Sama Saja Rupanya

//August 19, 2010//

Nama adalah titipan dan pemberian. Seperti magis atau pengharapan. Sedangkan panggilan ada untuk menyebut. Biasa diikuti oleh kata sayang, menjadikannya panggilan sayang. Sehingga teman dekat akan menyebut dengan kata yang berbeda dengan kata dari orang asing. Mengubah panggilan bisa mengubah arti keberadaan, atau status sosial. Seperti ‘Pak’ yang dianggap sopan, atau ‘Dek’ untuk orang yang (terlihat) lebih muda. Para pedagang Melawai memakai kata ‘Kakak’, pedagang Glodok memakai kata ‘Cici’, pengusaha online shop memakai kata ‘Sis’. Semuanya, dipakai untuk memperakrab suasana, mereka berusaha membuat kita merasa nyaman ketika punya panggilan sayang. Oh, kata ‘Gan’ dipakai di forum terbesar Kaskus dan dengan cepat melebur di masyarakat. Seperti virus dan itu menjangkit. Panggilan membuat kita mengenal dari lingkungan mana seseorang berasal. Seperti saya yang terbiasa menggunakan kata ‘A’ atau saudara di sana yang memakai kata ‘Mas’ dan ‘Bang’.

Padahal, artinya sama saja tetapi menguak banyak dan menutup banyak. Untuk sementara, saya ingin membiarkannya begitu saja. Toh kita sadar arti masing-masing, dan buat saya, itu sudah cukup.

Berbeda dengan panggilan yang berarti rancu, nama dicipta untuk membentuk.

Nama saya Prisanti Putri. Halo, hari ini kita berkenalan lagi :)

 

Dirgahayu.

//August 17, 2010//

Berkata merah putih seperti berkata darah dan seluruh jiwa. Seperti mengalir dan membumi. Hari ini tertanggal 17 Agustus 2010. Tanggal hanyalah penanda zaman, hanyalah coretan kecil di sudut buku. Tidak sama seperti takdir, dan kita semua tahu apa perbedaannya.

Di salah satu kesempatan saya masuk ke ruang balairung utama Sabuga saat Wisuda, pernah seorang wisudawan menyuarakan kalimat-kalimat penutupnya. Ia berseru keras, ‘Bukan kebetulan bahwa kita ditakdirkan terlahir di tanah ini, Indonesia’, dan saya tahu benar arti kata-kata itu. Takdir buat saya bukan kepasrahan, sehingga saya akan memperjuangkannya hingga mati. Indonesia adalah salah satu dari saya. Dan bangga hanyalah salah satu kata untuk menggambarkannya.

Setiap tahun di bulan Agustus, saya akan berburu berbagai koran dan majalah. Karena saya tahu betul bahwa editorial bulan itu akan berkisar tentang Cinta Indonesia dan saya penggemar berat tema itu. Setiap tahun tidak pernah ada yang sama, selalu akan ada foto terumbu karang, matahari tenggelam, kabut gunung, ataupun senyum yang berbeda. Terselip di salah satu halaman majalah, ataupun di salah satu penjuru pulau. Dan saya tetap akan merasa bangga menyelip di salah satunya.

Beberapa pejuang dan garis keras akan berteriak-teriak di hari ini. Beberapa akan mempertanyakan apa saja yang telah kita capai, apa saja yang belum kita capai, apa lagi yang kurang, dan mengapa semuanya terjadi. Berbagai kata tanya akan mengalir dan saya akan berkata peduli setan. Karena saya punya definisi merah putih sendiri, dan saya akan berteriak-teriak dengan cara sendiri. Takdir menempatkan kita tidak hanya di tanah ini, tapi di suatu jenis tanah yang berbeda. Saya tahu betul bahwa cat di kantong saya akan berbeda dengan para saudara di bumi Timur, dan saya tak akan mempertanyakan apa jenis catnya. Saya hanya akan tanya warna cat apa yang kamu punya, dan warna baru apa yang bisa kita ciptakan.

Dirgahayu Indonesia. 65 tahun hanyalah hitungan. Tetaplah berbangga wahai penginjak bumi dan pencinta laut. Lihatlah darah dan jiwa kalian, masihkah merah putih itu semua? Kalo iya, mari berkenalan dan kita lukis negeri ini lebih indah lagi. Karena masih banyak warna yang tersisa, dan masih banyak kanvas kosong untuk menorehkannya.

Selamat pagi, Indonesia.

Yakinlah bahwa saya tetap akan menginjak tanahmu dan membuatnya menjadi tanah terbaik yang pernah terinjak. Dirgahayu Indonesia, dan bahkan saya tak pernah mencari arti kata dirgahayu di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oh, #indonesia65 berhasil jadi trending topic lagi malam kemarin.

 

Losing

//August 15, 2010//

A whistle, some other heavy voice, and we know we arrived on some little place. It is the same, with you and your usual gags. It’s just the place and the people who speak in some other dialect. Oh, we’re both losing mind to step on any other kind of soil. We’re both being a fool to think it’s usual for strangers like us. To lean on some shoulder and smile. We’re not riding on a hot air balloon and without some parachute. We’re just stepping the ground and watching painting. I’ve spent some films, some flash, and a bowl of soup. You’ve spent the smile, and it is enough. You’re being nostalgic again, showing roads with some memories and some other tease. I’m buying postcards and bargaining some gift. Then again, we’re both losing mind to think it’s somewhat romantic.

 

Foolish

//August 10, 2010//

Street lamps, flourescent colors. You and the rain. Talking non sense of somewhat past drama and high school legends. Hundred of car lights and thousand of raindrops. Maybe we just pretending, and take it too hard. Oh, it just rain, with people, and street lamps.

We’re just being a fool to think it somewhat romantic.

Zipp!

//August 08, 2010//

 

Kalau boleh membuat pengakuan, selama hampir 4 tahun berada di unit termakmur, Liga Film Mahasiswa, saya belum pernah belajar foto. Tapi baru-baru ini, Mangasi punya ide untuk main-main pake kamera lama dan saya menemukan kamera pocket jaman dulu (dibaca tustel di jaman itu) di lemari. Ibu saya memang suka barang murah, dan kamera FujiFilm Zipp! mungkin salah satunya di jaman itu. Bungkusnya masih rapi, dan sepertinya belum pernah dipakai. Jadilah saya dan Mangasi bermain dengan kamera pocket ini sewaktu LKO LFM kemarin. Dan woaaa, super. Ini beberapa favorit saya.


My two amazing best friends, Praba & Angga :) People surely called them not by names, but phrases like “kyaaa kyaaa~”


Kiri-kanan: Ijul, Tangkas, Ian. Sargeant Pepper’s Lonely Hearts Club is opening recruitment :P


Humor tengah malam, menunggu surprise Puty.


The birthday girl Puti Karina Puar, dengan tambahan Aftah dan Ian :D


Amphi Arsi di pagi hari. Kalian sungguh menyenangkan.


Bocah-bocah sayaaaa…


My favorite! Pii, salah satu manusia terlucu yang menginjak tanah air.

Taken with: FujiFilm Zipp! and FujiFilm ASA 400 expired.