Akhir-akhir ini, di mall atau tempat umum lainnya, saya sering bertemu dengan anak kecil yang fasih berbicara dalam Bahasa Inggris. Percakapan dengan anggota keluarganya juga biasanya menggunakan perpaduan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Fenomena ini sebenarnya sudah umum ditemukan dalam pembicaraan anak muda sehari-hari. Sama halnya dengan maraknya majalah remaja yang menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Mungkin zaman sekarang, para orang tua ingin mengenalkan anak-anaknya lebih dini kepada bahasa global. Sekolah internasional pun sudah lumayan menjamur di Indonesia sehingga tidak sulit lagi menemukan sekolah yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Seketika, panggilan Bu Guru dan Pak Guru digantikan menjadi Miss dan Mister :(
Saya cukup beruntung ketika masih SD, saya sudah dikenalkan dengan metode belajar bahasa yang menurut saya, cukup baik. Saya masuk SD swasta waktu itu karena dekat dengan rumah. Kami mulai belajar Bahasa Inggris ketika masuk kelas 5 dan metode belajarnya cukup sederhana. Setiap minggu kami diharuskan menghafal 10 kosa kata dalam Bahasa Inggris. Kata yang dipilih biasanya diurut berdasarkan alfabet dan merupakan kata kerja atau kata sifat yang paling umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Misalnya minggu ini kami belajar kosa kata yang berawalan huruf A, minggu depannya kata yang berawalan huruf B, dan seterusnya. Kami tidak hanya disuruh untuk mempelajari arti dari kosa kata tersebut, kami juga menghafal penggunaannya dalam bentuk present, past, dan future. Setelahnya, kami baru belajar penggunaan grammar dalam kalimat. Metode pelajaran yang sama saya temukan dalam masa digital saat ini. Di mana belajar bahasa bisa lebih mudah dengan bantuan aplikasi di telepon genggam (saya pernah belajar Bahasa Italia dan Bahasa Jepang lewat Duolingo dan Memrise).
Ketika masuk SMP Negeri, kurikulum Bahasa Inggris saya cukup mundur dari kurikulum SD. Metode pengajarannyapun langsung masuk tentang grammar dan kurang menyentuh hal-hal dasar. Ibu saya akhirnya berinisiatif untuk menyuruh saya les Bahasa Inggris di luar pelajaran sekolah. Les Bahasa Inggris semacam ini menurut saya bagus karena metode pelajarannya tidak berfokus kepada penggunaan grammar semata, tetapi lebih melatih kepercayaan diri untuk berkomunikasi menggunakan bahasa asing, hal yang tidak umum ditemukan di kurikulum sekolah pada masa itu. Saya ingat ketika disuruh melengkapi lirik lagu Westlife untuk melatih kemampuan Listening dan diberikan kesempatan untuk presentasi tentang topik apapun untuk melatih kemampuan berbicara (waktu itu, saya mempresentasikan tentang macam-macam genre anime/manga Jepang dan sistem rating umur yang digunakan di sana, haha).
Tapi kalau ada hal yang paling membantu saya dalam menguasai Bahasa Inggris sebenarnya jawabannya adalah semua buku, film, dan TV series yang saya konsumsi. Pasti banyak juga yang mengalami hal yang sama :))
***
Satu hal yang saya pahami tentang Bahasa Inggris adalah seberapapun sulitnya kosa kata yang mereka miliki, sebenarnya semuanya tidak ada apa-apanya dengan sulitnya belajar kosa kata dan struktur dalam Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia itu kompleks dan magis. Menurut saya, generasi sekarang harus lebih banyak belajar menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Saya paham bahwa Bahasa Inggris akan lebih banyak digunakan di kancah persaingan internasional nantinya atau membaca novel dalam Bahasa Inggris akan membuat kita terlihat lebih intelek. Tapi kadang, tidak ada yang lebih berarti daripada bertutur dalam keindahan bahasa tanah air.
Walaupun sekarang novel impor sudah lebih mudah ditemukan, kadang saya lebih suka membeli novel terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Saya suka menemukan kosa kata baru dan struktur kalimat yang belum pernah saya temui sebelumnya. Menurut saya, pekerjaan penerjemah itu kompleks sekali. Siapa sih yang kepikiran mengartikan Harry Potter and The Deathly Hallows menjadi Harry Potter dan Relikui Kematian? Padahal, kata ‘relikui’ memang tercantum di KBBI.
Saya sadar betul bahwa post ini bahkan ditulis dengan Bahasa Indonesia yang berantakan tapi saya berharap bisa lebih banyak menulis dalam Bahasa Indonesia. Walaupun sudah lama tidak bisa membaca novel fiksi yang terlampau panjang, saya juga meniatkan bisa membaca lebih banyak lagi literatur dalam Bahasa Indonesia di sisa tahun ini.
Salam :)
Haha aduh sebagai orang yang malas mencari padanan kata dalam Bahasa Indonesia dan langsung menggunakan Bahasa Inggris begitu saja aku jadi kesentil :’)))))) Namun aku setuju, semestinya generasi kita lebih banyak belajar bahasa ibunya dulu. Sayangnya sampai ada sindiran seperti ini:
“Orang Indonesia, lebih malu salah berbahasa Inggris daripada berbahasa Indonesia.”
:(