Posesif (2017)

(sumber)

Menonton film Posesif (2017) di bioskop adalah pengalaman yang tidak diduga. Bagi penggemar film indie tanah air, nama Edwin tentu tidak asing di telinga. A Very Slow Breakfast (2003) adalah film yang saya simpan baik-baik file unduhannya karena menontonnya pertama kali di masa SMA membuat saya seakan meledak. Sarat makna dan bertutur dengan cerdas. Tidak salah kalau dikatakan bahwa saya mendapat panggilan untuk menonton film ini hanya karena nama Edwin. Itupun setelah mengetahui bahwa filmnya dinominasikan di FFI.

Read more

Work In Progress: Color Play

This year is pretty exhausting for me personally. Although I need to be thankful that in our 3rd year, we finally get to bring our products to a brick & mortar store, it’s required a lot of extra works we didn’t anticipate before. It consumed more of our time and energy, dealing with one obstacle to another. We learned quite a lot and gained a lot of knowledge on how the retail world actually works. Though we’re still baby crawl into the dark, at least we already put the first step into it.

As 2018 draws closer, I need to focus on preparing the next year collection. Last year, I was pretty sure and ready with my theme concept. I have a clear vision of the theme and the direction I want to take. We ended up releasing only 1 set of collection, breaking our own promise of releasing 2 sets of collections per year. I think the collection was well-received and I didn’t need to sacrifice myself to create such a mainstream design like the abstract-brush-strokes-watercolor design.

Read more

These Words

The power of internet had brought me to read Neil Gaiman’s essays long before I read one of his books. In an essay called All Books Have Genders, Gaiman wrote an interesting take on how to see and perceive a story. I wonder if my writings have one.

I wrote a lot of fictional stories before, in short passages, or a pretty much longer one. But do they even have common threads, other than written by the same person?

They rarely take a female’s perspective. They talk romance in a non-romantic way. Do they even have feelings?

Do I even have feelings?

Read more of these here.

Apakah Belum Cukup?

Saya memandangi wajah tidur Ibu saya malam ini.

Saya membaca banyak sindiran untuk Andien ketika beliau baru melahirkan dan kemudian merawat anaknya. Saya tidak mengerti mengapa saya merasakan sedih ketika melihat banyak Ibu lainnya merasa hidup dan caption foto Andien sangat “menggelikan”, “terlalu sempurna” dan “tidak mencerminkan kesulitan Ibu pada umumnya”. Saya sama sekali tidak mengerti bagaimana sulitnya menjadi ibu dan saya tidak akan berani untuk menduga-menduga.

Tapi, apakah kita harus menjatuhkan orang lain terlebih dahulu untuk merasa menang?

Di lain kesempatan, salah satu teman laki-laki saya bertanya apakah memang persaingan di kalangan Ibu nyata adanya di era modern ini. Satu paham dengan paham lainnya. Pilihan yang satu dengan yang lainnya. Bekerja atau tinggal di rumah. Beberapa teman menuliskan kata working mom ataupun SAHM/WAHM (yang baru saya pahami artinya baru-baru ini) di dalam identitas digitalnya. Saya ingin sekali bertanya. Apakah belum cukup hanya untuk menjadi Ibu saja? Tanpa tambahan lainnya.

Bukankah menjadi Ibu saja sudah sesuatu yang sangat indah?

Mendengar dalam Hangat

Mendengar adalah sebuah kegiatan sehari-hari yang kalau dirasakan mendalam sangat sulit dilakukan. Saya beberapa kali menuliskan pentingnya “mendengar” sebagai salah satu cara melatih kepekaan maupun cara kita bereaksi terhadap sesuatu (baca di sini dan di sini). Weekend kemarin, saya datang ke salah satu event Cerita Perempuan dan ingin berbagi sedikit pengalaman tentang apa yang saya dapatkan kemarin.

Cerita Perempuan sendiri sejatinya ingin menjadi wadah untuk berbagi cerita. Saya pernah menulis salah satu post di sana dan tidak pernah ketinggalan update-nya setiap minggu (post terbaru selalu tayang setiap hari Senin & Kamis). Buat saya sendiri yang senang mendengarkan cerita dan memahami sudut-sudut pandang baru, Cerita Perempuan menghadirkan sesuatu yang dekat dengan keseharian tanpa terkesan menggurui. Mungkin karena gaya berceritanya yang memang mengambil titik balik masing-masing penulis dan apa yang bisa diambil di sana. Selain berbagi cerita di blog setiap minggunya, Cerita Perempuan sudah beberapa kali mengadakan event di Bandung dan Jakarta. Saya pernah sekali datang ke event-nya yang waktu itu membahas tentang Perempuan di Dunia Karir. Event-nya sendiri lebih kepada sharing pengalaman maupun kegelisahan seputar tema yang dibahas.

Weekend kemarin, tema yang dibahas adalah tentang Self Esteem. Topik yang menurut saya kompleks, sensitif, dan kadang sulit diterawang apakah kita sebenarnya sudah memilikinya atau tidak. Seperti event sebelumnya, sudah ada beberapa teman dari Cerita Perempuan yang menjadi narasumber sharing di hari itu dan kita juga diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman kita sendiri tentang topik tersebut. Saya pribadi suka banget dengan format sharing seperti ini, mendengarkan banyak cerita baru dan membawa pulang secuil jiwa di dalam hati.

Read more