wealth

Some other times, my friend sent me this link and this link. He wanted to compare the life of these two big figures on Indonesia. Both is an entrepreneur, both is wealthy, both has his own story to tell.

Aside from those short biography, it kept me thinking. To become wealthy, to become rich, is everybody’s dream (don’t lie that it never once cross on your mind, with or without deepest thought). Each of you, who dream about it, has reasons to become one and I won’t judge you. But when you do become one, realize one thing: remember the very first deepest reason why you want to be in that position. Then remember, what do you want to do next? After all those glitters, what’s left for you?

As I quoted one of the conversations I had with my friend.

P:     So, wealth does open a lot of door of opportunity then.

L:     No, wealth only gives you the door.

L:     It is up to them whether they want to open the door and grab the opportunity behind it or leave it as it is.

And this time, I have to judge. I appreciate Arifin Panigoro’s life way above the other one :P

The Magnificent, Rizki Narindra

For every closed book, there’s another story written. Last  (last) Sunday, my friend Rizki just took off abroad, closed his book on Indonesia (for a while). Pursuing a degree and writing his story on the land of stranger. So as today, I want to write about one of my best friend, Rizki.

Rizki Narindra Muhammad adalah teman seperjuangan. Sama-sama LFM angkatan 2006. Dia foto dan saya video, dia ekslusif dengan anak fotonya, saya jarang nongkrong di LFM. Saya bahkan lupa bagaimana caranya bisa dekat dengan Rizki, tapi marilah memulainya dengan wisuda Juli 2007. Sama-sama menyelam di wisuda lebih dulu dari anak-anak 2006, membuat kami mempunyai mimpi yang sama: Pimpro Wisuda. Dari hasil ngobrol-ngobrol kita, something in us just clicked. Entah karena joke konyol atau gombalan-gombalan bangke yang sering kita ucap. Yang jelas, I knew I’ve just got a new best friend.

Saya merasa benar-benar dekat sama Rizki ketika Wisuda Oktober 2007, ketika kita sama-sama ‘jatuh’ dan jadi koordinator. Dia Fotografer, saya Sortir. Remember the phrase ‘your enemy is my best friend’? Pepatah itupun berlaku di kita, karena punya “musuh” yang sama, kita (& Putra) makin sering ngobrol dan berdirilah RLM. Perkumpulan rahasia yang hanya kita bertiga yang tahu kepanjangannya atau gambar benderanya, atau joke-joke nggak lucu yang cuma kita aja yang nganggep seru. Seperti joke Ganesha mini, keberadaan bunker di bawah kamar gelap yang isinya wisudawan yang protes kalo fotonya kasus, atau CCTV yang dipasang Rizki di Ruang Santai untuk mengawasi perkembangan gosip (ah, good old days). Dari situ, ternyata banyak hal-hal yang saya kagumi dari Rizki mungkin karena etos kerja Rizki dan keuletannya dalam bekerja. Sampai akhirnya di phone book HP saya, nama Rizki punya tambahan kata menjadi Rizki Idol.

Setelahnya, Rizki naik jadi fungs (Man. Doksos lagendaris dengan rekor LPJ tercepat, lancar kayak jalan tol). Dan tahun berikutnya, saya yang naik jadi fungs. Kita jadi jarang ngobrol tapi setiap ketemu pasti ngerasa ada aja yang pengen diomongin. Entah gosip konyol atau (lagi-lagi) joke-joke bego kayak joke rudal atau buldozer. Bahkan kita pernah pengen pulang ke rumah masing-masing lewat parkiran SR dan malah ngegosip sampe hampir sejam lebih sambil berdiri di sana :))

meet the idol

Ketika lulus, saya Oktober, Rizki April. Kami sempat tergabung di Asosiasi Jobseeker Indonesia alias PT Pengangguran Tbk :P (yang sekarang sudah bubar). Saya menetap di Cinere, Rizki terbang ke Milan. Kayaknya cepat banget waktu berlalu dari Rizki nge-sms untuk pegangan supaya gak kaget ketika ngabarin bahwa dia keterima S2 di Itali.  Sayangnya saya nggak bisa mengantar ke bandara di hari kepergian Rizki. But well yeah, I pretty much hate the airport and cemetery, the goodbye or the sentimental feeling is just too much to handle. So, I always avoided those two.

The thing is, I’ve seen people growing up, separating path, growing distance. And I hate to know that I’ve been on those kind of situation for several times, and maybe… right now. Tapi ketika malam-malam habis hujan Rizki menyapa saya di Whatsapp pakai nomor Itali, saya tahu saya masih akan tetap bisa cerita konyol atau ngegombalin cewe bareng Rizki. And I hope, for following years ahead. Lagian Rizki cuma bakal setahun di sana (katanya), sebelum dia menginvasi tempat-tempat lain untuk dikasih virus gombal :)) Yeah, I’m just 6 hours earlier to take my lunch, nah it’s not /that/ far. Jadi, saya dedikasikan tulisan ini buat Rizki Narindra Muhammad, one of the greatest people I know, one of my bestest friend (and also one of the most eligible bachelor out there ;P).


foto-foto random dari Itali yang suka disebar sama Rizki (yang kanan atas paling nyebelin :P)

Semoga mendapat banyak pelajaran hidup di sana, dan cepat-cepat meraih gelar M.Eng-nya (jadi di undangan nikahan nama lo tambah panjang :)) Semoga ketika balik lagi ke sini, bakal ada welcome party, soalnya farewell party-nya gagal kabeh. Yaah, pokoknya aing doakan maneh sukses, and live the dream well, live the day by thankful.

 

The Unbeatable

//December 17, 2010//

 

Tahun kemarin di bulan Desember, saya menulis tentang salah satu tokoh fiksi favorit saya yang bernama Endou Kenji. Sekarang, persilahkan saya menulis tentang seorang lagi jagoan saya. Ya, semua orang pasti kenal. Minggu pagi jam 9 di Indosiar. 42 komik tamat ditulis untuk menceritakan pengalaman hidupnya. Bukan saya saja yang terkagum-kagum pada pencipta karakter super ini, di antaranya adalah pengarang super lain bernama Eiichiro Oda yang sudah dikenal dengan komik super lainnya, One Piece. Pencipta komik super ini bernama Akira Toriyama dan bukan rahasia lagi bahwa Oda mengidolakan pengarang ini. Bahkan dalam One Piece – BLUE Data File, ada section khusus dimana Eiichiro Oda diberi kesempatan untuk diwawancarai oleh Akira Toriyama. Yah, tapi kali ini saya ingin bercerita tentang pemeran utama komik luar biasa terkenal berjudul Dragon Ball. Saya tidak kenal Dragon Ball Z, Dragon Ball GT, atau Dragon Ball dengan embel-embel lainnya. Jadi saya hanya akan bercerita tentang Songgoku.

Songgoku adalah makhluk planet Saiya, itulah mengapa ia luar biasa kuat. Alasan tersebut pulalah yang membuat Songgoku tidak bertambah tua, karena makhluk planet Saiya adalah bangsa petarung yang membuat mereka dianugerahi umur lebih panjang untuk bertarung. Terlahir sebagai makhluk planet Saiya juga membuat Songgoku bertambah kuat setiap kali hampir mati. Tetapi dengan segala macam kelebihan itu, alasan apa yang membuatnya berkali-kali menyelamatkan Bumi? Sebuah planet yang notabene lebih jelek dibanding planet tempatnya berasal. Klise, tempat itulah yang membesarkannya dan di tempat itu pulalah dirinya mempunyai banyak teman. Diceritakan sejak awal bahwa Songgoku adalah anak yang super polos (bahkan ia tidak bisa membedakan yang mana laki-laki atau perempuan dan berjanji mengambil Chi Chi sebagai istri karena menganggap istri itu nama makanan). Dalam kenyataannya, memangnya ada orang yang sama sekali tidak punya niat jahat sedikitpun? Yang bahkan ketika diberi sinar iblis (saat melawan Raja Iblis di tempat Nenek Peramal), tidak ada sedikit niatpun yang bisa membuatnya meledak. Oh, betapa saya ingin sekali menjadi seperti dia.

Selain sifat polosnya yang luar biasa terpuja itu, saya ingin sekali menjadi seperti Songgoku karena ia satu-satunya orang yang tahu kapan harus menempatkan emosi. Dua kali, Kuririn mati terbunuh (satu oleh anak buah Pikorro dan satu lagi karena Freeza) dan dua kali itu pula Songgoku marah. Ia tidak marah ketika dirinya dihina, ia tidak marah ketika barang peninggalan kakeknya dicuri, ia marah hanya karena sahabat terbaiknya harus mati. Harusnya saya belajar untuk mengendalikan diri sebaik itu.

Oh, dan saya menangis ketika Songgoku mati di komik no. 35 ketika ia akhirnya memutuskan untuk mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan bumi dari Cell yang mengancam meledakkan diri. Kualitas-kualitas tersebut kemudian dirangkum oleh musuh bebuyutannya, Bezita di komik terakhir. Songgoku adalah satu-satunya orang yang suka bertarung bukan untuk menang, tetapi untuk tidak kalah. Menyebabkan ia menjadi orang terkuat di jagat raya (diceritakan bahwa mereka bahkan lebih kuat dari para dewa penguasa, raja neraka, bahkan Kaio ataupun Kaio Shin).

Pada akhirnya, saya tidak peduli bahwa ia orang terkuat sejagat atau bukan (saya masih menganggap yang paling kuat di sepanjang cerita adalah Songgohan), saya hanya suka karakter Songgoku yang penolong dan baik hati. Membaca 42 buah komiknya lagi belakangan ini membuat saya ingat kenapa saya gemar sekali dengan komik ini. Seseorang dapat dikatakan tokoh jagoan karena dia punya kualitas yang lebih dibanding orang lain bukan? Pada kenyataannya, Songgoku adalah fiksi. Ia diciptakan karena impian akan sesosok jagoan yang tidak pernah ada di dunia. Tidak ada orang yang mampu semulia itu untuk menjelma menjadi nyata. Tetapi tidak ada salahnya untuk berusaha, kan? Saya memang tidak bisa terbang, saya tidak bisa jurus tenaga dalam, dan saya bukan manusia planet lain. Saya hanya manusia biasa yang berusaha untuk rajin berusaha dan bermimpi menyelamatkan dunia.

 

band geeks

//December 15, 2010//

Obviously, I never said I like a guitarist or vocalist or anything. Besides, if I have to choose one from any band member, I’d pick the drummer. A drummer just deserves a future compliment. Because usually, they’re cooler than the rest of the band. Travis Barker is cooler than Mark Hoppus. Caroline Corrs looks cooler than Andrea, eventhough Andrea is more beautiful (yeah, right). Even Hanson’s Zac Taylor is cooler than whatever the name of the rest of family member are. A drummer always stands furthest from the audience. He only gets a tiny little light on the back, not the shimmering spotlight with fireworks blast effect. But he gives breath to the rest of the band, he gives beat. Not selfish enough to steal all the spotlights, the supportive one. Okay, that’s enough yapping.

The thing is, I don’t really look into any band geeks. This article made me believe it more. So if I end up with one, it’s just any other coincidences.

PS: But Charlotte Hatherley is another exception :P She’s a former guitarist of ASH, one of my greatest band of all time. After 7 years playing with ASH, the band asked her to leave and she’s having solo afterwards. On June 2010, Hatherley joined KT Tunstall, playing lead guitar to replace Sam Lewis. Oh, she is so a guitar goddess.