Ketika saya menulis ini, saya belum menikah dan saya belum punya rencana untuk mengadakan pernikahan. Di sekitaran lingkup umur saya dan teman-teman (25 tahun ke atas), adalah hal yang wajar untuk melangsungkan pernikahan. Umumnya banyak yang beralasan karena “sudah cukup umur”, “orang tua udah tua, pengen nimang cucu”, “kebelet kawin”, “udah dilamar, gimana dong?”. Dan tentu saja untuk alasan-alasan lain yang tidak perlu saya pertanyakan atau ketahui. Undangan dan seragam nikahanpun mulai menjadi hal wajar ketika weekend menjelang. Hari yang harusnya bahagia bagi kedua mempelai tiba-tiba menjadi beban bagi sebagian orang. Ada yang bilang, berat rasanya untuk mendengar pertanyaan “kapan menyusul?” yang tidak pernah berakhir. Atau ada yang menjadi cynical melihat biaya-biaya atau tradisi 500+ undangan, atau acara yang “tidak sebenar-benarnya” dimiliki oleh kedua mempelai. Ataupun bagaimana orang-orang membanggakan status pernikahan atau bagaimana mereka merayakan hari pernikahan (ataupun tempat liburan/honeymoon-nya, ffuuuu).
Tapi saya mau bilang: THE HELL I CARE ABOUT THAT STUFFS :))