Akhir-akhir ini, tidak bisa dipungkiri bahwa berita yang beredar di lingkungan sekitar selalu lekat dengan berita buruk. Beberapa yang memilih menjauh dari berita semacam ini, lambat laun pasti terkontaminasi karena pesan berantai di group chat atau sharing artikel di salah satu kanal sosial media. Kata ‘hoax’ dan ‘penistaan’ seakan menggantikan kepopuleran kata ‘pencitraan’ yang sempat marak di tahun 2014-2015 yang lalu.
Sudah rahasia umum bahwa yang namanya berita skandal yang sensasional ataupun berita buruk yang kontroversial akan selalu lebih laku terjual dibanding berita-berita prestasi ataupun kabar bahagia. Hal yang tentu tidak lepas dari campur tangan media. Kanal berita online, koran, dan stasiun TV berlomba untuk menampilkan berita-berita yang menyayat hati.
Sudah lebih dari 10 tahun saya menjauhkan diri dari stasiun TV lokal dan lebih memilih YouTube sebagai sumber hiburan. Salah satu acara luar negeri favorit saya adalah sebuah acara berita yang dikemas dalam komedi milik HBO berjudul Last Week Tonight. John Oliver mengangkat beberapa isu nasional dan berita-berita yang terlupakan untuk kemudian dibahas dan ditelaah dalam bumbu komedi. Dalam episode terakhirnya di tahun ini, Oliver menyebut tahun 2016 sebagai one of the shittiest year ever karena banyaknya berita buruk yang berdampak global di tahun ini.
Di segmen lainnya, Oliver membahas tingginya tingkat berita palsu yang beredar di dunia maya. Rupanya, hal ini tidak hanya terjadi di dalam negeri saja. Di masa Pemilu 2014 yang lalu, sempat beredar infografik yang menyerukan bagaimana seharusnya kita menyikapi berita yang beredar. Tapi sepertinya usaha tersebut tidak terlalu berpengaruh di masyarakat yang lebih suka mempercayai dan menciptakan faktanya masing-masing.
Read more