A Day in Pattern Making

Selama setahun ke belakang, saya semakin menekuni yang namanya Pattern Making. Pertama banget memulai Kawung Living, saya cuma bisa design dengan Photoshop dan kalau ingin membuat suatu produk dengan pattern yang sama, saya bakal membuat design-nya khusus untuk produk itu saja. Misalnya produk bantal yang berbentuk kotak yang ukurannya 40 x 40 cm, maka saya bakal mulai dengan blank canvas sebesar 40 x 40 cm. Design tersebut kadang nggak bisa semerta-merta diaplikasikan ke produk Mug misalnya, karena bidang areanya saja sangat berbeda. Produk Mug yang saya buat biasanya memerlukan ukuran design persegi panjang dengan ukuran 9.5 cm x 20 cm. Ada kalanya, hal tersebut menyita waktu karena saya harus mengulangi kerja, melakukan proses skala yang berulang, dll. Belum lagi karena design-nya dibuat dalam bentuk pixel, tentu ada resiko design-nya pecah kalau ingin diaplikasikan ke media yang lebih besar.

Lama kelamaan, saya merasa harus mulai belajar membuat seamless pattern di Illustrator. Kalau ditanya apa sih bedanya, gampangnya seamless pattern itu kanan kiri atas bawahnya bisa nyambung. Jadi kalau di-repeat dari berbagai arah, bisa terlihat seamless dan nggak ada bekas sambungan.

Di luar negeri sendiri, yang namanya pattern designer atau surface pattern design adalah sebuah jurusan design yang sudah umum. Salah satu kanal mereka menyalurkan hasil karyanya adalah situs seperti Spoonflower atau Print All Over Me.

 

 

Saya pernah membuat video singkat ini sebagai gambaran bagaimana step by step saya dalam design pattern.  Ada beberapa teman yang menanyakan lebih lanjut tentang proses ini. Walaupun terlihat sederhana, tapi ada beberapa hal yang “teknis banget” dan cuma bisa dipahami kalau kita semakin banyak berlatih. Jadi untuk kali ini, saya mau menceritakan yang gampang dipahami, yaitu proses singkat menuangkan ide sampai bisa jadi pattern yang bisa diaplikasikan ke berbagai produk. Karena dari ide sederhana saja sebenarnya banyak yang bisa kamu buat.

***

Post ini sendiri dibuat berdasarkan pengalaman saya membuat pattern sederhana dalam waktu kurang dari 24 jam di suatu weekend. Waktu itu, saya post proses saya ke IG story, jadi kebetulan dokumentasinya masih ada.

Read more

Starting Small – Tips Foto Produk

Pertama kali membuat akun Instagram Kawung Living, saya nggak berpikir betapa tingginya kompetisi di platform tersebut. Saya kira hanya dengan bisa berbagi gambar visual, artinya sudah cukup atau sudah tercapailah tujuan social media tersebut dan sayapun sudah bisa mulai jualan. Ternyata, di zaman digital ini semuanya nggak bisa berhenti di situ saja. Kawung Living sendiri memang mulai di Instagram, untuk kemudian beralih ke website dan platform lainnya. Tapi, basis traffic/sales terbesar kami masih datang dari Instagram. Kami sendiri sempat minder ketika melihat banyak brand yang meng-hire fotografer/stylist profesional untuk mengambil foto-foto produknya. Tetapi kami yakin, kebanyakan brand kecil nggak punya kemewahan seperti itu dari awal. Kami belum mampu untuk punya studio foto dengan lampu-lampu dan kamera professional. Ternyata foto detil produk saja belum cukup, kami harus mempunyai berbagai stock photo untuk menampilkan produk kami setiap harinya.

Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa saya bagi kalau kamu ingin mengambil foto produk sendiri. Saya juga lampirkan beberapa tautan artikel yang menurut saya sangat membantu. Post kali ini akan berfokus lebih banyak di foto produk, untuk hal-hal lain seperti tips foto untuk branding Instagram ataupun bagaimana styling foto akan dibahas di post lainnya, yaa.

Start with What You Have

Sesuai dengan judul dari seri ini, tidak ada salahnya kalau kita mulai dari hal-hal yang kecil. Nggak ada salahnya mulai dengan kamera handphone yang kamu punya ataupun menggunakan kertas karton yang ada di rumah sebagai background foto. Saya sendiri banyak belajar dari artikel fotografi di blog Shopify ataupun course di Skillshare dan Brit+Co. Berikut adalah beberapa tautan course dan artikel yang menurut saya sangat membuka mata.

Artikel terkait: The Ultimate DIY Guide to Beautiful Product Photography // The 6-Step Process for Taking High-Quality iPhone Photos // How to Capture High Quality Product Photos With Your SmartPhone

Course terkaitMerchandise an Online Shop: Create Your Own Product Lookbook // Mobile Product Photography for Your Online Store

PS: Sekarang ini Skillshare sedang memiliki program 2 bulan gratis untuk Premium Membership dan course Brit+Co. di atas juga free karena kerjasama oleh Weebly. Kalau kamu berniat untuk belajar, jangan disia-siakan kesempatan ini, yaa.

Read more

Starting Small – Tips Mengikuti Bazaar

Kalau menurut saya, booming-nya pop-up market atau thematic market di kota-kota besar di Indonesia adalah salah satu bukti nyata bahwa brand Indonesia sudah mulai bisa bersaing dengan produk-produk luar.

Selama menjalankan Kawung Living sendiri, kami pernah beberapa kali mengikuti bazaar/popup market. Kalau ditanya apakah kami profit ketika mengikuti bazaar tersebut atau tidak, jawabannya 50-50. Hahaha. Berbeda dengan produk F&B, produk non-apparel seperti kami termasuk tricky penjualannya. Sepanjang pengalaman kami, profit dan manfaat mengikuti pop-up market ini memang besar, tapi cost di awal dan effort untuk menyiapkan booth kita juga lumayan besar. Jadi kalau hitung-hitungan nett margin, keuntungan di awal kadang sangat kecil ataupun minus. Tapi ini pengalaman pribadi sih, bisa saja berbeda untuk setiap penjual.

Sebagai lanjutan dari Series Starting Small yang sempat ditulis setahun lalu, berikut adalah tips-tips, resources, ataupun sharing pengalaman saya mengikuti event bazaar selama ini.

Read more

Lazy Guide untuk Packing Light Ketika Travelling

Sewaktu berpergian, baik untuk liburan singkat sewaktu weekend ataupun seminggu lebih ke luar kota, saya selalu suka momen packing. Walaupun kadang ditunda sampai H-1 (ataupun Jam-XX), kayaknya waktu packing adalah salah satu waktu di mana saya paling menikmati dunia, haha. Saya pernah menangis di toilet umum waktu berpergian sendirian karena barang yang saya bawa terlalu berat (it sounds silly but it did happen!). Tapi lama-kelamaan, saya jadi bisa memilah apa yang sebaiknya dibawa dan apa yang kurang penting. Saya sampai punya list barang wajib yang harus dibawa di notes yang ada di handphone. Makanya kali ini saya ingin berbagi beberapa hal yang saya pikir penting di-consider ketika packing dan brand/barang favorit yang selalu saya gunakan. Saya juga mencantumkan beberapa merek lokal yang saya suka.

Tips pertama ketika packing tentu saja mengetahui tempat tujuan, durasi perjalanan, dan yang tak kalah penting: cuaca. Untuk musim panas/hujan tentu saja alokasi pakaian harus lebih banyak daripada berpergian di musim dingin misalnya. Pikir dua kali kalau kamu ingin membawa buku ataupun barang elektronik yang berat, apakah bisa dialihfungsikan dengan barang yang lainnya misalnya. Misalnya membawa dalam bentuk pdf ataupun e-book untuk buku, ataupun print peta dalam lembaran daripada membawa travel guide yang berat.

Read more

Easy On The Go

Sebenarnya kalau dibanding teman-teman yang lain, saya nggak terlalu sering jalan-jalan dan sepertinya dunia saya masih super kecil. Pekerjaan saya dulu juga nggak menuntut untuk mobile dan dinas kemana-mana. Setiap tahun sebenarnya saya merencanakan ada sekali saja jalan-jalan besar. Tapi semuanya tergantung finansial dan daya beli. Semenjak tahun 2012, saya pribadi menjadwalkan jalan-jalan di bulan Oktober karena bertepatan dengan bulan ulang tahun dan saya suka menghadiahi diri sendiri :)) Tapi tahun ini saya nggak punya rencana, jadi memang nggak kemana-mana selama bulan Oktober kemarin.

Sewaktu jalan-jalan, waktu persiapan favorit saya memang sebenarnya packing. Walaupun kadang ditunda sampai H-1, entah kenapa saya seneng banget kalau disuruh packing. Akhir-akhir ini, saya jadi sering banget kepikiran untuk packing barang-barang di tas. Bahkan kadang saya sampai menulis list barang untuk pergi jalan-jalan selama seminggu. Padahal saya nggak ada rencana jalan-jalan sampai akhir tahun, ataupun akhir tahun depan :))

Hal favorit saya selain packing, tentu saja merencanakan perjalanan. Saya tipe orang yang membuat itinerary setiap jalan-jalan, walaupun nggak sampai detil banget. Setidaknya saya harus punya garis besar mau kemana saja dan naik apa, walaupun pada kenyataan saya nggak selalu strict mengikuti jadwal. Saya masih tipe orang yang suka print peta dalam bentuk fisik karena kadang handphone saya nggak berbanding lurus dengan perkembangan zaman :)) Saya juga jarang membeli SIM card ataupun menyewa WiFi selama perjalanan, jadi kadang nggak terlalu bisa menggunakan GPS ketika mencari tempat. Perkembangan aplikasi di handphone sendiri semakin cepat. Sepertinya ada saja aplikasi baru yang punya fitur baru dan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari termasuk jalan-jalan. Bulan September kemarin, Google baru saja meluncurkan Google Trips yang menurut saya inovatif sekali. Iklannya sedang rutin diputar di TV dan saya langsung menginstall nggak lama setelah apps-nya dirilis. Nah kali ini, saya ingin berbagi situs ataupun aplikasi yang sering saya pakai ketika mau jalan-jalan.

Read more