Jarak

Kamu masih bercerita tentang terumbu karang dan kapal yang berlayar di waktu senja. Ketika waktu melambat, diayun lautan kata. Dan mungkin aku akan bercerita tentang gelap dan cerita bintang yang tak berpendar. Juga para ahli waktu yang tertinggal dalam kegelapan itu.

Mungkin kita tak benar-benar sadar akan waktu.

Membiarkan semua nostalgia dalam lingkupan jarak. Membungkus kata-kata lewat pesan-pesan di stratosfer. Dan menulis semua kata lewat rintik hujan dan bongkahan awan. Kembali ke semua yang nyata ada. Di sentuhan para ksatria cahaya.

Para Penerbang

Para tetua menyimpan lampionnya di bawah lantai, sepanjang hari dan sepanjang tahun. Di saat mereka gelisah, mereka menyalakan lampionnya dan melepaskannya.

Lampion yang dihanyutkan di sungai akan menyampaikan pesan kepada yang telah pergi. Lampion yang diterbangkan ke langit akan menyampaikan harapan ke masa depan. Sedangkan lampion yang disembunyikan di antara bebatuan ikut berubah menjadi batu. Menjadi dendam dan rasa dengki. Tempat munculnya kegelapan dan semua hal buruk yang menyata.

Hari itu, para tetua tidak menyalakan lampionnya. Mereka menyimpannya rapat di bawah lantai dan membiarkan semua kata terbang lewat imaji dan kebisuan.

Cerita Pulang

Cerita-cerita tentang pulang adalah cerita-cerita tentang kesepian di perjalanan, yang merindukan tempat untuk berlabuh. Cerita-cerita tentang tidak pulang adalah cerita-cerita tentang kesepian seumur hidup, berharap ruang untuk mengaduh. Jangan menolak kebahagiaan, berpulang adalah kembali ke tanah. Ke tanah yang melahirkan diri dan menyesapkan sisa-sisa diri.

Semua manusia, terlahir untuk bahagia. Atau mencipta kebahagiaan.