Some Good Luck

//August 28, 2010//

I just wish some prayer and don’t wish me any good luck. Because I’ve never believe on such thing like luck. Four leaves clover or seven spades, it’s just like any other myths. Beside, I’ve been getting along with 13 on lots of time. 13 was bad, but I turn the table by not believing it. It’s just some number and it should have stayed on Excel, completed the hidden formula.

Hey Thursday, be my day and I’d keep you nice. Hey September 2nd, be my date and I’d keep you great.

 

Jum’at

//August 27, 2010//

Hari ini hari Jum’at.
Saya juga lahir di hari Jum’at. Kata Ibu, Ayah saya hampir terlambat melihat saya lahir karena harus sholat Jum’at terlebih dahulu.

Hari ini hari Jum’at.
Jum’at itu jadwal kuliah TA saya semester lalu.
Saya pergi ke luar kota juga di hari Jum’at malam.

Hari ini hari Jum’at.
Hari sucinya umat Muslim.

Hari ini hari Jum’at.
Akhirnya, saya mengumpulkan draft TA saya di hari ini.

Yellow Brick Road

//August 23, 2010//

I thought I’m the only one who surely knows how to wait. But I guess I’m not being that special. You were waiting long enough, and catching rainbow of illusion. The truth is, the rainbow doesn’t colorful enough to fill the sky. It is rather grey, brown, and full of dirt. Yet, you’re still trying to follow the rules and wait for it. You’re longing another rain, waiting it to dry, watching the color make another ark. And here’s the miniature of rainbow, you keep it safe and may it last until another season of happiness.

Until later dear, let’s act like Dorothy. We’ll walk on this yellow brick road, to some infinity and beyond.

 

Euforia

//August 21, 2010//

Mungkin saya memang butuh dibohongi. Pujian saja sudah membuat melambung. Janji saja sudah membuat tersenyum. Sayangnya tidak ada yang terwujud, dan saya sadar mungkin ini semua hanya euforia berlebihan. Tinggallah saya yang meratap.

Saya mungkin terlalu bodoh untuk percaya semuanya. Tapi ini akut, saya harus bisa berhenti.

 

Sama Saja Rupanya

//August 19, 2010//

Nama adalah titipan dan pemberian. Seperti magis atau pengharapan. Sedangkan panggilan ada untuk menyebut. Biasa diikuti oleh kata sayang, menjadikannya panggilan sayang. Sehingga teman dekat akan menyebut dengan kata yang berbeda dengan kata dari orang asing. Mengubah panggilan bisa mengubah arti keberadaan, atau status sosial. Seperti ‘Pak’ yang dianggap sopan, atau ‘Dek’ untuk orang yang (terlihat) lebih muda. Para pedagang Melawai memakai kata ‘Kakak’, pedagang Glodok memakai kata ‘Cici’, pengusaha online shop memakai kata ‘Sis’. Semuanya, dipakai untuk memperakrab suasana, mereka berusaha membuat kita merasa nyaman ketika punya panggilan sayang. Oh, kata ‘Gan’ dipakai di forum terbesar Kaskus dan dengan cepat melebur di masyarakat. Seperti virus dan itu menjangkit. Panggilan membuat kita mengenal dari lingkungan mana seseorang berasal. Seperti saya yang terbiasa menggunakan kata ‘A’ atau saudara di sana yang memakai kata ‘Mas’ dan ‘Bang’.

Padahal, artinya sama saja tetapi menguak banyak dan menutup banyak. Untuk sementara, saya ingin membiarkannya begitu saja. Toh kita sadar arti masing-masing, dan buat saya, itu sudah cukup.

Berbeda dengan panggilan yang berarti rancu, nama dicipta untuk membentuk.

Nama saya Prisanti Putri. Halo, hari ini kita berkenalan lagi :)