Hari Ini, Di Sana

Tanggal 21 April kemarin, seperti biasanya, masyarakat Indonesia merayakan Hari Kartini. Waktu kecil dulu, saya terbiasa merayakan hari tersebut dengan memakai baju daerah, kemudian berubah menjadi kebaya atau rok semasa kuliah dan bekerja. Di tahun-tahun tersebut, saya merasa tidak memaknai Hari Kartini yang sesungguhnya karena saya pikir, hari tersebut hanya gimmick belaka. Sama seperti hari simbolis lainnya, hari tersebut dijadikan beberapa toko (termasuk toko saya) untuk meraup keuntungan lewat iming-iming diskon. Saya juga tidak pernah (dan belum tertarik) membaca buku Habis Gelap, Terbitlah Terang selama ini. Tapi, selalu ada yang menggelitik di setiap tahunnya. Hari Kartini tidak pernah luput dari perdebatan.

Kenapa Kartini?

Pertanyaan tersebut selalu ada setiap tahunnya. Selalu dibahas dengan cara yang berbeda, tapi intinya selalu sama: “Apa yang membuat Kartini mendapat hari tersendiri di kalender dengan segala privilege yang dimilikinya?“. Kartini tidak mengangkat senjata. Kartini lahir di keluarga berada. Kartini hanya menulis surat. Sementara itu, beberapa orang akan membela Kartini dan mengatakan bahwa di usianya yang sangat muda dan budaya Jawa yang sangat ketat, pemikiran Kartini sangat maju pada zamannya. Jika dilihat lebih dekat, tidak ada yang benar-benar salah.

Read more

The Lines We Make

I have other writings to finish and other priorities to-do, but I decided to sit down and write this.

My friends have sent me links since morning, about the Inter Korean Summit that is still happening today as I write this. The CNN reported that Kim Jong-Un has been the first leader of North Korea who crossed the demarcation line of North Korea and South Korean at the DMZ. As I watched the 5 minutes clips, I don’t know what triggered me, but I cried for a mere 10 minutes or so.

I have the privilege to visit the DMZ couple years ago. When I look back, I only remembered that I wanted to visit it, because it is interesting. But when I actually visited the place, it was more heart wrenching rather than exciting.

Read more

The Course

I need you to stay warm.
Because the night is long and we need to survive it.
The road might be a little hard to handle, but we will need to try harder.
That’s why I need you to keep walking.

It looks like we’re all alone in this thick fog, but don’t worry it too much.
Others are struggling on this course as much as we are.
That’s why we need to endure it for a little more.

After this, the dawn might greet us.
And we’ll see the brighter side of each other.
Under the rose-pink lighted sky.
Between our smiles.

Menulis dari Hati

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat membaca post Puty seputar Blogging. Isinya sendiri berkisar tentang tips dan trik untuk memulai nge-blog dan bagaimana untuk selalu konsisten. Menurut saya, post-nya menarik banget apalagi buat yang nggak tahu harus memulai darimana ataupun ingin mulai menjadikan blog sebagai penghasilan. Saya sendiri mulai menulis dan punya blog sekitar tahun 2008 semasa kuliah. Isinya tentu nggak jauh-jauh dari luapan perasaan maupun jurnal sehari-hari. Karena kebetulan saya suka menulis puisi, tentu penulisannya penuh dengan ‘kode-kode’. Ini salah satu tulisan saya tahun 2010.

Seiring waktu, saya merasakan bahwa momen menulis di blog adalah sebuah cara untuk relaksasi buat diri sendiri dan membuat saya merasa lebih produktif karena ‘menghasilkan sesuatu’ walaupun cuma sebaris atau dua baris kalimat. Sampai saat ini, isi blog ini masih cenderung berisi pemikiran saya, puisi/cerita, dan beberapa tips maupun inspirasi yang saya dapatkan sehari-hari.

Saya termasuk orang yang suka melihat sisi positif suatu keadaan. Jadi, merebaknya kembali blog dan fungsinya yang sudah bisa menjadi lahan penghasilan ataupun pekerjaan, membuat saya turut berbahagia. Walaupun banyak blog yang lebih berbentuk ‘majalah’ dan berisi review produk ataupun lebih ke profit-oriented, saya nggak lantas kesal. Karena pada akhirnya, lebih banyak kata yang dibagi ke dunia and that’s what matters :3

Tapi apakah semua blog zaman sekarang harus profit-oriented? Harus selalu ada foto flat-lay-nya? Apakah setiap post harus lebih dari 1000 kata? Nah, kali ini saya mau berbagi tips menulis versi saya dan beberapa manfaatnya. Saya sadar sih, saya nggak terlalu punya banyak achievement dari menulis. Pengalaman menulis saya cuma seputar menulis di blog, menulis script beberapa film pendek amatir, dan review film. Saya nggak pernah nulis buku ataupun blog post saya dibaca ribuan orang. Tapi seperti yang sudah saya bilang, kegiatan menulis membantu saya menemukan diri sendiri dan mungkin suatu saat akan membantu kamu menjadi pribadi yang lebih baik.

Read more