Age that matters

//December 9, 2009//

As for me, age is defining how many adventure you’ve already crossed from your list.

I’m 22 and I’m effing happy and thankfull. Don’t blame age for your own unhappiness, uncomfortness, and your carelessness to life. You’re just making excuses to your own mistake and regret.

Be thankful, because time won’t come back to pick you up.

 

Billy Elliot

//December 05, 2009//

Billy Elliot
Ia Tidak Berkalimat, Ia Hanya Menari

Billy Elliot adalah sebuah film yang tidak bertutur, ia hanya menari. Saya pertama kali menonton film ini di TV waktu SMA, sekarang, saya menontonnya lagi. Satu hal yang sama, saya tetap menangis. Billy Elliot adalah sebuah tangkisan, di mana mimpi bukan halangan, bukan definisi status sosial. Mimpi adalah sebuah perwujudan semangat, yang bahkan kita tak tahu bentuknya. Hanya ada api yang terbakar di dalam badan kita. Itulah jawaban Billy ketika ia ditanya apa rasanya ketika ia menari balet. Ia menjawab tidak tahu, tapi kemudian ia menarikan sebuah lantunan jawaban yang mutlak. Yang dirasakan oleh para orang-orang yang dimabuk mimpi.

Billy tumbuh layaknya anak kecil 11 tahun biasanya. Tertarik pada banyak hal, mencoba hal-hal baru, emosinya tidak stabil, suka memberontak, tapi ia merasakan semangat. Semangat yang entah kenapa membawanya terbang, yang bergenerasi seperti listrik, menghantarnya ke seluruh sendi, dan membuatnya terus mencipta. Billy Elliot memperlihatkan sebuah sisi keluarga yang menggelitik, di mana ketika kata-kata kasar adalah tanda sayang, dan mimpi salah satu dari mereka adalah mimpi seluruh anggota keluarganya.

Billy Elliot tidak berkalimat, ia hanya menari. Adegan-adegan di film ini dibangun dengan tarian dan ritme. Saya suka sekali adegan Billy mengekspresikan kebenciannya dengan tarian, dan ketika ia mengatakan ia suka menari kepada ayahnya lewat tarian. Ia tidak berbicara, tapi kita tahu seluruh emosinya lewat gerakan-gerakannya. Dialognya luar biasa, dan saya hanya bisa bertepuk tangan untuk bagian yang satu ini. Dialognya pendek-pendek, kadang dimatikan dan diisi lagu, lalu dilanjutkan dengan tarian. Saya tak habis pikir, ini luar biasa!

Ketika menonton awal film ini, mungkin kita tidak mengerti kenapa warna kuning dipakai untuk menggambarkan Billy. Padahal di sepanjang film, warna itu tidak dipakai sama sekali. Lalu, di akhir film, saya mengerti, Billy Elliot adalah interpretasi sempurna dari warna kuning. Kuning adalah warna matahari, melambangkan kebahagiaan, energi, dan keceriaan. Billy adalah matahari, ia menerangi para pemimpi untuk terus bermimpi.

Recommended Consensus: Billy Elliot is insanely beautiful. Highly recommended for people who adored Akira Kurosawa and praised Paulo Coelho’s The Alchemist.

 

Mary and Max

//December 05, 2009//

Mary and Max

Ketika memutuskan untuk membeli Mary and Max, saya tidak tahu asal usul film ini. Saya tidak tahu bahwa fillm ini adalah film festival yang telah membuka Sundance Film Festival, telah mendapatkan penghargaan Crystal Bear – Special Mention di Berlin International Film Festival, dan mememenangkan Grand Prize di Ottawa International Animation Festival. Saya tidak tahu kalau ratingnya 95% di Rotten Tomatoes dan 82% di imdb. Saya hanya merasa film ini memanggil-manggil saya untuk ditonton.


Ternyata, Mary and Max bukan saja menyentuh hati, tetapi juga membawanya terbang. Ke pelosok kota New York yang selalu sibuk dan daratan Australia yang (katanya) membosankan. Melintasi ribuan mil, menyebrangi ribuan jiwa, untuk menghantarkan sebuah permata seindah bintang, sebuah perasaan tulus seluas samudra, dan surat-surat penuh pengharapan. Film ini membuat kita menyaksikan banyak, melihat dua manusia, memandangnya dari berbagai sudut, memperhatikannya dengan seluruh hati kita.


Terkisahlah Mary, anak biasa saja yang punya tanda lahir di dahi yang dikatakan berwarna seperti dog’s poo. Keluarganya tidak terlalu bahagia, dan kehidupannya tampak pathetic karena ia menjadi bahan bully-an teman2nya juga jatuh cinta kepada tetangganya yang gagap bernama Damian. Jauh dari tempat itu, hiduplah Max yang punya keterbelakangan mental dan mengalami obesitas. Tanpa sengaja, mereka menjadi sahabat pena, dan menjadi teman bercerita yang telah lama diidamkan keduanya.

Ketika saya menonton sebuah film yang luar biasa indah, saya berharap akan dapat menulis banyak. Tapi ternyata semua harapan saya salah. Tidak ada lagi yang bisa diceritakan darinya kecuali hati saya yang tercuil pergi dan terbang besama indahnya film ini. See it for yourself, and be prepared for a trip to a unique visualization, an inspiring dialogue, an extraordinary thought, and a beautiful experience throughout the movie.

Recommended Consensus: Jika Anda merasa PIXAR’s UP berhasil menyentuh hati dan membuat Anda menangis, YOU HAVEN’T SEEN THIS ONE! Take your breath away until its last minute.

 

Fire

//November 27, 2009//

I’ve been passionate about writing since elementary school. My father and all of my sisters aren’t a fan of books. In fact, we loveeee~ it. We were collecting books since I can’t remember. I read, read, and read everything I can back there. Comics, novel, fact, fiction, economy, poet, short story, dictionary, biography, fan fiction, everything. Book is people’s treasure. Since ancient time we already learn history from writings and drawings in cave. That’s why I leave my own history on my writing. I let people know what I think and how I see the world.

Since I know how to put a pen in a paper, and fingers in a keyboard, I’ve become writer. I write like tons of craps and junks, and I don’t even care what scribble I just put on. I’ve never imagine about plot when I was writing, I don’t know what my writing will turn out to be in the end. I just want to write about something, and I let that swing around, and voila, it’s done. It was never perfect, it was never so great, but the excitement and satisfaction remain excessive. So, that’s just enough for me.

The first time I write, I write novel for kids. Adventures, wanderers, fairies, a perfect writing for my age back in elementary school. For sometimes, I’ve found my passion writing for movie script. I write tons of it and my friend whose kind enough, discussed it and made it a better draft. Some were made into movie, and I just found my name on the credit title. Scriptwriter, it’s said. Then, I’ve found my passion writing for my blog. It’s fun enough because I don’t have to specify my thoughts into one subject. It is randomly fun, and I randomly write. Lately, I found my passion writing review. It is about movies I watched, event I attended, people I love, and many thing. But my little secret passion in writing is still the same, I really do want to write children’s book stories with illustration on it.

One thing about it all, it is still about writing. It is still about the same inspiration that I want to give to people. It is great, when people tell a positive critic about my writing, and say that they love it. But, I just know that many people out there just think it is still the same craps and junks. For better or worse, I will continue to write these craps and junks. I’ll continue on to put passion on it. So, wait another essays, reviews, stories, or anything from me. Because, I’m still feeling the fireeee~.

 

This is It review

//November 26, 2009//

It’s maybe too late to celebrate the movie, but I want to write about this movie so bad. It is the best package of a documentary movie that I’ve seen so far. It is also because Kenny Ortega is the director of High School Musical, which I’m so rooting for now and then. So… here it is.

This is It, this is where the Magic happens.

Saya bukan penggemar Michael Jackson. Mungkin itu salah saya karena saya besar dengan mendengarkan lagu-lagu Blink 182 atau Green Day daripada lagu-lagu Michael Jackson. Tapi setelah menonton film ini, saya meninggalkan bioskop dengan menyesal bahwa saya bukan penggemar Michael Jackson.

Kenny Ortega memberikan sebuah sajian luar biasa di mana kita melihat ribuan semangat yang terbakar di bawah naungan sang maha bintang pop Michael Jackson. Di mana ribuan mimpi berkumpul dan tercurah dalam film dokumenter yang bercerita tentang pembuatan konser terakhir Michael Jackson yang akan bertitel sama—This is It. Yang bisa saya bilang, film ini penuh passion dan perjuangan, di mana sebuah encore tidak akan tercipta tanpa penari latar, backing vocal, guitarist, penata lighting, dll. Film ini memperlihatkan sisi manusiawi dan musikalitas luar biasa Michael di atas panggung.

Saya kembali menyesal, bagaimana mungkin saya sampai tidak mengidolakan Michael Jackson. Dialah dewa dari musik, ia adalah segalanya yang pernah terbayang dari seorang bintang.

This is it.

This is the tale of a man who becomes a king, and changed the world.