For every closed book, there’s another story written. Last (last) Sunday, my friend Rizki just took off abroad, closed his book on Indonesia (for a while). Pursuing a degree and writing his story on the land of stranger. So as today, I want to write about one of my best friend, Rizki.
Rizki Narindra Muhammad adalah teman seperjuangan. Sama-sama LFM angkatan 2006. Dia foto dan saya video, dia ekslusif dengan anak fotonya, saya jarang nongkrong di LFM. Saya bahkan lupa bagaimana caranya bisa dekat dengan Rizki, tapi marilah memulainya dengan wisuda Juli 2007. Sama-sama menyelam di wisuda lebih dulu dari anak-anak 2006, membuat kami mempunyai mimpi yang sama: Pimpro Wisuda. Dari hasil ngobrol-ngobrol kita, something in us just clicked. Entah karena joke konyol atau gombalan-gombalan bangke yang sering kita ucap. Yang jelas, I knew I’ve just got a new best friend.
Saya merasa benar-benar dekat sama Rizki ketika Wisuda Oktober 2007, ketika kita sama-sama ‘jatuh’ dan jadi koordinator. Dia Fotografer, saya Sortir. Remember the phrase ‘your enemy is my best friend’? Pepatah itupun berlaku di kita, karena punya “musuh” yang sama, kita (& Putra) makin sering ngobrol dan berdirilah RLM. Perkumpulan rahasia yang hanya kita bertiga yang tahu kepanjangannya atau gambar benderanya, atau joke-joke nggak lucu yang cuma kita aja yang nganggep seru. Seperti joke Ganesha mini, keberadaan bunker di bawah kamar gelap yang isinya wisudawan yang protes kalo fotonya kasus, atau CCTV yang dipasang Rizki di Ruang Santai untuk mengawasi perkembangan gosip (ah, good old days). Dari situ, ternyata banyak hal-hal yang saya kagumi dari Rizki mungkin karena etos kerja Rizki dan keuletannya dalam bekerja. Sampai akhirnya di phone book HP saya, nama Rizki punya tambahan kata menjadi Rizki Idol.
Setelahnya, Rizki naik jadi fungs (Man. Doksos lagendaris dengan rekor LPJ tercepat, lancar kayak jalan tol). Dan tahun berikutnya, saya yang naik jadi fungs. Kita jadi jarang ngobrol tapi setiap ketemu pasti ngerasa ada aja yang pengen diomongin. Entah gosip konyol atau (lagi-lagi) joke-joke bego kayak joke rudal atau buldozer. Bahkan kita pernah pengen pulang ke rumah masing-masing lewat parkiran SR dan malah ngegosip sampe hampir sejam lebih sambil berdiri di sana :))
meet the idol
Ketika lulus, saya Oktober, Rizki April. Kami sempat tergabung di Asosiasi Jobseeker Indonesia alias PT Pengangguran Tbk :P (yang sekarang sudah bubar). Saya menetap di Cinere, Rizki terbang ke Milan. Kayaknya cepat banget waktu berlalu dari Rizki nge-sms untuk pegangan supaya gak kaget ketika ngabarin bahwa dia keterima S2 di Itali. Sayangnya saya nggak bisa mengantar ke bandara di hari kepergian Rizki. But well yeah, I pretty much hate the airport and cemetery, the goodbye or the sentimental feeling is just too much to handle. So, I always avoided those two.
The thing is, I’ve seen people growing up, separating path, growing distance. And I hate to know that I’ve been on those kind of situation for several times, and maybe… right now. Tapi ketika malam-malam habis hujan Rizki menyapa saya di Whatsapp pakai nomor Itali, saya tahu saya masih akan tetap bisa cerita konyol atau ngegombalin cewe bareng Rizki. And I hope, for following years ahead. Lagian Rizki cuma bakal setahun di sana (katanya), sebelum dia menginvasi tempat-tempat lain untuk dikasih virus gombal :)) Yeah, I’m just 6 hours earlier to take my lunch, nah it’s not /that/ far. Jadi, saya dedikasikan tulisan ini buat Rizki Narindra Muhammad, one of the greatest people I know, one of my bestest friend (and also one of the most eligible bachelor out there ;P).
foto-foto random dari Itali yang suka disebar sama Rizki (yang kanan atas paling nyebelin :P)
Semoga mendapat banyak pelajaran hidup di sana, dan cepat-cepat meraih gelar M.Eng-nya (jadi di undangan nikahan nama lo tambah panjang :)) Semoga ketika balik lagi ke sini, bakal ada welcome party, soalnya farewell party-nya gagal kabeh. Yaah, pokoknya aing doakan maneh sukses, and live the dream well, live the day by thankful.