late-night radio broadcast #1

//November 07, 2010//

Welcome to the late-night radio broadcast.
It is past midnight and we know you and us will become a best friend.
Until the dawn creeps under and the sun rises.
The nocturnal, the addicted, the broken-hearted, the heart broker.
There’s always a place for anybody in the programs.
Come, sweet and fragile one.
We play your favorites tunes, from the merry swinger to the sleepy jazz.
Your request, we play it, delivered dearly to your ear pleasure.
Leave your past in the evening and say welcome to the hurt healer and wound patches.
This is the only place you can leave your past,
forget your name, and do whatever you won’t do by day

missing another

//October 17, 2010//

Music is called the most universal languages human ever discovered. Through music, people are united. Shakira sings the song Waka-Waka (This Time for Africa), and suddenly the world shakes their hips and cheers to the World Cup. It is pretty obvious to see the power of a song. In 2007, a movie titled Music and Lyrics arrived on the cinema, starring Hugh Grant and Drew Barrymore. It’s not a new statement. It’s just a repetition that stated when those two collides, magic is created. Lyrics makes song powerful as music makes lyrics stands out. As a fan of a word, and an admirer of music, I always try to involve with a song from their whole package. From words and melody.

Nowadays, bunch of teenagers seeking attention by creating music, gathering some friends and neighbor and choose a cool name to represent, what they believed, a band. Some think it’s a shortcut to become famous, and some really think music is their whole life. There’s nothing wrong with any of the statement. As long as we’d still have some real good music to make world a better place, then it is enough.

Fresh talented group of people rise and sink. We probably relieve to hear music from Efek Rumah Kaca and Naif They write lyrics so damn genius and created tunes that catchy to accompany them. But don’t you miss the past 90’s where lyric is well-thought and every song isn’t dominated by the words ‘I love you’? Don’t you remember the times when you’re not surrounding by some people singing desperation and suffering, or some other who run out of ideas and starting to spell every letter in words of ‘C-I-N-T-A’?

 

Laras hati, berkelana iris janji. Mengukir bisikan, bisikan memacu hasrat. Desir-desir mimpi, isyaratkan legit dunia. Kamulah satu-satunya, yang ternyata mengerti aku.
(Kamulah Satu-Satunya – Dewa 19)

Don’t you miss the metaphor and the sweet praises?

 

Dirgahayu.

//August 17, 2010//

Berkata merah putih seperti berkata darah dan seluruh jiwa. Seperti mengalir dan membumi. Hari ini tertanggal 17 Agustus 2010. Tanggal hanyalah penanda zaman, hanyalah coretan kecil di sudut buku. Tidak sama seperti takdir, dan kita semua tahu apa perbedaannya.

Di salah satu kesempatan saya masuk ke ruang balairung utama Sabuga saat Wisuda, pernah seorang wisudawan menyuarakan kalimat-kalimat penutupnya. Ia berseru keras, ‘Bukan kebetulan bahwa kita ditakdirkan terlahir di tanah ini, Indonesia’, dan saya tahu benar arti kata-kata itu. Takdir buat saya bukan kepasrahan, sehingga saya akan memperjuangkannya hingga mati. Indonesia adalah salah satu dari saya. Dan bangga hanyalah salah satu kata untuk menggambarkannya.

Setiap tahun di bulan Agustus, saya akan berburu berbagai koran dan majalah. Karena saya tahu betul bahwa editorial bulan itu akan berkisar tentang Cinta Indonesia dan saya penggemar berat tema itu. Setiap tahun tidak pernah ada yang sama, selalu akan ada foto terumbu karang, matahari tenggelam, kabut gunung, ataupun senyum yang berbeda. Terselip di salah satu halaman majalah, ataupun di salah satu penjuru pulau. Dan saya tetap akan merasa bangga menyelip di salah satunya.

Beberapa pejuang dan garis keras akan berteriak-teriak di hari ini. Beberapa akan mempertanyakan apa saja yang telah kita capai, apa saja yang belum kita capai, apa lagi yang kurang, dan mengapa semuanya terjadi. Berbagai kata tanya akan mengalir dan saya akan berkata peduli setan. Karena saya punya definisi merah putih sendiri, dan saya akan berteriak-teriak dengan cara sendiri. Takdir menempatkan kita tidak hanya di tanah ini, tapi di suatu jenis tanah yang berbeda. Saya tahu betul bahwa cat di kantong saya akan berbeda dengan para saudara di bumi Timur, dan saya tak akan mempertanyakan apa jenis catnya. Saya hanya akan tanya warna cat apa yang kamu punya, dan warna baru apa yang bisa kita ciptakan.

Dirgahayu Indonesia. 65 tahun hanyalah hitungan. Tetaplah berbangga wahai penginjak bumi dan pencinta laut. Lihatlah darah dan jiwa kalian, masihkah merah putih itu semua? Kalo iya, mari berkenalan dan kita lukis negeri ini lebih indah lagi. Karena masih banyak warna yang tersisa, dan masih banyak kanvas kosong untuk menorehkannya.

Selamat pagi, Indonesia.

Yakinlah bahwa saya tetap akan menginjak tanahmu dan membuatnya menjadi tanah terbaik yang pernah terinjak. Dirgahayu Indonesia, dan bahkan saya tak pernah mencari arti kata dirgahayu di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oh, #indonesia65 berhasil jadi trending topic lagi malam kemarin.

 

Warna

//February 27, 2010//

Ketika malam beranjak larut dan pagi menuju terang, aku ingin melihat warna yang tidak pernah terlihat.

Jingga atau marun.

Violet atau krem.

Tosca atau turqouise.

Sudah pernahkah kamu melihatnya?

Warna itu merasakan gerakan tanganku, maupun dentuman jantungku. Dan dia.

Warna merah yang sempurna atau hijau yang mutlak.

Akankah kami dapat melihat warna yang tak pernah dilihat itu?

Sebelum waktu habis dan dunia berubah lambat. Karena pada saat itu, kamipun tak dapat melihat satu sama lain lagi.

Warna yang tidak pernah dilihat, tolong ciptakan nama untuknya. Karena warna itu telah ada, namun tak punya kata untuk menyebut.

Atau lebih baik begitu?

 

Ares dan Genderang Perang

//January 25, 2010//

Hari ini, langit kembali berubah merah. Tetesan darah kembali ditumpahkan ke bumi. Hei dewa, masihkah kau tertawa dalam keceriaan? Masihkah kau merayakan pestamu? Sudahkah kau puas dengan alunan musikmu?

Dentuman irama genderang mengalun syahdu. Bagimu. Bukan bagi kami.

Bagi kami, yang ada hanya tangisan, dan tegakan darah dari para saudara yang berperang.

Wahai Ares, kau pemusik yang jenius. Ritme indah dan nada merdu selalu terlontar dari genderang perangmu.

Wahai dewa, hentikan pestamu!

Karena besok, salah satu dari kami akan merebut genderang itu. Tungggulah pesta kami di bawah nirwanamu.
Inspired by Best Friend Hafidh’s original.