Setelah sebelumnya mengulas tentang cara penghitungan finansial sederhana, sekarang saya ingin membahas hal yang tidak kalah pentingnya: Data.
Akhir-akhir ini, kita pasti pernah mendengar kata Big Data, pekerjaan dengan titel Data Researcher, ataupun beberapa workshop berjudul Data Science. Pekerjaan yang 10 tahun lalu ini masih eksklusif dikerjakan oleh research company seperti McKinsey, sekarang sudah umum dikerjakan oleh seorang individu. Nggak aneh kalau beberapa universitas sudah memiliki jurusan atau mata kuliah Data Science di kurikulumnya. Data seakan menjadi salah satu tolak ukur penting yang digunakan sebagai penentu keputusan-keputusan bisnis ataupun arah perusahaan sekarang ini.
Apakah bisnis kecil juga harus ikut-ikutan memperhatikan hal ini? Data apa yang sebenarnya dimaksud dan apakah akan berguna untuk kelangsungan bisnis kita? Apa nggak bisa kelihatan dari menghitung stok barang saja? Nah, kali ini saya ingin mencoba berbagi hal-hal sederhana tentang bagaimana kamu bisa menggunakan dan memaksimalkan data yang kamu miliki dalam bisnis kecilmu.
Walaupun ‘hanya’ berupa bisnis kecil kalau kamu ingin menganggapnya serius, selain finansial, ada baiknya kamu menguji hal-hal yang sebelumnya hanya sekedar berupa intuisi. Saya sendiri sadar sebagai pengusaha baru tanpa latar belakang pendidikan bisnis, biasanya kita jadi punya banyak maunya ataupun kadang menjadi kolot dengan pemikiran kita sendiri. Misalnya nih, ketika melihat suatu produk yang laku di pasaran, kita jadi beranggapan kalau kita buat juga pasti banyak yang ingin beli. Atau misalnya, kita punya suatu produk yang kurang laku terjual, tapi kita suka sekali dengan produk tersebut sehingga kita nggak pengen memutus produksi barang tersebut padahal tidak ada pembelinya hanya karena terlalu idealis. Hal-hal semacam ini sebenarnya bisa sekali diuji dengan menggunakan data. Saya tahu bahwa insting bisnis itu penting, tapi ada baiknya jika keputusan dan intuisi yang kamu kemukakan nantinya, bisa didukung dengan data yang menunjang.
Pengumpulan Data
Sekarang ini, sebenarnya kita amat sangat dipermudah dengan berbagai kemajuan teknologi. Kalau kamu mempunyai akun Bisnis Instagram misalnya, kita diberikan akses ke fitur Insight, di mana isinya berupa data audience, mulai dari umur, jenis kelamin, lokasi, sampai data kapan mereka aktif di Instagram berdasarkan hari dan waktu.
Contoh Insight di akun Bisnis Instagram
Contoh Insight di Tokopedia
Kalau kamu punya akun di Tokopedia, kita diberikan akses data seperti Kata Kunci yang sering dicari, produk yang banyak disimpan oleh customer, sampai berapa kali produk kamu dilihat orang dalam sehari.
Kalau kamu punya website yang dibangun dengan WordPress kamu punya data traffic dan pengunjung website kamu. Kalau ingin lebih detil lagi, kamu bisa menggunakan fitur Google Analytics ataupun Facebook Pixels untuk mengetahui lebih banyak data tentang pengunjung website kamu.
Kalaupun kamu tidak mempunyai itu semua dan kamu menangani order secara manual (via chat WhatsApp atau LINE), kamu bisa mencoba mengolah sendiri data yang kamu miliki.
Data apa yang dimaksud?
Pertama-tama, kamu bisa menggunakan data yang paling umum yang pasti kamu miliki: Nama & Alamat. Dari kedua data ini, kamu bisa melakukan research dan analisa kecil-kecilan untuk tokomu. Kamu bisa mulai melakukan listing di Excel dalam periode waktu tertentu. Misalnya setiap bulan, setiap 3 bulan, atau 6 bulan agar data yang kamu kumpulkan cukup banyak dan kamu bisa melakukan analisa.
Contoh grafik data Lokasi Customer
Dari data tersebut, kamu bisa mengelompokkan apakah customer kamu kebanyakan Wanita atau Pria dan dimana mereka kebanyakan berdomisili. Data ini bisa kamu gunakan untuk melihat produk apa yang sebaiknya kamu keluarkan nantinya, ataupun koleksi apa yang lebih cocok kamu buat dengan data gender tersebut. Untuk data domisili, kamu bisa gunakan untuk mengecek dimana lokasi bisnis yang ingin kamu tingkatkan ataupun lokasi bisnis yang ingin kamu pertahankan. Untuk lebih jauhnya, data ini juga dapat digunakan jika kamu ingin memasang Iklan/Ads yang berbasis lokasi atau demografi.
Insight: Apakah data demografi ini tidak bisa dilihat dari Insight followers Social Media? Mungkin bisa, mungkin tidak bisa. Data followers kamu mungkin saja tidak merefleksikan data customer kamu (yang benar-benar membeli dari tokomu) kamu. Misalnya, target produk kamu sebenarnya menyasar pembeli usia 25-30 tahun, tapi ternyata followers kamu banyak yang masih berusia 17-25 tahun dan range umur ini belum mampu membeli barang kamu. Dengan membandingkan data tersebut, kamu mungkin bisa meningkatkan banyak hal seperti membuat post media sosial yang lebih cocok untuk range yang kamu sasar yaitu 25-30 tahun tadi, ataupun mengeluarkan produk baru yang sesuai dengan banyaknya followers kamu yang berusia 17-25 tahun.
Setelah itu, kamu mungkin bisa melakukan pencatatan data yang lebih detil. Kamu bisa mengecek di tanggal berapa mereka melakukan pembelian, barang apa saja yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dll. Data ini bisa digunakan untuk mengecek apakah pembelian produk kamu kebanyakan dilakukan di tanggal muda atau tanggal tua :P Untuk lebih lanjutnya, mungkin kamu bisa memberikan promo cashback atau diskon di hari-hari atau bulan yang sepi pembelian. Untuk data produk yang terjual, tentu saja bisa digunakan sebagai referensi produk apa saja yang laku terjual, produk apa saja yang mungkin harus diiklankan atau di-feature lebih sering, dan produk apa saja yang sebaiknya diproduksi lagi.
Contoh grafik penjualan per bulan dan per Channel
Kalau kamu punya berbagai channel penjualan (misalnya kamu punya akun Tokopedia, titip jual di toko fisik yang ada di mall, atau penjualan sendiri lewat chat), kamu juga bisa mengecek channel mana yang paling menghasilkan dan mana yang harus ditingkatkan. Untuk lebih lanjutnya, kamu bisa lebih fokus mengurus channel tersebut dan mungkin meninggalkan channel yang menguras banyak resources.
Insight: Dari grafik penjualan macam ini, kamu juga bisa menganalisa kenapa di bulan tertentu penjualan kamu naik. Mengambil contoh grafik di atas, ternyata penjualan terbesar ada di bulan Januari dan Juni. Hal ini mungkin terjadi karena orang-orang suka mengawali awal tahun dengan berbelanja dan bulan Juni bertepatan dengan bulan Ramadhan.
Selain itu, kamu juga bisa mengumpulkan data dengan melakukan survey/poll yang lebih straightforward. Survey semacam ini umum dilakukan dalam periode tertentu untuk mengetahui apa yang diinginkan atau dibutuhkan customer. Tapi survey semacam ini biasanya bentuknya lebih ribet, karena berisi data-data penting ataupun pertanyaan berbentuk isian/essay. Kemungkinan, ada customer yang nggak terlalu suka atau betah mengisinya. Tipsnya, mungkin customer bisa diiming-imingi sesuatu di akhir survey, seperti voucher diskon atau bonus merchandise.
Kalau ingin bentuk yang lebih subtle, mungkin kamu bisa mencoba bentuk poll di Instagram Story ataupun Twitter yang disamarkan dalam bentuk kuis-kuis singkat. Kalau dihadirkan dalam format yang fun dan ringan, biasanya customer secara sukarela mengisinya dan tanpa sadar turut berpartisipasi dalam “market research” yang kamu lakukan.
Contoh poll Instagram yang pernah dibuat di Kawung Living
Pengolahan Data
Contoh di atas adalah bentuk paling sederhana data yang bisa kamu kumpulkan. Data-data di atas bisa dikembangkan ke data yang lebih kompleks, berapa % kemungkinan pelanggan yang sama re-purchase produk kamu dan dalam rentang waktu berapa lama. Data ini bisa sangat berguna kalau produk kamu bisa habis dalam waktu tertentu, misalnya komestik atau makanan.
Untuk kemungkinan-kemungkinan penggunaan data ini, beberapa sudah saya selipkan di bagian sebelumnya. Misalnya untuk pengambilan keputusan ataupun menguji kebenaran suatu pendapat. Selain itu, data-data ini juga bisa digunakan untuk keperluan marketing. Seseorang yang sudah pernah membeli produk kamu sebelumnya, setidaknya memiliki ketertarikan dengan toko/produk kamu. Kamu bisa menggunakan data e-mail atau no. handphone dengan membuat newsletter atau mungkin group WhatsApp atau LINE. Kamu bisa membuat grup tersebut lebih eksklusif dengan memberikan informasi terlebih dahulu kapan tokomu akan mengadakan Sale, kapan ada barang baru, dll.
Untuk selanjutnya, semisal kamu ingin membuat data presentasi penjualan ataupun proposal pengajuan dana ke investor misalnya, data-data ini akan sangat berguna. Karena sebaik-baiknya pengusaha adalah yang paham dengan data-data penjualan tokonya sendiri (pernah nonton Shark Tank atau Fashion Start Up di TV?).
Salah satu Executive Summary yang pernah dibuat Kawung Living
Penutup
Sama seperti catatan finansial, data hanyalah akan berupa angka, tabel, dan grafik jika kamu nggak mengolah dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan. Seperti semangat awal pembuatan seri ini, kamu selalu bisa mulai dari hal-hal dan data-data sederhana. Di awal memang hal semacam ini terlihat ribet, tapi sebagai alumni jurusan teknik, saya yakin di bidang apapun, data adalah hal yang krusial :)) Saya sendiri mulai melakukan pendataan customer semacam ini baru di tahun kedua bisnis saya berjalan dan mulai mendapat data yang valid setelah tahun ketiga. Mungkin terlihat terlambat haha, makanya saya berusaha menulis post ini dengan kalimat dan cara-cara yang paling sederhana (semoga beneran terlihat sederhana yaa). Sehingga kamu bisa mengambil lebih banyak manfaat dari pengolahan data semacam ini.
Selamat mencoba :3