Ketika kami masih sama-sama berkutat dengan Tugas Akhir, teman saya Ali adalah orang yang pertama kali mengenalkan saya dengan konsep bahwa untuk menjadi expert di suatu bidang, kita setidaknya harus menekuni hal tersebut selama 10.000 jam. Staying true to his love for Lighting Design, ketika lulus, beliau nggak ragu untuk mengambil pekerjaan di bidang yang sama. Ali bahkan sempat bekerja di Singapura sebelum akhirnya kembali bekerja ke Indonesia dan melanjutkan kuliah dengan bidang yang sama ke Jerman. Buat saya, Ali adalah salah satu orang yang saya benar-benar kenal dan menerapkan prinsip 10.000 jam secara utuh.
Kadang saya iri kalau melihat Ali yang sepertinya punya bidang khusus yang membuatnya ‘dikenal’ atau ‘diingat’. Berkaca kepada diri sendiri, saya nggak punya hal seperti itu. Saya justru menarik garis keras bahwa saya nggak ingin cuma menekuni satu hal. Saya pernah bercerita tentang minat saya yang beragam di salah satu post. Now, looking back (and forward), I’ve never regret this choice.
Suatu hari, saya pernah membaca salah satu post ilustrator favorit saya, Ayang Cempaka. Di post tersebut, beliau mengutarakan bagaimana kebingungannya karena punya banyak minat dan ide. Saya sempat terkejut karena Mba Ayang adalah ilustrator dan crafter yang menurut saya punya style yang distinct dan semua produk yang dihasilkannya searah dengan style tersebut. Tapi ternyata, Mba Ayang juga punya kegelisahan yang sama dengan banyak dari kita: having no words to define ourselves.