Seiring perkembangan zaman, banyak sekali brand Indonesia dan toko online yang sekarang bermunculan. Misinya banyak sekali, ada yang berusaha mengenalkan potensi SDM & SDA Indonesia ataupun ada yang sekedar mencari penghasilan tambahan. Dari kacamata saya yang masih hobi browsing lowongan kerja, sekarang ini lebih banyak lowongan untuk startup ataupun perusahaan e-commerce dibandingkan established company yang beredar. Lambat laun, perkembangan bisnis bergeser ke era digital yang tentu saja punya nilai plus minusnya sendiri. Banyak yang berhasil dan tidak sedikit pula yang gagal. Buat saya sendiri saya menyebut yang saya kerjakan sebagai small business.
Sekarang ini, tak dapat dipungkiri bahwa sepertinya pendapatan (disertai gaya hidup) dan harga barang-barang semakin tidak berimbang. Sepertinya sulit untuk bertahan jika hanya mengandalkan gaji semata. Salah satu alasan saya dan Liza memulai Kawung Living adalah ingin pemasukan lebih dari sekedar bekerja sebagai pekerja. Seperti yang saya bilang sebelumnya, walaupun sekarang pemasukan kami belum bisa menggantikan gaji tapi dibandingkan instrumen keuangan lainnya seperti deposito, reksadana, dll; saya menganggap mempunyai bisnis kemungkinan return-nya lebih besar dalam waktu yang lumayan singkat. Saya garis bawahi kata kemungkinan, karena ada istilah high risk, high return. Ada kemungkinan berhasil dan gagal yang besar.
Ide Awal
Kalau kamu perhatikan, kebanyakan toko online yang beredar sekarang lebih banyak yang tidak menjual produk sendiri dan lebih memilih jual beli barang-barang yang sudah ada atau lebih dikenal dengan sistem re-selling. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya mengelola toko online semacam ini mungkin lebih sederhana dan lebih cepat mendapatkan keuntungan. Proses produksi barang memiliki alur yang cukup kompleks. Kalau kita memutuskan untuk memproduksi produk sendiri tentu kita nantinya akan berhubungan dengan banyak hal, mulai dari research, mencari vendor, pembuatan sampel, proses produksi, stock/inventory, perhitungan margin harga, marketing produk, dll. Lebih banyak detil yang harus dipikirkan. Tapi semuanya tergantung dari pilihan kamu. Buat saya sendiri, I like to create :3 Dari kecil saya suka art & craft dan suka mencoba hal-hal baru. Jadi sebenarnya, alasan terbesar saya memulai brand ini adalah saya ingin punya kanal penyaluran hobi, haha.
Ide awalnya Kawung Living sebenarnya sederhana, sebagai alternatif dekorasi rumah yang terjangkau. Memang baiknya ketika mempunyai ide bisnis ada perpotongan dengan hal atau barang yang kamu suka dan yang skill-nya kamu miliki, pastikan kamu akan enjoy menjalankannya. Teman saya ada yang memang memiliki jiwa entrepreneur dan sudah mencoba-coba berbagai bisnis. Suatu hari, ia memutuskan mencoba terjun ke bidang bisnis kopi yang sedang marak. Tapi karena pada dasarnya tidak terlalu suka kopi, akhirnya bisnisnya tidak berjalan baik karena ia sebenarnya kurang paham bagaimana menjalankannya. Saya percaya, semua hal bisa dipelajari tapi kalau pada awalnya memang tidak ada ruang untuk merasa nyaman dengan hal yang akan dijalankan, akan sulit sekali untuk bertahan di saat-saat jenuh. Jadi pemilihan lini bisnis ini adalah sesuatu yang cukup krusial menurut saya. Kalau memang proses produksi barang bukan sesuatu yang kamu suka, menilik lini bisnis jasa juga bisa dicoba.
Setelah menentukan produk ataupun lini bisnis yang diinginkan, waktu itu kami mulai beranjak ke research. Kami melihat bagaimana bisnis sejenis dijalankan dan apa nilai tambah yang bisa kami berikan. Nilai tambah inilah yang akan membedakan kamu dengan brand sejenis dan pegangan menjalankan bisnis kamu ke depannya.
Branding
Brand sendiri artiannya menurut saya pribadi adalah cerita dan keterikatan, bukan sekedar nama atau merek semata. Dimulai dari mencari nama yang sesuai, lalu pembuatan logo, kami berusaha membuatnya dekat dengan misi awal kami membangun brand ini. Kami memilih nama Kawung Living karena memang awalnya ingin menggunakan banyak aksen kain Indonesia. Walaupun pada akhirnya kami belum banyak memberdayakan hal tersebut sampai sekarang tetapi kami suka sekali salah satu arti Kawung yang artinya harus berguna bagi orang di sekitarnya.
Di bagian Branding sendiri kami masih berusaha menghasilkan produk yang temanya fun, playful, dan colorful. Makanya sampai saat ini kami nggak pernah membuat produk yang monochrome, haha. Dan karena pada dasarnya kami anaknya termasuk praktis (maklum anak teknik), jadi kalau melihat produk yang tren tapi nggak terlalu berdaya guna tinggi kami nggak akan ikut-ikutan bikin. Tapi karena terlalu idealis, malah kadang jadi tertinggal dari yang lain :)) Tips dari saya pokoknya pintar-pintar membagi kapan kamu harus idealis dan kapan harus mengikuti kemauan pasar.
Modal
Memulai bisnis sendiri biasanya selalu terkait dengan modal. Ada yang takut karena banyak anggapan produksi barang sendiri itu mahal, harus langsung dalam jumlah besar, harus punya toko, harus sewa pegawai, dll. Tapi kami nggak punya modal yang berlimpah kok awalnya. Kami sama dengan jutaan orang lainnya, masih kroco kantoran mumet yang hobi nyicil, kadang nggak bisa mengontrol diri belanja di Indomaret, atau nggak tahan lihat tiket pesawat murah. Tapi mengalokasikan dana untuk modal usaha sendiri sebenarnya nggak terlalu sulit. Kalau soal pengaturan uangnya, nanti dibahas di post lain yaa. Sampai saat ini, kami juga masih melakukan semua hal sendiri tanpa pegawai tetap sama sekali. Di awal bisnis kami, kalau melihat brand lainnya yang sudah sukses duluan, gampang banget iri dan banyak sekali rasanya yang kami inginkan. Packaging yang wah, website yang canggih, produk yang banyak, tapi semuanya kembali ke kemampuan mengelola modal awal yang kita miliki.
Tips terbaik yang saya miliki adalah selalu mulai dari hal kecil dan sederhana. Kalau memang misalnya menyewa agensi untuk membuat logo memakan biaya berjuta rupiah, coba cari kenalan atau teman yang mau membuatkan logo dengan harga yang lebih terjangkau. Kalau memang membuat packaging box terlalu mahal dan harus membelinya dalam jumlah grosir, coba cari alternatif lain seperti kertas craft atau plastik yang mungkin bisa dipadukan dengan stiker sehingga sama-sama terlihat bagus. Kalau memproduksi barang satuan di suatu vendor terlalu mahal, bisa membuka pre-order terlebih dahulu untuk melihat respon pasar. Banyak alternatif yang memang butuh effort lebih dan kreatifitas, tapi pasti nanti hasilnya akan terlihat kalau kamu membuat laporan keuangan baik untuk diri sendiri dan bisnis kamu :))
***
Produk pertama Kawung Living (2014)
Sebenarnya dari semua itu, yang penting adalah berani memulai. Kalau menunda hal dengan alasan-alasan, nanti takut rugi, tunggu modalnya banyak dulu, logonya belum sreg, produknya kurang bagus, mau cari partner yang tepat dulu, dll, dst. Pada akhirnya pasti nggak akan kejadian, haha. Saya ingat dulu langkah pertama kami agar punya komitmen adalah me-reserve semua akun social media dan membeli domain dengan nama Kawung Living. Produk pertama kami bisa dibilang gampang banget dibuat dan modalnya kecil yaitu Mug. Tapi dari situ kami mulai punya keyakinan bahwa ‘ini beneran bakal kita jalankan, lho’.
Masih tetap setia sama Mug (2016)
Setiap pengalaman berbisnis mungkin berbeda, ada yang langsung bisa sukses, ada yang memang harus bersusah payah dulu. Sebenarnya kalau baca artikel memulai bisnis dan kisah sukses yang ada di majalah kayaknya gampang banget bikin bisnis terus kaya raya, hahaha. Tapi apapun itu, what we can do is just giving the best thing that we can give. Buat saya sebenarnya tantangan terbesar adalah me-manage ekspetaksi, ada produk yang saya yakin banget bagus tapi respon pasarnya nggak segitunya. Ada produk yang biasa aja dan proses produksinya relatif cepat, tapi malah terjual dengan baik. Intinya sih, an overnight success might happen, but always expect the unexpected.
Diana Rikasari memulai brand sepatu UP di tahun 2011, ia tidak melakukan diversivikasi produk dan hanya menjual jenis sepatu wedges sampai 2 tahun setelahnya walaupun banyak permintaan untuk membuat varian sepatu lainnya. Setelahnya barulah ia membuat sandal dan brand flatshoes. Di tahun ke-5, UP mulai membuat produk tas. Everything takes time! Kesabaran mungkin adalah teman terbaik kamu jika ingin membangun suatu bisnis, apalagi di zaman serba cepat dimana semua orang tampaknya berjualan :)) If you’re in it for the long run, you might as well planned it carefully for years and not rushing it. Afterall, doing business is a marathon, not a sprint.
Post lainnya bisa dilihat di sini.