apa yang tak tahu ada

Kamu tahu rasanya sakit hati, dan penantian. Seperti ia yang tak kunjung datang. Seperti apa yang tak tahu ada.

Katakan saja kamu suci, dan sebenarnya tidak mungkin. Seperti saya dan mereka, tersakiti dan mencintai. Kepada apa yang tak tahu ada.

Di tanah ini adalah seberang, tergantung di mana kaki kita berpijak. Tak bergerak dan tak beranjak. Ingin merangkak tetapi kepada siapa.

Ini bintang. Masukan ke saku dan tebak sampai kapan. Mengharap apa yang tak tahu ada.

Dari sana terlihat apa? Di seberang hanya kadang. Terlihat jarang dan tetap menerawang. Melihat apa yang tak tahu ada.

Di sana mungkin gelap. Saya bersyukur di sini terang. Tidak perlu menebak masa depan, karena menjalaninya lebih benderang.

on intersection of happiness

On intersection of happiness, a choice is still a choice. No matter what other people say and how risky it might be. Don’t rely yourself on some freaking compass or map, it won’t work. Because the brokenhearted may blow you away and left your puzzle undone. Your mind is racing against the sand, clock’s ticking and sometimes the best thing to do is follow the stream. Along with the river, swim we will. Surrender the soul to breathe once more. To find the perfect was once misspelled purrfect, and where’s the finish line if you’re only after what’s better. Over thinking may not be the best idea, and there’s no such thing as the right timing. Distance is a risk one can make, but don’t blame the earth for staying where it is. It once told you that it is wiser to calm down and sits patiently. Waiting for the storm to pass, waiting for the kiss that sent behind every wind, between the voices of the falling leaves.

Here lies the string of Paul when the sweet sound of John sets the mood. And all you need is love, all you need is love.

Good luck, friend(s) ♥

adu pagi

Dan kepada sinar matahari pagi kami mengadu hari

Menanti surat elektronik dan pesan singkat

Hanya untuk sebuah kabar baik

Yang tak pasti

Melagu

Miris

.

Dan untuk semua para pengadu hari yang masih bertahan

Kami berikan banyak-banyak semangat dan cinderamata

Entah bernama dan dinamakan apa, terserah saja

Pastikan ini aman sampai saatnya nanti

Ketika pagi sungguh terasa pagi,

dan larut malam adalah jam 10

Untuk mengadu nasib lagi

dengan lagu baru

Ayo adu saja

Pagi

The Running Man

The Running Man spent all his life by running. He did sight seeing a little bit, but mostly by running. He never rested his muscular by walking, and he didn’t admit the word ‘stop’ or ‘halt’ to exist in the world.

One day, The Running Man saw a bird and a bee.

Then he found himself alone. Contemplating. What was all this running all about? Where did the finish line?

The next moment, he did magic.

He stopped, right across the intersection of happiness.

The Running Man smiled. He knew he would find it.

All the reason why he kept on running this whole time. He realized, that he rushed too much time. He always wanted to skip things, so he could come to the place where he wanted to be. Not where he needed to be. He came to a conclusion, there’s thing that consume all the time in life, but worth the world.

Like her. The finish line.

He walks toward the intersection, slowly. Winds blew, delivered a nice sweet fragrance he would always remembered. He smiled again when the beautiful figure glimpsed him. She smiled back.

The time stopped.

Yes, it is worth the world.

Kasta Negeri

Sekelebat kabut warna warni, disajikan khusus bagi para petinggi kerajaan. Para terhormat yang mulia, yang hidup selalu berkecukupan.

Terasinglah para pengembara, yang (merasa) telah melihat banyak hal dari gurun ke gurun. Menyesap dinginnya tanah dan angin badai. Kabut yang mereka lihat hanyalah putih pekat, terkadang keabuan dan tak pernah pergi. Merudungi hidup para pengembara, yang entah kapan menyicip bahagia.

Tersebutlah juga para perompak, para bandit di ujung bukit. Melihat aurora kehijauan ataupun jingga, menegak darah dan gelimang kemasyuran. Senyum tersungging di setiap wajah, dan ditawarkannya segelas emas. Para pengembara kadang tergoda dan seketika mengubah derajat, kain abu-abu berubah keemasan. Para pengembara pun mengganti namanya menjadi perompak.

Bagi para terhormat yang mulia, tidak ada pendapat ataupun komentar. Selama masih terlihat kabut warna warni, sedikit kerikil tidak menjadi masalah. Kadang tersandung dan kadang disanjung, tak membuat mereka  melirik ke bawah.

Bagi ketiga kasta di Negeri ini, tidak ada yang mampu menebak akhir cerita masing-masing. Si petinggi akan selamanya kelebihan, walaupun dihujat ribuan massa dan disodorkan racun atau belati. Si perompak akan terus mengipas, dan menawarkan segelas emas. Terkadang mereka tergeletak, tetapi hanya sebagian kecil yang merasa begitu. Hidup sang pengembara terlampau paling tidak tertebak. Akankan ia meminum segelas emas dan menjadi perompak, atau meniti karir untuk menjadi petinggi kerjaan. Akankah ia tetap memakai kain abu-abu, bersikap acuh terhadap terik panas dan butir hujan. Bangga menyandang nama pengembara, kemudian menetap di suatu negeri, teringat akan definisi pengembaraan yang sesungguhnya. Akankah ia kembali mengembara, menyisakan semilir angin di kejauhan. Tidak tersentuh oleh keremangan malam, dan habis ditelan jingganya sore.

Hei, halo. Dari sana terlihat apa?