An Essay of Profanity

//April 13, 2010//

Judul tulisan ini adalah judul sebuah artikel yang saya baca ketika SMA, bahkan ketika saya tidak mengerti apa artinya profanity sampai mencarinya di kamus bahasa. Essay-nya sendiri membahas tentang pemakaian kata-kata yang dianggap kotor ini tapi kenyataannya ada di dalam bahasa yang kita pakai sehari-hari yang artinya tidak kotor. Saya teringat artikel ini, persis.

Ya, kata-katanya kotor. Apalagi kalau Anda tinggal di Bandung. Kata Anjing dipakai sebagai tanda baca koma, dan Tai dipakai untuk tanda baca titik. Pemakaiannya seperti imbuhan, akhiran, atau awalan. Dipakai untuk melengkapi kata atau bahkan kalimat. Kita memakainya untuk berbagai hal tanpa ragu, seperti sudah tradisi dan kebiasaan. Kita memakainya santai-santai saja, toh itu cuma tanda baca. Pada akhirnya, tanda baca tidak pernah diucapkan dalam kalimat, toh? Hanya dalam intonasi. Tetapi ketika kata itu berbalik digunakan kepada kita sendiri, ditolak mentah-mentah dan tersinggung. Padahal semua di antara kita menggunakannya juga.

Artinya tidak menghina, cuma tanda baca. Tetapi selalu saja ada yang salah paham, karena kata-katanya kotor.

Ini bukan essay, jumlah katanya tidak cukup disebut essay. Apalagi struktur tulisannya. Judul tulisan ini cuma sekedar judul, tidak menggambarkan isinya. Sama seperti kata-kata profanity, yang tidak ingin menyinggung tetapi dianggap menyinggung.

Kasihan si kata-kata.

Saya terlalu hina untuk berani minta maaf.

 

Sad

//April 12, 2010//

I’m not good at writing sad post. I’m fully aware that I’m good writing happy, spirited post or angry mad post. But this kind of pathetic sad post, oh I’m just not familiar with. I even don’t know which words to use. The one I know, it’s trembling and dark. It is tears and a stab. It is like a hole in the chest that can not be fix. Now it sounds so pathetic, doesn’t it?

Actually, it’s predictable. Since day one, it is already the end, and I know. I just don’t know this would be much heavier than I thought. I don’t know which part that made it heavy, but it actually is. It’s funny when you said it is sad, but you actually don’t know what made it sad because you already knew.

I’m learning to write sad post. Better get used to it, because you’ll see it much more in the future. It’s a pure fate and I’m writing it.

Melepas Teman Baik

//April 11, 2010//

10 times in a row! Ikut wisuda ITB, masuk ke sabuga, masuk ke balairung, naik ke ruang operator, makan prasmanan protokoler, foto bareng pak rektor.

Rundown wisuda sudah hafal, NIM seluruh ITB sudah khatam. Apa yang belum?

Di-wisuda, dong!

51 hari lagi. Antusias?

PS: Hari ini tanpa beban di pundak, hanya sekedar menitipkan pesan-pesan yang tersisa.
Hari ini hanya memberi bunga, dengan pesan-pesan pendek dan senyum hangat.
Hari ini hanya bersalaman dan melambai.
Mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng.
Toganya kebesaran, gelar cumlaude-nya disebut, pacar-pacarnya mengantar, ditimpuki, dipukuli, diceburkan.
Tapi senyumnya sungguh lebar.
Halo teman-teman seperjuangan. Selamat berjuang lagi, karena besok perjuangan yang sesungguhnya baru dimulai.

Doakan menyusul kalian secepatnya :D

TIVO family tree!

//April 08, 2010//

INTRODUCING!!!

(drums roll, please…)

The TIVO family tree!!!

Ada yang bilang, kalau kita sedang banyak pikiran dan pekerjaan, justru lebih banyak pengen mengerjakan hal lain. Nah, ini adalah salah satu buktinya.

Uncle TIVO adalah seorang Italia. Dia tidak lahir di Italia tentu saja. Tapi dia pencinta Italia dan sepak bolanya, juga bahasa Perancis. Aneh? Memang, Uncle TIVO memang eksentrik, sejak kecil ia tertarik dengan sulap dan menganggap Charlie Chaplin adalah dewa bagi dunia seni peran. Oh ya, sudahkah saya bilang bahwa Uncle TIVO adalah seorang aktor. Umm… karir aktingnya baru saja dimulai dan promotornya berkata jika ia mengasah bakatnya dengan latihan balet dan belajar judo, Uncle Tivo akan terkenal dalam waktu setahun ini. Uncle TIVO bertanya kenapa dia harus melakukan hal-hal aneh itu, tapi sang promotor hanya menjawab,“Oh itu tuntutan peran, Brother! Kita tidak pernah tahu kau akan mendapat peran apa. Bisa saja kau bermain dalam film action atau film drama. Baru terlalu cepat 10 tahun bagimu untuk pilih-pilih peran, iya kan? Maka bersiaplah untuk apapun!”

Sister TIVO bisa ditemui di sini.

Berangkat!

//April 05, 2010//

Ketika memandang langit pagi ini, kita hanya bergumam apa yang akan terjadi.
Membayangkan.
Tanpa agenda atau reminder di ponsel, hanya berdiri utuh menanti waktu.

Mari membentuk awan, menempel bintang, atau mewarnai aurora.
Hari ini atau besok, tidak ada waktu untuk membuat mendung.
Ayo bergegas pergi, kereta ke langit berangkat sebentar lagi dan tiketnya sudah terjual habis.

Ayo, tunggu apa lagi!