Karbon Kopi

Beberapa tahun ke belakang, beberapa teman saya mulai memasuki jenjang baru dalam hidup. Polanya kebanyakan sama, mempersiapkan pernikahan, parade foto bulan madu, kata-kata manis tentang kehidupan pasangan baru, perjuangan tentang kehamilan dan menyusui, dan seterusnya. Pada akhirnya, cerita tidak jauh berbeda dengan kebanyakan: ketakutan tentang kehidupan.

Ketakutan tentang langkah kehidupan yang tidak sama. Ketakutan karena apa yang kita miliki tidak pernah cukup. Ketakutan karena kita tidak sama dengan orang lain. Yang diungkapkan lewat keluhan atau cibiran, yang hampa dan sia-sia, yang melelahkan dan membuang waktu. Padahal, keragaman adalah bukti nyata keagungan Tuhan yang paling saya kagumi.

Bukankah kita harusnya bersyukur, bahwa kita bukan karbon kopi?

Celebrating struggling and each other differences. Entah berapa kali saya mendengar kalimat ini. Tapi entah berapa kali pula, saya melihat gunjingan dan kritik yang mematahkan kata-kata   tersebut. Hanya karena apa yang terkadang disebut sempurna. Kalau semua orang mencemooh kata sempurna, sebenarnya siapa yang mendeskripsikan arti kesempurnaan tersebut? Evil take forces in many shapes, your fears are one of them.

Ketika saya berkaca hari ini, saya sadar Tuhan kadang tidak memberikan semua yang terbaik kepada masing-masing orang, tapi Tuhan memberikan cerita yang paling sesuai kepada orang tersebut. Adalah pilihan masing-masing untuk melanjutkan ceritanya sendiri, memilih apa yang terbaik untuk garis akhirnya. Memilih cara terbaik untuk berteman dengan waktu, bukan berlomba di dalamnya.

Saya kira, kebijakan dan kelapangan pandangan akan datang kepada orang-orang yang sudah mengalami lebih banyak jenjang kehidupan. Saya kira, mereka akan selalu lebih bahagia dibanding saya karena memiliki banyak hal yang tidak saya miliki. Hari ini, untuk pertama kalinya, saya tidak iri dengan mereka semua. 

Berlari dalam waktunya sendiri, bahagia dalam sadarnya sendiri, adalah kebebasan yang ingin saya miliki sepenuhnya.

Hari ini, saya bahagia karena bisa keluar rumah dan melihat matahari pagi. Saya bahagia karena sore ini turun hujan. Saya bahagia karena hal remeh yang mungkin tidak berarti banyak untuk orang lain. Saya bahagia karena tidak menjadi karbon kopi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.