Oh simple thing where have you gone
I’m getting old and I need something to rely on
Keane – Somewhere Only We Know

A lot of people ask, “So, what happens?” and a lot of people answer, “Life. That’s what happens.”

But today, I want to say, “I miss you, Life.”

I miss you when you treat me bad, and I still don’t give a damn. I miss you when you treat me good, and I smile back at you. I’ve been enjoying life so much that I forget that life doesn’t come easily.

As years passed by, life complexion traps you deeper, tangled you under. It’s not just simply as “I love you” or “I’m happy” anymore, because there’s certainly a lot to say and feel, to think deeply, to ask question. And to be honest, I really don’t get it. I don’t get it why it has to be that complex?

I feel that it is just a way of being a normal adult people. It is the same as you need to look thin to be good looking, you have to open the umbrella when it’s raining, you have to always look normal to other people.

I try that one. And for family, for friends, for other people, I’m sorry for losing the battle. I’m sorry for not being that normal. I don’t want to look normal if I don’t feel like one. I want to be like this, I want to sit around writing nonsense, I want to walk around town, eat an ice cream and smile at people, I want to think as simple as it is. I want to have my life as my own.

Hey, people. Sorry for not understanding your complexity, sorry for being a damn careless person who thinks that it doesn’t have to be that complicated. I just need “I love you” to be with someone, and I just need “I’m happy” for being happy. And for people who like to write “I’m not that simple after all”, I just want to say, “I am that simple after all.”

But then again, I’m glad I’m not the only one.

You and I have a lot to say, and we don’t have to if we don’t feel like it. Let’s just smile at each other and that is enough. For a while, let’s stay right here :)

But I think that you’re wild, inside me is some child
You might think I’m foolish, or maybe it’s untrue
You might think I’m crazy, but all I want is you

You Might Think – The Cars

One of the books I read said, “The only way to defeat darkness is by giving it a name”. Is it pretty much the same with loneliness?

Last week I experienced drama, something I haven’t felt since months ago. Didn’t see it coming and yeah, pretty much the same like the soap opera I just saw with my grandma. You know, people is destined to change. Even when you don’t really know which part. But there’s a certain thing that isn’t there anymore or already present the moment you’re not realized.

The only way to defeat darkness is by giving it a name.

I’m glad I’ve been giving name to mine.

I always think Apple is such a snob. A sleek white creature who doesn’t bother to look under, a real smart ass snob. That’s why I’m not an Apple user, and I hardly admired Steve Jobs. I just know him from the 9gag meme and maybe his iconic speech about connecting the dots. Some other time I just thanking him for buying PIXAR, his trust have made PIXAR to go this far.

Steven Paul Jobs born in 1955, and died in 2011. Pancreatic cancer. But in fact, people passed away everyday. And Jobs is just like any other. As I quoted one of his memorable line, death is inevitable.

Death is very likely the best invention of life,” he said in the speech. “All pride, all fear of embarrassment or failure, these things just fall away in the face of death, leaving only what is truly important.
Steve Jobs Obituary – by David Sarno and Christopher Goffard, Los Angeles Times

Millions of mentions and condolences spreads, and Jobs leaving his unlimited passion to change the world, passing it to the new generation. For this, we should really take a bow to him.

And unlike him, I’m not a visionary creative genius but I share the same intention. Jobs has done his part in this world, it is time for us to take the others. Maybe not in a smart ass snob way, maybe in the other part of ground. Remembering Jobs is like remembering reasons, remembering parts. Remembering what is truly important when you live the day.

Catmull, Jobs, Lasseter. Images taken from the front page of Pixar.com.

sehingga saya menulis dengan Arial.

seperti saya yang tidak kenal kamu.

Menyaksikan Mata Najwa edisi Sinema Merana adalah sebuah pertanda magis yang luar biasa. Entah mengapa, menampar saya berulang kali dan membuat saya mengingat banyak hal. Banyak hal yang masih harus saya capai.

Sejak marak dan hebohnya pemberitaan tentang pajak film dan isu monopoli bioskop 21, saya tidak pernah terlalu banyak bicara. Saya tidak meRT tweet Joko Anwar atau Mira Lesmana tentang permasalahan ini, sayapun tidak banyak membicarakan dan mengeluhkan hal tersebut di luaran. Saya tidak pernah takut tidak bisa menyaksikan film layar lebar. Di zaman DVD bajakan dan teknologi jaringan nirkabel, menikmati film bagus (ataupun film jelek) bukan masalah besar lagi. Hey, saya mengunduh hampir 10 episode TV serial dengan berbagai judul setiap minggunya. Tidakkah hal yang sama berlaku dengan film layar lebar.  Yang saya takutkan adalah saya tidak bisa menikmati film layar lebar di tempat yang seharusnya.

Siapapun tau, saya adalah penggemar bioskop. Sensasi magis yang dibuatnya kadang membuat merinding. Dan walaupun kadang malu-maluin, saya memaklumi orang-orang yang bertepuk tangan di bioskop. Menonton bioskop seperti morfin buat saya. Ketika saya stress menyelesaikan tugas akhir saya, tak terhitung waktu saya bolak balik masuk bioskop seorang diri. Duduk bersebelahan dengan bocah-bocah yang kegirangan dan ikut tertawa bersama mereka. Saya pernah menulis ini, dan berharap saya bisa membuat tugas akhir tentang bioskop (walaupun akhirnya topik tugas akhir saya tidak kalah kerennya, menurut saya).

Kembali ke hampir belasan tahun lalu, saya punya sebuah mimpi kecil di ujung tempat tidur. Di sebuah lahan di Cinere (daerah tempat saya tinggal) berdirilah sebuah bioskop kecil bernama Dynasty. Bioskop kecil itu berdiri tegak, walau lapuk, tapi tetap terlihat gemerlap di mata bocah saya. Bioskop Dynasty merupakan sebuah kisah nyata tentang terpuruknya bioskop kecil yang terpinggirkan di antara jaringan bioskop besar. Saya menyaksikan sendiri bagaimana bioskop tersebut terpuruk dan kemudian, mati. Bagian depan Dynasty kemudian masih dipergunakan sebagai tempat mesum, tempat preman, dimana pertandingan bilyar dilaksanakan setiap hari. Bahkan, sebuah acara supranatural yang sedang booming pada masa itu, ikut-ikutan membuat liputan tentang bioskop ini (true story). Untuk kemudian, Dynasty berubah jadi gedung mati dan daerah di sekitarnya tetap disebut sebagai Dynasty. Dan adalah tetap sebuah mimpi kecil saya, untuk membeli bioskop itu dan menjadikannya kembali menjadi sebuah tempat impian. Yang gemerlap dan menyilaukan.

Saya sangat  kecewa, ketika pulang dari Bandung suatu saat, sebuah papan pembangunan terpancang besar di depannya. Gedungnya sudah runtuh, sekelilingnya dipagar seng, sebuah bangunan asing akan berdiri di sana. Antara sakit hati, dan tangisan. Beberapa bulan kemudian, tercetak lambang besar Cinere Square, Robinson, dan Ramayana di depannya. Sampai akhirnya, bulan kemarin tempat ini bangkrut dan ditutup. Rumor tetangga berkata tempat ini akan dijadikan Matahari, yang mungkin lebih bonafid dan menghasilkan banyak uang. Tapi jauh di sudut tempat tidur saya, saya masih punya mimpi itu. Hal yang kadang masih membangunkan saya di malam hari, dan menuliskan kata tentang mimpi saya akan bioskop ini.

Meminjam tagline iklan Indomie, ini cerita saya. Cerita yang akan saya ceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucu saya nanti, tentang impian, tentang sebuah tempat yang gemerlapan. Tapi sayangnya, saya belum berani membersihkan sudut tempat tidur saya, dan membiarkan cerita ini berhenti di sini. Siapa yang tahu, beberapa tahun lagi, sebuah bioskop akan kembali berdiri di sana :)

“Satu hal yang pasti kita butuh lebih banyak layar. Tidak hanya di gedung-gedung mewah yg berkarpet merah, tapi di bioskop-bioskop kecil, yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Untuk menghibur yang selama ini berada di pinggir dan mengajak mereka berani bermimpi.”

 Mata Najwa, Sinema Merana (21 September 2011)

http://www.metrotvnews.com/metromain/newsprograms/2011/09/21/10135/Sinema-Merana

Dan ketika saya meng-google tentang Dynasty tidak ada foto tentang bangunan ini. Tetapi ia akan tetap hidup di sudut ingatan saya, dan selamanya akan begitu.

Selamat malam kepada semua yang pernah bermimpi.