingin menjadi seperti dia. Menyelamatkan dunia dan yakin akan terus bertahan hidup. Menciptakan lagu dan memberi harapan untuk berjuang. Urusawa Naoki mempertunjukkan sebuah tontonan luar biasa tentang permainan anak-anak yang sempurna.

Karya-karya di atas tidak pernah bisa saya lupakan dalam hidup saya. Bukan karena saya punya keahlian khusus untuk menghafal kata maupun gerak yang ada di ratusan jilid komik. Ataupun seberapa banyak saya mengulang-ulang membaca judul-judul di atas. Tapi karena dari sinilah pemikiran saya akan hidup banyak bermula. Di zaman itu, komik dituding merusak moral dan tak berguna, di usia saya yang masih muda, saya justru merasa diajari lebih banyak oleh cerita-cerita ini. Mungkin, semuanya memang hanya soal sudut pandang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.