Titipan

Di atas papan semua orang punya waktu tiga jam untuk mengetahui arti hari itu.
Tapi mungkin tidak cukup waktu seribu tahun untuk mengetahui arti keberadaan.
Bagi kamu tangis itu adalah jawaban untuk segalanya dan alasan untuk melangkahkan kaki.
Bagi kami tangis itu adalah semangat pacu untuk memulai mencari arti.
Dibutuhkan kamu dan kami untuk duduk berhadapan.
Entah untuk menghasilkan sebuah gelombang baru ataukah untuk sekedar bercengkrama.
Sehabis ini izinkanlah kami bertemu lagi.
Dengan mengenakan sepatu di alam mimpi, dititipkan semua yang selama ini dicari.
Terima kasih telah mampir, dan percayalah titipan itu akan kami simpan.
Sampai suatu saat nanti, titipan itu akan kami serahkan lagi.
Kepada semua yang terus lahir, untuk mencari arti keberadaan.
Dan kali ini mungkin tidak perlu waktu seribu tahun.

Selamat hari Sabtu.

buram

I.
Tersusun dan terbongkar barang warna-warni.
Menunjuk satu, mengambil satu, membuang dua.
Ketika udara menipis dan telinga berdenging.
Lagu tentang pulang dan jumlah yang melenyap.
Dua tiga pasang diberangkatkan dan terasing.
Kami hanya sebagian kecil yang mungkin tak pernah teranggap.

II.
Di dalam kabin hijau-putih-biru.
Semua berharap agar selamanya malam, agar semua api padam dan letusan telah lenyap.
Mengabur dan terlupakan.
Hilang dan tenggelam
Bersama semua yang ditelan gelap.
Sayangnya Sang Api tak pernah dipadamkan.

III.
Apa pernah kamu menyentuh angkasa dan melihat ke bus hitam yang melenggang dengan ringan.
Berjalan pelan di atas awan.
Apa pernah kamu sampai ke tempat di mana batas laut dan angkasa mengabur.
Dan merasa bahwa tempat ini bukanlah tempat yang selama ini diimpikan.
Apa pernah kamu menyalakan lilin raksasa yang dihujat tapi mampu menghasilkan emas dari air.
Bersama para pembuat keributan, kami menyalahkan dan membodoh-bodohi.
Sebenarnya, kami sama bodohnya dengan mereka.
Kami semua adalah para pendosa yang merasa benar.

duduk harap

Sepertinya kita pernah duduk di sini. Memandang langit sampai pagi. Duduk di tanah dan berharap ini rumput. Melihat awan dan berharap itu bintang pagi. Melihat satu titik terang dan berharap itu benar-benar bintang pagi.
Kamu tahu? Sekarang bahkan belum larut dan lampu-lampu baru mulai dinyalakan. Dan mungkin, kamu akan bercerita tentang peluit, semboyan, dan masa kejayaan. Dan saya akan bercerita tentang lautan dan sebuah negeri yang melayang.
Lihat, lagi-lagi titik terang.

Kali ini, saya berharap itu Saturnus.